Bagus, aku bermimpi lagi.
Bedanya sekarang tidak di sekolah. Kanan - kiriku ramai oleh sahut - sahutan musik dari pertokoan. Riuh rendah obrolan para pejalan kaki terdengar seperti dengung, saling tumpang tindih saking banyaknya. Ini seperti daerah Shibuya, tapi ... aku tidak bisa yakin. Jauh sekali dari kotaku. Aku tak mungkin betah di tempat ramai seperti ini.
Hanya saja aku langsung tahu aku harus mencari Jang Wonyoung.
Sepertinya aku mulai memperlakukan mimpi - mimpi ini seperti permainan. Insting gamersku mengontrol langkahku untuk pergi kemana yang permainan suruh--
"Hey, kenapa mengikuti kami? Tempat janjianmu kan disana." Seseorang di depanku menegurku tiba - tiba.
Loh, Kazue dan... Nanoka Suzuka?
Ketidaksukaan nyaris mengerutkan dahi jika saja Kazue tak buru - buru mendorongku untuk berbelok di perempatan. Aku bahkan belum mengerti kenapa mereka berdua ada di depanku seakan sedang berkencan ketika ia memerintahkanku, "Sudah sana cepat pergi."
"Kazue--"
Sial. Si Menyebalkan itu menyerobotku!
"O! Kue itu! Kamu janji traktir aku apa aja kan?" pinta Suzuka centil untuk merebut atensi Kazue.
"Tentu!" jawab Kazue tak kalah ceria. Huek. Kazue tolol.
"Jadi, aku harus pergi sendiri?" kataku.
Baik Kazue maupun Suzuka mengerutkan kening seakan aku meminta ditemani ke toilet. Yang benar saja! Menyebalkan sekali dua orang ini. Jadi aku pun mengangkat bahu tak acuh, betulan tidak mengerti. Ada jeda kikuk saling tunggu respon yang akhirnya diputus oleh Suzuka.
"Kau ... yang ingin kencan dengan Jang Wonyoung kan?" katanya bingung.
"Apa?" Aku menagih penjelasan pada Kazue.
Yang kutanya malah mengerdip cepat dan mendorong punggungku ke arah belokan."Ey, kita pernah ke kafe ini. Kau lurus saja dari sini pasti ketemu, kok."
"Dimana--"
"Sudah sana cepat pergi, Wonyoung pasti sudah menunggumu."
Kurang ajar. Aku didorong begitu saja sementara Kazue dan insting mencari kesempatan dalam kesempitan menarik tangan Nanoka Suzuka untuk melarikan diri. Lagaknya sudah seperti syuting film. Kusumpahi ending-nya dia jatuh terjerembap dan memalukan diri sendiri...
Ah, tapi nasibku juga bagaimana sekarang?
Aku menyusuri jalan dan menyadari musim semi masih disini. Orang - orang masih berpakaian lebih tertutup sebagaimana udara masih agak dingin. Kapan musim panas datang? Haruskah ia bicara soal cuaca dengan Wonyoung? Atau--
Wah.
Aku... syok.
Lagi - lagi ia merebut semua kesempatan orang - orang untuk eksis di dunia ini. Sekitarnya tampak bergerak lambat sementara ia menguasai ruang dan waktu sampai akhirnya angin mengarahkan matanya persis menangkapku dalam arah pandangannya. Di dekat sebuah kafe berdiri seorang perempuan dengan dress putih - merah muda.
Itu betul Jang Wonyoung.
Aku terkesiap mendapati gadis itu benar - benar ada disana. Ini impi kesekian aku bertemu lagi dengannya. Dan aku tidak mau mensia-siakan kesempatan ini.
"Jang Wonyoung!"
Dasar mulut tidak terkendali!
Wonyoung terkesiap hingga memelototiku dengan gestur seakan siap kabur dari maniak gila. Sial. Kenapa aku malah berteriak. Aku tahu belakangan aku rada sinting tapi di kesempatan besar seperti ini bisa tidak sih aku agak waras?
Kubenarkan gestur tubuh sendiri supaya tampak tenang lantas berdeham."Kau... disini."
Anggukannya memelan seiring tubuhnya tampak rileks. Alarm untuk tetap jaga jarak denganku masih terasa, tapi setidaknya tidak sekuat awal. Mungkin ini yang membuatku begitu impulsif untuk langsung berkata, "Ada yang ingin kutanyakan."
Wonyoung tak menjawab tapi ia malu - malu mengintipku dari sisi rambutnya.
Gila.
Aku gila memimpikan gadis secantik itu terus menerus dan tidak menyadari kalau ia cantik. Banget, malah.
"Kenapa aku selalu memimpikanmu?" tanyaku.
Wonyoung terdiam. Pucat. Membangun jeda.
"Senpai, maaf," cicitnya, bergerak mundur.
Tidak, tidak akan kubiarkan! Aku muak sekali dengan mimpi ini. Aku berusaha tidak tidur tapi sempat saja Wonyoung ada di mimpiku. Maaf - maaf saja, tapi aku akan benar - benar mengakhiri rangkaian mimpi ini sekarang juga. Toh, ini cuma mimpi kan?
Maka, aku melakukan hal ajaib: menahan tangannya.
"Jangan pergi lagi seperti di mimpi lain," kataku dramatis.
"S-senpai..."
"Jawab aku. Kenapa aku selalu memimpikanmu?"
"A-aku tidak tahu."
"Katakan ini mimpi."
"Apa?"
"Jang Wonyoung, kamu dimimpiku--"
PLAK!
Mantap. Tamparan ini terasa nyata.
Duniaku seolah mendramatisasi. Aku juga melihat bagaimana Wonyoung melarikan diri dan menyatu ke keramaian. Meninggalkan aku dalam mimpiku yang konyol ini. []
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐨 𝐓𝐡𝐞 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐘𝐨𝐮✔
Fanfiction┆Dunia Watanabe Haruto mulai berubah saat siswi dari Korea Selatan itu membalas perasaannya di festival musim panas. Gadis itu adalah aktris utama mimpinya, tetapi bukan siapa - siapa di dunia nyata. Karenanya, hidup Haruto pun seakan terbelah; tak...