(8)

519 76 6
                                    

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam merekapun tiba di tempat tujuan.

Lini yang tertidur langsung terbangun ketika merasakan mobil berhenti. Setelah merenggangkan otot-otonya, otak Lini pun mulai memproses keberadaan mereka.

"Lake house punya siapa ini Nuc?"

Matanya mengedar mengamati sekitar. Sungguh pemandangan yang sangat indah dan asri. Nampak sebuah danau yang tidak begitu besar dikelilingi pepohonan. Di danau tersebut terdapat dermaga kecil dan sebuah perahu yang bersandar. Dan tentu saja sebuah rumah bergaya American Lake house.

"Ini adalah satu-satunya peninggalan orangtuaku yang masih bisa kumiliki. Hadiah ulangtahunku yang ke 10. Saat itu ayah membelinya bersama om Yo. Untung saja surat menyuratnya berada ditangannya. Jadi lake house ini aman dari om dan tante."

Ekspresi senang Lini kini berganti sendu mendengar cerita Nuca tentang rumah ini. Dibenaknya muncul perasaan marah terhadap om dan tante nya Nuca. Bagaimana bisa mereka merampas harta anak yatim piatu.

Rasanya membayangkan perjalanan hidup Nuca membuat rasa cintanya menjadi lebih besar. Betapa tangguh dan kuatnya pria ini. Pantas saja dia tumbuh menjadi sosok yang sangat berkatakter. Dia telah ditempa dengan ujian yang berat sejak usia belia.

"Ayo kita turun. Aku sudah minta tolong kepada mang Karni buat membersihkannya. Jadi kita tidak perlu repot."

setelah menurunkan perbekalan yang mereka bawa, Lini dan Nuca pun memasuki rumah danau tersebut.

"Duduk dulu istirahat. Kalau capek kamu bisa tidur dikamar."

Nuca membukakan tutup botol kopi kemasan kemudian diberikannya kepada Lini.

"Nyuruh tidur malah dikasih kopi. Kontradiktif sekali bapak ini."

"Karena aku tau kamu capek perlu istirahat. Tapi aku juga mau ngajak kamu keliling melihat pemandangan. Jadi otak sama hati aku lagi nggak kompak."

Lini pun terkekeh mendengar jawaban Nuca.

"Ya udah. Aku duduk bentar ngabisin kopinya lalu kita lanjut jalan ya."

Setelah menghabiskan sebotol kopi dan sebungkus roti tenaga Lini pun kembali terisi.

***

Puas sudah mereka mengelilingi seluruh areal danau dan perkebunan di sekitarnya. Lelah pun mulai mereka rasakan. Merekapun memutuskan untuk beristirahat di dermaga danau.

"Nuc, gimana kalau kita main 20 questions game."  Ajak Lini

"Gimana cara mainnya?"

"Jadi kita secara bergantiin gitu ngasih pertanyaan. Dan wajib dijawab seberapa pun aneh pertanyaannya."

Nuca pun mengangguk menandakan bahwa ia sudah mengerti maksud dari permainan ini.

"Aku duluan ya. Apa makanan favorite mu?"

Lini memulai permainan dengan pertanyaan yang sangat mudah. Dia penasaran karena selama ini Nuca hanya makan menuruti kehendaknya.

"Aku itu nggak picky, apapun aku makan. Tapi kalau kamu nanya karena pengen masakin aku, aku tuh paling suka makan nasi goreng dengan sayur dan sosis yang banyak."

Lini pun tersipu malu karena rencananya untuk mengetahui hal-hal yang disukai Nuca telah ketahuan.

"PD amat. Walaupun itu benar ya kamu pura-pura nggak tau aja sih. Kan bikin malu."

"Kenapa malu, aku kan pacar kamu. Wajar aja kalau kamu tau segala hal tentang aku."

"Ih makin fasih ya ngomong pacarnya. Ya udah, sekarang giliran kamu buat nanyain aku."

Pelangi untuk RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang