"Bapak gak habis pikir sama kamu, Ma! Ngapain sih, kamu mukulin si Kanam sama Iwang??? Untung orang tua mereka gak nuntut ke kita! Kalau mau ngapa-ngapain tuh ya mikir pake otak gitu loh, Ma!!!" tukas Pak Faiz, pada Hema yang duduk marah sambil mengompres hidung Robert.
"Salah mereka, bukan salah Hema!" cetus Hema, tak peduli. Dia hanya peduli pada hidung Robert, "Masih sakit?"
"L-lumayan toh, Mas" jawab Robert.
"Kamu boleh membela Robert, tapi juga gak dengan cara kekerasan seperti ini!!!" cetus Pak Faiz.
Robert memandang Pak Faiz sedikit takut.
"Kita hidup aja udah susah, jadi tolong jangan kamu bikin persulit lagi dong, Ma. Bantuin Bapak!" timpal Pak Faiz.
"Pak... maafkan Mas Hema yo, Pak. Ini semua salah saya toh, Pak. Jangan di marahi lagi Mas Hemanya. Kasian toh, Pak" pinta Robert.
Hema menatap mata Robert dengan penuh ketulusan.
"Ya sudah sudah. Tolong kamu kasih tau dia, Bert" tutur Pak Faiz.
"Nje, Pak" Robert menurut.
Pak Faiz masuk kamar.
"Salah mulu, gua! Niat gua kan mau nolongin lu!" tukas Hema pada Robert.
"Wis toh, Mas. Saya paham. Saya sangat paham sekali. Tapi... opo ndak kasian juga Mas Hemanya kalau nanti di marahi Pak Faiz lagi? Saya ndak mau Mas Hema di marahi terus hanya karna membela saya toh, Mas" tukas Robert.
Hema terus menatap Robert, sampai senyumannya mengembang.
"Kenopo toh, Mas?" tanya Robert.
"Sesayang itu lo sama gue, Bert? Sampe gak tega kalo gue diomelin bokap? Iya?" tanya Hema, menggoda.
Robert hanya menyunggingkan senyuman malu. "Mas Hema ki... ada ada saja toh, Mas. Tolong jangan bikin saya malu toh"
"Ciyeeeee... pipi lu merah tuh!" goda Hema.
"Maaaass..."
"Cium dong kalo sayang" Hema menyentuh-nyentuh pipinya dengan jari telunjuk, meminta di cium.
Robert tersenyum malu. "Iki... beneran toh, Mas?"
"Ayooo... gimana sih, sayang gak nih sama gue?"
Dengan rasa yang menggebu-gebu, jantung yang berdebar serta pipi yang merona, Robert pun mencium pipi Hema seketika dengan cepat.
"Aduh, cepet banget sih"
"Wis toh, Mas. Nanti Pak Faiz ngeliat, bisa-bisa di usir saya dari sini"
"Kalo gitu gue yang akan marahin dia"
Robert tersenyum malu lagi. Hema memang mampu membuatnya terkesima.
"Oh iya, Mas Hema"
"Hmm?"
"Saya nanti boleh kenalin Mas Hema sama seseorang, ndak?" tanya Robert.
"Hah? Maksud lo???"
"Maksud saya ki, jadi tuh saya bertemu sama seseorang, dia ku mirip sekali lho sama Mas Hema?" aku Robert.
"Oh ya? Siapa?"
"Namanya Pak Yugo. Dia rekan kerjanya Mas Galak toh, Mas. Saya saja sampe pangling ngeliat dia mirip banget sama Mas Hema. Eh, pas saya cerita sama Bapaknya, dia bilang dia mau ketemu sama Mas Hema" jelas Robert.
Hema mengernyitkan keningnya sambil memonyongkan bibirnya ke Robert.
"B-boleh kan, Mas?"
"Iya iyaaa...! Pengen tau gue, semirip apa sih dia sama gue. Pasti masih gantengan guelaaah"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST ON YOU (END 21+)
FanfictionWARNING : CERITA INI BERUNSUR LGBT, DAN MENGANDUNG KALIMAT KASAR. TIDAK DI ANJURKAN UNTUK HOMOPHOBIA. Ini cerita tentang seorang laki-laki yang (bisa juga) jatuh cinta. Robert Wiguna (17) lulus SMA dari Desa Kartasari, Jatim. Dia tinggal bersama Bud...