--Geminorum 33--

799 128 322
                                    

Bebeb Ayen
_____

Bryan beranjak dari duduknya, menghiraukan panggilan panggilan dari temannya.

"Pak Bos kalo bucin parah," celetuk Vino sembari menampilkan wajah sok kaget luar biasa.

Bryan melangkahkan kaki keluar dari kantin. Tujuannya kini adalah mencari keberadaan Aurora. Rasanya sehari tidak bertemu itu seperti bertahun tahun. Ia sendiri tidak yakin apakah ini benar benar dirinya yang sebucin itu dengan Aurora, padahal status mereka belum naik menjadi sepasang kekasih. Bukannya ia tidak mau, justru Bryan sangat ingin menjadikan Aurora sebagai kekasihnya, hanya saja....

Bryan tak sengaja menatap siluet tubuh Aurora yang keluar dari toilet cewek. Ia yakin itu Aurora, tidak mungkin salah orang.

Dengan cepat Bryan menghampiri dan menyapa.

"Hai cantik! Sendiri aja nih?"

Mendengar godaan yang menjelma menjadi sapaan dari Bryan, Aurora pun menghentikan langkahnya.

"Iya nih. Cecannya lagi sendiri aja, bebebnya ilang ditelan genderuwo."

"Heh!" Bryan sontak kaget mendengar ucapan Aurora yang melantur. "Enak aja bilangin aku ilang ditelan genderuwo," rajuknya begitu.

"Yang bilang kamu ditelan genderuwo siapa?"

"Kamu," jawab Bryan polos sepolos cintaku padamu.

"Enggak tuh, aku nggak bilangin kamu."

"Iya, kamu bilangin aku," kekeuh Bryan.

"Enggak Ayen ganteng. Aku bilangin bebeb aku yang ditelan genderuwo," cetus Aurora telak, membuat Bryan bungkam tak bisa berkata kata.

Jika bukan di kondisi seperti ini, pasti Bryan akan senang dibilang ganteng oleh Aurora.

Seakan tersadar. "Emang bebeb kamu siapa?" tuding Bryan lagi. Kini laki laki itu mengejar langkah Aurora yang lebih dulu melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Nggak tahu." Aurora mengangkat bahunya acuh. Toh Aurora merasa benar, ia tidak tahu siapa bebebnya.

"Bebeb kamu itu aku." Tentu saja langkah Aurora bisa dengan mudah dicapai Bryan, karena langkah laki laki itu yang besar. Kini mereka sudah sejajar.

Aurora meresponnya dengan memajukan bibir. Lagi, jika tidak dalam kondisi sedang di sekolah, Bryan akan menggoda gadis itu karena memonyongkan bibir seakan minta dicium. Mirip ikan koi.

"Sejak kapan kamu jadi bebeb aku?" Aurora melipat kedua tangannya di dada.

"Sejak dulu dulu."

"Enggak tuh. Dulu aja kamu ngehindarin aku mulu, mana mau kamu deket deket sama aku."

"Ya udah, berarti sejak sekarang sekarang." Bryan masih kekeuh mengatakan bahwa ia bebebnya Aurora.

"Enggak ya. Kamu nggak usah ngada ngada!" Tak sadar suara Aurora naik satu oktaf.

"Kok ngamok? PMS yaaa!"

Aurora semakin jengkel dibuatnya, padahal tadi ia ingin menyindir Bryan atas hubungan mereka yang ngegantung seperti underwear di hanger.

Tak ingin meladeni lebih jauh, Aurora memilih untuk berlari meninggalkan Bryan menuju kelas. Bryan makin ke sini makin ngeselin, minta ditampol.

Bryan tentu tidak akan dengan mudah melepas Aurora begitu saja, gadis itu sudah membuatnya galau beberapa saat karena tidak menemukannya di kantin. Jadilah kini mereka lari larian di koridor kelas.

Prescience (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang