Bagian 1 : Pulang

221 29 14
                                    

Kala meregangkan otot-otot nya setelah hampir dua jam ia mendampingi dokter memeriksa pasien yang cukup banyak hari ini. Sore ini, rumah sakit sudah tampak sepi dan shift Kala hari ini juga sudah selesai.

Kala beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menuju loker untuk mengambil bajunya. Gadis itu lalu pergi ke ruang ganti yang disediakan oleh pihak rumah sakit dan segera mengganti bajunya. Setelah selesai, tidak lupa Kala mengambil coat nya yang ada di dalam loker lalu segera keluar dari ruang ganti tersebut.

"Mau balik lo?" Tanya sahabat Kala yang juga sedang dalam masa Ners yaitu Adinda.

"Iya, Din. Lo baru dateng?"

"Iya anjir. Kesel banget dapet shift sore, padahal hari ini pengen jalan sama Hanung."

Kala hanya menggelengkan kepalanya melihat Dinda yang begitu bucin dengan pacarnya--ah ralat--gebetannya.

"Jalan doang tapi gak jadian, percuma."

"Bangke." Umpat Dinda yang dibalas kekehan oleh Kala.

"Udah ah, gue balik dulu. Semangat ya Din!" Ujar Kala sembari menepuk pundak sahabatnya itu.

Kala lalu berjalan menuju lobby untuk memesan ojek online. Kala memang tidak bisa menggunakan motor atau mobil jadi karena itulah mau tidak mau setiap harinya ia harus menggunakan jasa ojek online jika ia mau berpergian. Alasan kenapa Kala tidak belajar menggunakan motor atau mobil ialah, Kala mempunyai trauma tersendiri dengan kedua transportasi itu.

"Sialan malah hujan, mana gue malah gak pesen Grab Car lagi." Monolog Kala saat ia menyadari bahwa ia memesan ojek sepeda motor bukannya taxi.

Hampir sepuluh menit lamanya Kala menunggu ojek online yang sudah ia pesan namun tidak kunjung datang. Ponsel Kala bergetar menandakan adanya notifikasi baru yang masuk.

Kala membuang napas kasar kala melihat apa yang terpancar di layar ponselnya. Sebuah pemberitahuan bahwa si ojek membatalkan pesanan Kala dengan alasan hujan yang terlalu lebat.

Jika sudah seperti ini, mau tidak mau Kala harus menggunakan transportasi umum untuk pulang ke rumahnya. Kala melirik jam tangan yang terpasang di tangan kiri nya yang kini menunjukkan pukul lima kurang lima belas menit sore.

Baru saja Kala akan berlari menuju halte yang terletak di depan rumah sakit, langkahnya terhenti saat ia mendengar suata baritone seseorang.

"Yakin mau hujan-hujanan? Udah tahan sama air hujan?"

Kala menoleh kearah belakang. Gadis itu awalnya terlihat terkejut dengan pemilik suara yang menghentikan langkahnya itu. Namun, detik selanjutnya ia kembali memasang raut wajah yang terlihat biasa saja.

Jeffreyan, adalah pria pemilik suara tersebut. Jeffreyan merupakan mantan pacar Kala saat Kala masih duduk di bangku semester tiga lalu. Jeffreyan tersenyum saat melihat Kala yang menoleh kearahnya. Pria itu lantas sedikit mempercepat langkahnya dan berjalan menghampiri Kala.

"Sendirian aja nih." Ucap Jeffreyan lagi.

"Kal, gue ngomong sama lo loh."

Kala yang mula nya tidak menanggapi perkataan Jeffreyan lantas menjawab. "Ya terus kenapa? Kalau gue sendiri kenapa? Masalah buat lo?"

Diantara banyaknya orang yang ada di rumah sakit ini, kenapa Kala harus dipertemukan dengan Jeffreyan? Kehadiran Jeffreyan semakin merusak mood Kala sore ini.

Jeffreyan terkekeh mendengar tanggapan Kala yang terdengar ketus. Pria ini sama sekali tidak menyangka ternyata setelah hampir satu tahun tidak menyapa Kala, Kala masih sama seperti dulu, jutek tapi cantik di mata Jeffreyan.

MANTAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang