Part 18

2.2K 258 8
                                    

Ponsel Ian berbunyi. Ian terbangun dari tidurnya yang nyenyak.

"Siapa ya pagi - pagi nelpon?" ucapnya.

Ian langsung mengangkat teleponnya tanpa membaca nama penelponnya.

"Halo."

"Assalamualaikum, Mas!" ucap Tissa sedikit berteriak.

Refleks Ian langsung menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Astagfirullah, Tissa. Ada apa pagi - pagi nelpon? Subuh aja belom." ujar Ian.

"Jawab dulu salamnya." jawab Tissa.

"Wa'alaikumsalam."

"Mas disuruh kerumah sama Bunda." ujar Tissa.

"Sepagi ini?" tanya Ian.

"Enggak sih, terserah Masnya mau datangnya kapan yang penting hari ini." ujar Tissa.

"Trus kenapa nelponnya harus sepagi ini?" tanya Ian seraya mengucek matanya.

"Tissa gabut gak bisa tidur." ujar Tissa terkekeh kecil.

"Astaga, yaudah Mas mau mandi dulu. Ganggu orang tidur aja." ucap Ian kesal.

"Hehe, maaf ya Mas, Assalamualaikum." ucap Tissa.

"Wa'alaikumsalam." jawab Ian malas.

Hari ini hari minggu. Padahal Ian berencana break total hari ini. tapi karena permintaan Tissa, Ian tak bisa menolak.

Setelah selesai mandi dan sholat subuh, Ian langsung berangkat ke rumah Tissa.

Saat sampai di depan rumah, Ian melihat Tissa sedang memainkan ponselnya. Ian memberhentikan mobilnya tepat di depan Tissa.

"Eh, Mas udah nyampe?" tanya Tissa.

Ian mengangguk seraya menutup pintu mobilnya.

"Kamu ngapain disini?" tanya Ian.

"Nungguin temen. Mas masuk aja dulu, udah di tungguin Bunda didalem." ujar Tissa.

"Saya sama kamu aja." jawab Ian.

Tissa mengangguk.

Beberapa menit kemudian, yang Tissa tunggu - tunggu akhirnya tiba.

"Syifa!" ucap Tissa seraya memeluk temannya yang baru turun dari motornya.

"Eh, awas nanti Dedenya, bangun." ucap Syifa.

"Ya Allah, lucu banget." ucap Tissa seraya mencubit pipi sang bayi.

"Jangan dicubit, sakit atuh." ujar Syifa.

Ian yang sedari tadi hanya diam melihat mereka berdua, tersenyum melihat tingkah Tissa.

"Eh Mas, masih inget gak sama Syifa?" tanya Tissa.

Ian menaikkan alisnya.

"Ini Syifa Mas, Temen sekamar Tissa dulu waktu di pesantren, yang kemana - mana selalu bareng." ujar Tissa mengingatkan.

"Ooh, iya iya. Mas inget." ujar Ian.

'Cepet banget punya anaknya' batin Ian.

"Kalian suami istri?" tanya Syifa.

Tissa tertawa.

"Ya enggaklah, Mas Ian ini Kakak kesayangan aku." jawab Tissa.

"Ooh, maaf Kak. Kak Ian apa kabar?" tanya Syifa.

"Alhamdulillah, baik." jawab Ian.

"Yaudah yuk, ngeghibahnya didalem aja." ucap Tissa seraya membukakan gerbang.

"Astagfirullah, siapa yang ghibah?" tanya Syifa.

"Bercanda." ujar Tissa terkekeh.

Ian pun memasukkan mobilnya kedalam rumah Tissa.

"Assalamualaikum." ucap mereka serentak.

"Wa'alaikumsalam, kalian udah pada dateng. Yuk makan yuk!" ajak Bunda.

"Syifa, Debaynya taro dikamar aku aja." ujar Tissa.

"Gak usah, nanti kalo ditaro di kasur malah bangun."

Tissa mengangguk.

"Yuk, dimakan." ucap Bunda membawa sepiring kue.

Tissa melirik sinis ke arah Bundanya.

"Kenapa?" tanya Bunda.

"Bunda gak masak?" tanya Tissa.

"Bunda kan emang gak pande masak, Makanya Bunda beli aja." ujar Bunda.

"Yaudah, Bund biar Ian yang masak." ucap Ian.

"Nak Ian bisa masak?" tanya Bunda.

Ian mengangguk seraya berdiri.

"Bunda duduk aja dulu, biar Ian yang masakin." ujar Ian.

Bunda pun duduk dikursi yang Ian duduki tadi.

"Eh Mas gak usah, kok malah jadi ngerepotin." ucap Tissa.

"Kamu bantuin saya masak." titah Ian.

"Sama aja bo'ong kalo Tissa yang masak."

"Saya yang masak, kamu bantuin bikin bahannya." titah Ian.

"Iya iya."

Bunda dan Syifa tersenyum melihat  mereka berdua.

"Lengkuas yang mana Mas?"

"Ini kunyit kok warnya nempel ditangan sih!"

"Bawangnya bau banget!!"

"Kamu mau masak, apa lagi perang sih? Berisik banget." ujar Ian yang sedang merebus daging.

"Ih! biasanya yang masak tuh Si Mbok, makanya Tissa gak tau cara masak yang bener." ujar Tissa.

Setelah selesai berperang dengan bumbu dapur, Tissa langsung membersihkan tangannya yang kuning terkena kunyit.

"Sabun cuci tangannya habis lagi!" keluh Tissa.

Tissa langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil sabun. Sesampainya dikamar mandi, sabunya tak ada ditempanya.

"Ambil aja deh yang baru diatas." ucap Tissa seraya menggapai rak yang ada dikamar mandi.

"Huuh, derita orang pendek." keluh Tissa.

Ia pun mengambil kursi kecil yang ada dikamar mandi dan menaikinya.
Karena tak kunjung sampai, Tissa menjinjitkan kakinya di atas kursi. Dan...

Brakk! 

Tissa tersungkur ke lantai. Dahinya berdarah karena tergesek rak. Tissa pingsan ditempat, dengan darah yang menetes dari dahinya.

Ian, Bunda dan Syifa yang mendengar suara teriakan Tissa, panik dan langsung menghampirinya.

Mereka kaget bukan main ketika melihat Tissa tergeletak di lantai.

"Astagfirullahaladzim, Tissa!" ucap Bunda.

Ian langsung menggendong Tissa menuju mobil untuk dibawa kerumah sakit.

"Ayo, Bunda, Kita kerumah sakit!" ucap Ian membukakan pintu untuk Bunda Tissa.

"Aku ikut ya Kak?" tanya Syifa.

Ian mengangguk. Syifa masuk ke mobil dan langsung berangkat.

"Astagfirullah Tiss, kenapa bisa jadi gini sih!"

Klik the star for me ❤

Muslimah Bobrok! ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang