Bagian 8

139 46 93
                                    

Arkana Sultan Gelandangan⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkana Sultan Gelandangan

Happy Reading❤

"Za, jangan nangis mulu dong! Takutnya orang, mikir aneh-aneh."

Mereka berdua, sedang di kursi taman. Arkana kewalahan membujuk Aleeza yang sejak tadi menangis tak henti-henti, tanpa peduli tatapan orang-orang yang berlalu lalang.

"Pliss Za. Kita pergi dari sini ya!" Arkana masih berusaha membujuk Aleeza, namun Aleeza sama sekali tidak mengubris bujukan Arkana.

"Za! Jangan gini dong!"

"Sampai,kapan, lo, nangis terus?"

"Udah dong Za! Sayang tau air matanya. Mending disimpan dulu, entar kalo gue mati, takutnya lo nggak bisa nangis lagi, kalau kehabisan air mata!" Arkana masih sempatnya bergurau.

Aleeza yang tadi menunduk, secara cepat matanya menatap Arkana tajam, "Lebih sayang, kalo air mata gue buat nangisin lo," ucapnya sengit.

Arkana terkekeh, "Ya, paling setidaknya sekarang lo udah mau ngomong. Jadi gue minta, kita balik!" pintanya lagi.

"Nggak! gue nggak mau sebelum gue jumpai Ayah gue!"

"Lo, jangan keras kepala dong!" Arkana sedikit emosi dengan Aleeza yang ngebet banget ingin menjumpai ayahnya.

"Lo egois Ka! tadi, kenapa lo nggak biarin gue samperin Ayah? Lo tau nggak? Bunda gue sekarang kerja banting tulang, sedangkan Ayah gue malah enak enakan jalan sama cewek lain." Aleeza mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa hambar, mengingat bagaiman tadi Ayahnya merangkul mesra wanita itu.

"Lo, jangan langsung negthing gini Za! Gue nggak biarin lo samperin Bokap lo karna gue mikir, kali aja tadi itu klien Bokap lo. Lo nggak bisa asal ngelabrak orang. Lo harus tau dulu kebenarannya!" tutur Arkana memperingati.

"Tapi Ayah ngerangkul wanitu itu," Aleeza menjeda ucapannyan. "Ayah gue jarang pulang kerumah, sekalinya pulang, gue lihat Ayah tidur di kamar tamu, enggak sama Bunda. Dan itu masuk akal Ka. Bunda kerja, karna Ayah sibuk ngasih duitnya buat wanita itu!" Aleeza tersulut emosi, sedangkan Arkana hanya bisa diam tidak bisa berbuat banyak. "Gue nggak tau harus gimana Ka. Gimana reaksi Bunda, kalau dia tau ini?" Aleeza menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan kembali menangis.

Arkana mendekap tubuh Aleeza. Senakal-nakalnya Arkana, dia tidak tega jika harus melihat wanita menangis.

Aleeza mematung, terkejut setengah mati, tidak menyangka atas perlakuan Arkana padanya. Aleeza dapat merasakan kehangatan dari pelukan yang tulus dari Arkana, karna hal ini juga dia merasa sedikit tenang.

"Za lo sabar ya. Lo jangan ngasih tau Nyokap lo dulu. Gue yakin Bokap lo nggak gitu. Lo tadi cuma salah paham. Kita selidiki dulu pelan-pelan," ucap Arkana lembut, sedetiknya tersadar sudah memeluk anak orang sembarangan, dengan tenang, dia melepas pelukannya dari Aleeza.

Bintangku Arkana (TERBIT 'Arkana')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang