BERUANG KUTUB

1 0 0
                                    

"Baru kali ini aku bertemu dengan cowok dingin dan aneh seperti Fatih. Saking dinginnya, udah kaya Beruang Kutub."

-Aya Shafiyya-

Aya berjalan menyusuri koridor sekolah. Beberapa kelas yang ia lewati terlihat kosong. Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Semua peserta didik mungkin sudah pulang. Hanya ada beberapa yang sedang latihan Ekstrakurikuler Volley Ball di lapangan. Sebelum sampai di kantor sekolah, tiba-tiba saja ia menabrak seseorang yang baru saja keluar dari ruang BK.

"Buggggh.." Buku-buku Aya berjatuhan.

"Astaghfirullah.." Ucap Aya spontan. Ia langsung berniat untuk mengambil buku-bukunya yang terjatuh. Tapi ia urungkan karena kalah cepat oleh siswa yang ditabraknya, yang ternyata adalah Fatih.

"Nih buku lu. Lain kali kalau jalan jangan sambil melamun." Fatih memberikan buku-buku milik Aya.

"Oh, iya. Duh, aku minta maaf ya." Aya meminta maaf kepada Fatih walaupun sepenuhnya itu bukan salahnya. Fatih tidak meresponnya. Ia berlalu begitu saja meninggalkan Aya.

"Cuek banget." Batin Aya dalam hati. Tapi Aya merasa heran dengan Fatih. Sepertinya ada sesuatu yang sudah terjadi padanya. Matanya terlihat merah, seperti habis menangis. Raut mukanya pun terlihat kusut. Sebenarnya Aya ingin bertanya, tapi ia urungkan.

"Shafiyya. Kenapa ada di sini? Ada yang bisa Ibu bantu?" Tiba-tiba Bu Nurul keluar dari ruangannya. Sepertinya ia sedang  bersiap untuk pulang.

"Em, engga Bu. Ini saya mau bertemu sama Bu Rahma. Ada gak Bu?"

"Oh iya Ibu baru ingat. Tadi beliau titip pesan ke Ibu kalau dia tidak jadi ketemu sama kamu. Katanya ada urusan keluarganya yang mendadak. Nanti katanya kamu bisa konsultasi lewat Whats Up dengan beliau."

"Oh begitu ya Bu. Kalau begitu terima kasih Bu. Saya izin pamit. Assalamualaikum." Aya berpamitan kepada Bu Nurul.

Namun, baru lima langkah Bu Nurul kembali memanggilnya. "Aya!"

"Iya Bu? Ada yang bisa saya bantu?"

"Kamu sekelas sama Fatih kan?"

"Betul, Bu. Ada apa ya?"

"Ibu mau minta tolong sama kamu. Tolong kamu cari tau tentang Fatih. Sepertinya dia mempunyai masalah internal. Siapa tau kalau dengan kamu dia mau berbagi masalahnya." Pinta Bu Nurul kepada Aya.

Aya masih bingung. Masalahnya, ia tak yakin kalau Fatih mau bicara dengannya. Fatih sepertinya tipe cowok intropert. Aya perhatikan, di sekolah ini ia tidak begitu dekat dengan anak-anak yang lain. Bagaimana tidak? Dengannya saja tadi cuek. Tapi, bagaimanapun juga ini adalah permintaan Bu Nurul. Ia pun memutuskan untuk mencobanya terlebih dahulu. "Baik, Bu. InsyaAllah nanti saya coba."

"Alhamdulillah. Jazakillah khoiron katsiron ya, nak."

"Wa iyyaki." Aya pun pergi meninggalkan Bu Nurul setelah berpamitan dulu sebelumnya.

Aya merasa lelah. Ia ingin segera pulang dan merasakan sejuknya air dingin yang menerpa tubuhnya. Perutnya dari tadi sudah menyanyikan berbagai macam lagu. Untunglah tidak ada orang yang mendengarnya. Apalagi bahaya jika di dengar Risa. Biasanya ia akan menjadi bahan bulan-bulanan Risa dan Jojo. Waktu magrib paling sekitar 45 menit lagi. Ia ingin segera menenguk air minum. Tapi, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Ia melihat Fatih sedang duduk di tepi lapangan. Ia belum pulang. Aya pun berinisiatif untuk menghampirinya.

"Assalamualaikum." Sapa Aya pada Fatih.
Yang disapa hanya melirik. Tidak menjawab apapun. Tatapannya kosong melihat siswa-siswa yang sedang latihan Volley. Aya kemudian duduk di kursi tersebut. Namun ia tetap menjaga jarak sekitar satu meter dengan Fatih.

"Menjawab salam itu wajib lho bagi setiap muslim."

Masih belum ada jawaban juga. Aya jadi bingung sendiri.

"Kenalin aku Aya. Aya Shafiyya." Aya berinisiatif untuk memperkenalkan diri.

"Udah tau." Jawab Fatih singkat tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kok kamu bisa tau? Padahal kita kan belum kenalan." Ucap Aya polos.

"Satu sekolah ini juga pasti kenal lo. Siswi teladan yang selalu menjadi bintang kelas dan berhasil mengharumkan sekolah karena memenangkan English Debate tingkat nasional."

Aya tersipu. Mungkin pipinya terlihat merah saat ini. Ternyata Fatih sudah mengenal dirinya. Ia malu dengan dirinya sendiri. Ia masih merasa kekurangan.
"Aku gak sehebat itu kok."

"Tapi itu memang faktanya kan."

"Eh, kamu Fatih kan?" Tanya Aya untuk sekedar basa-basi.

Fatih melirik Aya. Alisnya saling bertautan. "Liat aja di nametag."

Aya menggerutuk dalam hati. Bisa-bisa nya Fatih berlaku se-cuek itu kepadanya. Sabar Aya, sabar. Baru kali ini ia bertemu dengan cowok dingin dan aneh seperti Fatih. Saking dinginnya, udah kaya Beruang Kutub. "Tadi ada pembagian kelompok belajar. Kamu masuk kelompok aku, Jojo, dan Risa. Besok, kami bertiga bakal ada acara habis pulang sekolah. Kamu ikut ya. Supaya kita lebih akrab."

"Gak mau. Gak penting." Jawab Fatih singkat.

"Kamu kenapa sih? Kalo kamu menganggap ini tidak penting, ngapain sekolah? Pantesan aja kamu gak punya temen. Kamu cuek, egois, unsocial, aneh." Sepertinya Aya sudah tidak kuat lagi. Kini ia berdiri.

Fatih akhirnya berdiri. Ia menatap tajam ke arah Aya. Rahangnya terlihat mengeras. "Lu siapa? Lu gak tau apa yang gue rasain. Lu gak tau hidup gue. Jadi, berhenti untuk urusin hidup gue!" Fatih pun langsung melangkah pergi meninggalkan Aya.

"Fatih, aku belum selesai bica.." Baru saja Aya berniat untuk mengejar Fatih, tiba-tiba ia tersandung kaki kursi. "Aww.. Innalillahi. Sakit." Aya mengaduh kesakitan. Ia mengusap-ngusap lututnya. Seperti lututnya sedikit memar.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengulurkan tangan kepadanya. "Kamu? Ngapain balik lagi?" Gumam Aya pelan namun terdengar oleh Fatih.

"Udah, ayo bangun. Jangan manja!"
Aya menolak bantuan Fatih. Ia memilih untuk bangun sendiri. Bukan! Bukan karena ia benci kepada Fatih. Tapi karena ia tidak ingin berdosa karena bersentuhan dengan lawan jenis. Seperti Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ath Thabrani:

"Sesungguhnya andai kepala seseorang kalian ditusuk dengan jarum yang terbuat dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya."

"Aku pamit. Assalamualaikum." Aya pergi meninggalkan Fatih yang masih tertegun di tempatnya. Baru kali ini ada perempuan yang menolak uluran tangannya.

"Waalaikum salam." Jawab Fatih lirih.
Namun, ketika ia akan melangkahkan kaki, ia melihat sesuatu tergelatak di bawah. Dan ternyata itu adalah sebuah buku note berwarna merah muda. Buku dengan corak bunga di depannya bertuliskan "My Life's Quotes." Sepertinya itu milik Aya.

***

Semoga kalian gak kesel sama Fatih ya :)

Melukis SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang