[ 12 ] - Giska Malu

275 125 81
                                    

Hi mungkin opening yang kali ini agak aneh,pasti. Cuma pgn aja mungkin suasana baru,hehe :3

Hi apa kabar semua?
Pada baca ini di jam berapa ndes?
Enjoy sama cerita ku ya!

Jangan lupa buat like komen n subscribe,canda.
Janlup buat vote dan komen y ndes!

Happy Reading!



Giska POV

Saat sudah berlari cukup jauh dan sedikit lagi aku sampai di lingkungan sekolah, kaki ku menyandung sesuatu dan membuatku jatuh tersungkur. Aku meringis kesakitan, air mataku menetes sedikit demi sedikit.

Ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang, namun tak ada satu pun yang berhenti untuk menolongku. Dan aku tahu, setiap pengemudi kendaraan itu tak ingin ikut campur dan malah menyelakai dirinya sendiri.

“Tolong!” ucapku pelan, lalu terisak. “Tolongin Giska, siapapun tolong!”

Para gerombolan itu sudah dekat denganku, wajahnya yang bertato membuatku semakin ketakutan. Aku tidak pernah takut dalam hal apapun, kecuali kehilangan.

Namun, kali ini tak tahu aku benar-benar merasa takut, aku memikirkan hal-hal yang mengerikan, aku takut masa depanku dirusak mereka. Aku memejamkan mataku. Dan berharap ada pertolongan datang.

“Ya Allah, tolong hamba.” batinku.

“WOY! NGAPAIN LO SEMUA!” teriak seseorang yang jelas suaranya tak asing lagi bagiku.

Aku membuka mataku, memastikan siapa yang datang untuk menolongku.

“HALMAR!!” pekikku lirih. “Tolongin gue, Mar! Tolong.” pekikku lagi, membuat Halmar melirik ke arahku sebentar.

“Wah, ada jagoan nih.”  mereka bersiap menghabisi Halmar, membuatku semakin ketakutan.

Aku ingin sekali Halmar menyelamatkanku dari para pemuda ini, namun disisi lain aku takut Halmar akan terluka, bahkan dengan nekat nya ia menyerang para pemuda itu seorang diri.

“CARI MATI LO!”

Halmar tersenyum miring sembari melipat kedua tangannya. “Keluar!” perintah Halmar, aku tak tahu perintah itu tertuju untuk siapa. Tiba-tiba, munculah segerombolan ibu-ibu mengenakan daster, memegang sapu dan panci.

“Lari kesini, neng!” teriak Ibu-ibu berdaster pink. Aku membelalakan mataku, sempat ragu untuk berlari.

“Lari, Gis!” ujar Halmar. Aku pun mengangguk dan berlari. Air mataku keluar tak henti-henti, aku menggigit bibirku.

Aku merasakan tubuh ku ditarik Halmar ke dalam pelukannya. Aroma mint dari tubuhnya tercium, aroma yang membuatku nyaman dalam pelukannya.

“Kamu gak apa-apa kan?” tanya Halmar sembari mengusap air mataku.

“Gu .. gue, gak apa-apa.”

Aku mengencangkan pelukanku pada Halmar.

“Kenceng amat meluknya.” Halmar terkekeh.

“Diem, please jangan lepasin pelukan lo. Ijinin gue meluk lo lebih lama.” Aku tak tahu apa yang sedang aku katakan, namun tak bisa ku pungkiri, pelukan Halmar  membuatku candu.

“Tapi aku gak bisa napas, Gis.”

Aku melonggarkan pelukanku. “Maaf.”

Halmar tersenyum tipis. “Gak masalah, aku selalu maafin kamu.”

***

    Giska dan Halmar kini sudah berada di ruang musik.Giska membuka bungkusan makanan yang ia beli tadi.

h i r a e t hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang