Kenapa kembali datang setelah lama menghilang? Kenapa mengungkit masa lalu yang telah hancur lebur menjadi abu?
🗣🗣🗣
"Bang Gerry gak mau mampir dulu?" tanya Utami, karena biasanya Gerry selalu mampir terlebih dahulu ke rumah untuk sekedar menyapa Mama Utami. Tapi sekarang lelaki itu terlihat seperti sedang terburu-buru, entah akan pergi ke mana dia.
Gerry tersenyum, dia lalu melepaskan helm yang masih melekat di kepala Utami. Itu adalah perhatian kecil yang selalu Gerry lakukan, hal yang selalu membuat pipi Utami memerah seperti kepiting rebus.
Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk terdengar dari gawai yang dikantungi oleh Gerry, tangannya langsung menyusuri kantung celananya dan melihat siapa pengirim di sana. Tak ada nama pengirim, hanya ada jejeran nomor yang tak Gerry kenali sama sekali.
Aku mau kita ketemu, sebentar.
Di tepi danau, jembatan hijau kecil.Gerry sedikit mengangkat alisnya, dia sepertinya tahu siapa yang mengirim pesan itu.
"Bang Gerry ada urusan dulu, besok baru mampir, ya." Gerry mengelus puncak kepala Utami pelan, namun hal itu tidak mengubah mood Utami yang sedang tidak bagus. "Gak usah ngambek gitu, dong. Mending sekarang Tami istirahat, makan, mandi, ngerjain PR, abis tu belajar biar pinter."
"Tadinya ada yang mau aku ceritain, tapi yaudah besok aja. Lagi pula aku juga udah capek gara-gara olahraga tadi. Hati-hati di jalan."
Tanpa memerdulikan Gerry, Utami langsung berbalik badan dengan muka yang masih cemberut. Mood nya jelek bukan karena Gerry yang tak ingin mampir, tapi karena dirinya sudah terlalu lelah menjalani hari ini. Rasanya Utami ingin segera merendam seluruh badannya ke dalam air hangat, kepalanya terasa berat dan badannya juga terasa lemas.
Saat melihat Utami yang semakin dekat dengan gerbang rumahnya, Gerry segera menancap gas dan pergi dari sana secepat mungkin. Utami juga heran, biasanya Gerry akan menarik tangannya dan menyuruhnya untuk tersenyum. Tapi kali ini tidak, dia langsung pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.
🗣🗣🗣
"Mau lo apa?"
Gerry menghentikan langkah kakinya saat melihat sosok wanita berambut sepinggang yang mengabarinya tadi. Wanita cantik yang dulu pernah menghiasi hari-harinya.
Wanita itu tersenyum, dia lalu melambaikan tangannya agar Gerry bisa lebih mendekat ke arahnya. "Sini."
Tanpa menggubris keinginan wanita itu, Gerry lebih memilih untuk tetap diam di tempatnya sekarang.
"Aku gak akan narik kamu ke masa lalu, Ger. Tenang aja," ucap wanita itu santai, sepertinya dia masih berusaha untuk membuat Gerry agar tidak canggung dengan dirinya.
"Hampir satu tahun gue nunggu lo."
"Sembilan bulan lebih enam belas hari. Iya, kan?"
Gerry mengalihkan pandangannya pada hamparan air jernih di depan sana, sudah sangat lama dia tidak datang ke tempat ini. Mungkin rasa ingin berkunjung ada, tapi otak seolah menyetir dirinya agar tidak datang.
Ya, sembilan bulan lebih enam belas hari Gerry menutup hatinya, menutup semua kenangan dulu yang sempat hadir di kehidupannya, menutup lembar-lembar cinta yang dia rasa sudah tak ada gunanya disimpan.
Sesekali Gerry menatap wanita yang bernama Ava Raveena itu. Dia pikir Ava tak banyak berubah, penampilannya masih sama dengan rambut lurus sepinggang, memakai baju kaos lengan pendek kesukaannya dan tentu celana jeans yang tidak terlalu ketat selalu menghiasi kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gossip Boy
Teen FictionGosip, gibah, atau gunjing adalah sebuah obrolan atau rumor kosong, yang biasanya berkaitan tentang urusan pribadi atau orang lain. Gosip biasanya sangat disukai oleh berbagai kalangan manusia, terutama wanita. Tidak bisa dipungkiri, bergosip adalah...