Sebuah Rasa

102 35 45
                                    

Let's ...

Reading ...

Loading ... Start!

Wajahnya memerah, hatinya berdebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajahnya memerah, hatinya berdebar. Begitulah yang ia rasakan saat pria itu menatapnya tajam.

"Maaf, saya mau bertanya ruangan kepala sekolah di mana ya?"

Steva hanya terdiam, memandang kagum pria yang ada di depannya saat ini.

"Hmm, halo?"

"Eh iya , kenapa?"

"Hm ... ruang kepala sekolah di mana ya?"

Lagi-lagi Steva hanya tersenyum sembari memandang kembali wajah pria itu.

"Astaghfirullah."

Lelaki itu mengalihkan pandangannya, seketika Steva pun tersadar dari khayalannya. Entah apa yang ia pikirkan tentang pria itu.

"Eh maaf hehe, kenapa ya?"

"Hm maaf, saya mau nanya ruang kepala sekolah di mana?"

"Oh ruang Kepsek, dari sini lurus, ada ruang guru belok kanan."

"Ruang kepala sekolah?"

"Bukan, ruang BK hehe."

"Hm ..."

"Nah kalo udah belok kanan lurus dikit, belok kiri, sampe deh."

"Ruang kepala sekolah?"

"Bukan, kantin."

"Yaudah saya permisi."

"Eh, bentar-bentar serius banget sih, kali ini beneran."

Pria itu hanya terdiam, menunggu Steva memberi tahu ruangan yang ia cari.

Namun, Steva hanya terdiam sambil mencuri pandang.

"Jadi ngasih tau apa enggak?"

Pria itu mulai kesal, bagaimana bisa ia sedang serius malah di bercandai.

"Jadi kok, emang mau ngapain nyari ruang kepala sekolah?"

"Ada perlu."

"Oh."

"Jadi kamu mau ngasih tau saya apa enggak?"

Bukan karena apa-apa, itu memang sengaja Steva mengulur waktu agar dapat berlama-lama memandang wajah tampan milik pria itu.

"Jadi kok, galak amat, nih lurus belok kiri."

" Oke, makasih ya."

"Iya sama-sama, btw namanya siapa?"

"Nama saya Malik," ucapnya tanpa menyodorkan tangan miliknya.

"Murid baru ya?"

Antara Kita [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang