****
Murid-murid kelas XII IPA 1 kini tengah berbaris rapih di pinggir lapangan. Bersama guru olahraga mereka yang bernama Pak Agus. Pak Agus berkali-kali melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ketika menyadari jika sebagian muridnya masih belum ikut bergabung di lapangan.
"Lama banget si Pak. Kita sudah kepanasan ini," celetuk seorang perempuan yang berdiri di barisan tengah. Seraya menutupi wajahnya menggunakan topi yang entah milik siapa.
Beberapa murid yang mendengar ucapan itu langsung mengangguk setuju. Mereka semua sudah berada di lapangan sejak beberapa menit yang lalu. Tapi sampai sekarang Pak Agus belum juga memulai praktek olahraganya.
"Di mana Gerlan dan teman-temannya itu?" tanya Pak Agus kepada Tama yang berdiri tidak jauh darinya.
"Mungkin mereka masih di ruang ganti Pak."
"Itu mereka," ujar Eza mengarahkan jari telunjuknya ke arah ujung lapangan. Di sana ia melihat Gerlan dan ketiga temannya yang sedang berjalan mendekat ke arah mereka semua.
"Maaf Pak kita terlambat," ucap Gerlan saat sudah berada di samping Pak Agus bersama Luky, Daniel, dan juga Revan.
"Dari mana saja kalian?!"
Beberapa murid yang kebetulan sedang berjalan di dekat lapangan seketika saja menoleh dengan raut wajah terkejut. Ketika mendengar suara bentakan yang berasal dari Pak Agus.
"Celana olahraga saya ketinggalan, Pak. Jadi mereka bantu buat pinjam dulu ke beberapa kelas," ungkap Daniel.
Padahal ia tadi sudah meminta ketiga temannya itu untuk pergi duluan ke lapangan. Tapi mereka semua menolak dan memilih untuk segera mencarikan pinjaman celana olahraga, yang sekiranya muat dengan ukuran Daniel.
"Saya tidak mau mendengar alasan apapun! Sebagai hukumannya kalian berempat push-up sebanyak 20x."
"Kenapa masih diam?!" teriak Pak Agus saat keempat laki-laki itu hanya diam di tempatnya tanpa melakukan apa yang tadi ia perintahkan.
Gerlan, Luky, Daniel, dan Revan yang mendengar teriakan Pak Agus. Segera mengatur posisi push-up mereka dan mulai menghitung sesuai dengan yang di perintahkan. Seraya menaik turunkan tubuh mereka.
Gerlan yang pertama kali bangkit dari posisi push-up itu. Kemudian di susul oleh Revan dan kedua temannya yang lain. Telapak tangan mereka tampak memerah karena bersentuhan langsung dengan lantai lapangan yang begitu panas. Akibat terpapar oleh sinar matahari.
"Kita mulai pemanasannya."
Minggu ini kelas XII IPA 1 mengadakan praktek olahraga tentang bola basket. Dan mereka semua sudah di bagi menjadi beberapa regu oleh Pak Agus. Gerlan dan Revan berada di satu regu yang sama sedangkan Luky dan Daniel berada di regu yang lain.
Gerlan dan satu pemain lainnya kini sudah berdiri di tengah-tengah lingkaran. Menunggu Pak Agus melempar bola basket yang ada di tangan kanannya ke atas udara. Sebelum Gerlan akhirnya melompat dan berhasil menepis bola basket itu ke arah temannya.
Para pemain lawan berusaha untuk menghalangi Eza yang ingin mendekat ke arah ring mereka. Eza sempat melirik sekilas ke arah Gerlan yang berdiri tidak jauh darinya. Kemudian langsung mengoper bola basket di tangannya ke arah laki-laki itu.
Murid-murid yang berdiri di pinggir lapangan tampak bersorak. Ketika melihat Gerlan yang sedang malakukan teknik Crossover Dribble dengan sangat lihai. Gerlan mendorong bola basket itu ke lantai lapangan. Dan berputar secepat mungkin mengelilingi pemain lawan yang ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...