After AS |28

30.6K 5K 3.3K
                                    

Setelah balik dari Cendrawasih, Revan pulang kerumah dengan membawa beban pikiran. Saat ini pria itu berada diruangan khusus miliknya dan duduk dikursi putar.

Dengan jari yang mengetuk-ngetuk tepian kursi, Revan berfikir keras perihal kejadian yang menimpa Angel.

"Jika memang bukan Tomi, itu artinya ada seseorang yang menyamar. Dan sidik jari ... Apa mungkin Aldo yang menyamar menjadi Tomi?" Itu yang terlintas dalam pikiran Revan.

Mengeluarkan sebuah flashdisk, Revan menghidupkan laptopnya. Dia ingin melihat sekali lagi rekaman cctv itu, siapa tau ada hal penting yang ia lewatkan.

Rekaman berputar, Revan fokus memperhatikan tiap gerakan Tomi yang menghancurkan loker. Dan juga gerakan seorang gadis yang disebut Angel bernama Melly tengah berbincang dengan Tomi.

Hingga ketika gadis itu pergi menyisakan Tomi seorang diri, Revan melihat Tomi mengeluarkan sebuah benda yang berukuran sangat kecil. Benda itu bewarna putih.

Dengan cepat Revan langsung menzoom ke titik dimana benda sedikit terlihat jelas.

"Plain vinyl eraser," gumamnya sedikit terkejut.

***

"Iya, ini aku lagi di lift mau ke ruangan kamu, Dev," ungkap Angel bertepatan saat pintu lift terbuka dan dia melangkah keluar.

Kini gadis itu sudah berada dirumah sakit. Kaki jenjangnya melangkah lebar menuju ruang rawat inap Devan.

"Hati-hati ya ..."

"Iya Devan," kekeh Angel geli sendiri melihat Devan yang terlalu khawatir padanya. Padahal jelas ia baik-baik saja saat ini. "Nih udah mau nyampe diruangan kamu, aku tutup telponnya ya?"

"Iya."

***

Keadaan Cerly sangat buruk setelah ia keluar dari basecamp Angel's. Badan yang penuh dengan luka sayatan, dan kulit yang mengelupas karna disiram kuah panas membuat wujudnya terlihat mengerikan.

Sudah dibilang dan itu terbukti saat kejadian anak Vegos dibawa ke basecamp Angel's. Jika musuh sudah masuk kedalam sangkar mereka, maka jangan harap keluar dalam keadaan baik-baik saja.

Hal yang paling menguntungkan adalah, saat musuh keluar dengan nyawa yang masih menempel pada jiwa. Untung saja, untuk saat itu anak Angel's tidak menjadi malaikat maut mereka.

Cerly duduk termenung bagaikan manekin. Wajah pucat dengan tatapan kosongnya menatap lurus kedepan. Tiga hari yang lalu ia masuk ICU, baru pagi tadi Cerly sadar sesaat sejak dua hari dinyatakan tak sadarkan diri oleh dokter.

Wily berdiri disamping brangkar menatap sang putri dengan perasaan sedu. Pria itu sedih melihat kondisi putrinya yang jauh dari kata baik.

Mengusap rambut bersurai panjang Cerly, Wily tersenyum. "Cepet sembuh, sayang."

Gadis itu bungkam, enggan menanggapi papanya. Walau hanya lewat gerakan tubuh, Cerly pun tak merespon sama sekali.

"Makanya, kamu tau Angel's itu gimana, kenapa masih nekat berurusan sama mereka? Udah, mending sekarang kamu jauhin Devan dan yang lainnya. Papa nggak mau liat kamu tersiksa kayak gini."

Wily yang berucap demikian langsung mendapat tatapan tajam dari Cerly. Wajahnya yang pucat membuat wujud gadis itu jauh lebih mengerikan. Namun tak membuat Wily takut, pria itu mengusap bahu anaknya penuh sayang.

"Cey, mereka udah sakiti kamu. Apa lagi yang kamu harapkan? Tidak ada, tolong berfikir cerdas. Sampai kapan pun, Devan nggak akan mungkin milih kamu."

"DIAM!" pekik Cerly langsung histeris.

After AS [END✅]Where stories live. Discover now