🌼Happy reading🌼
.
.
.Taeyong dan Taeyang semakin hari semakin sangat dekat. Taeyang sering sekali berada di kamar mereka dan menemani Taeyong bermain game.
Mereka sering menghabiskan waktu berdua tanpa disadari oleh member lainnya.
Berbeda dengan Taeil, ia mengetahuinya dari awal sejak mereka mengenal Taeyang. Taeil sering melihat Taeyong menatap gadis itu dengan pandangan yang berbeda.
Ia juga tak sengaja melihat foto Taeyong bersama Taeyang sebelum debut di background komputer Taeyong.
Sampai saat ini, Taeil berpura-pura tidak mengetahuinya.
Tetapi ia tidak mengetahui bagaimana perasaan Taeyang, karena sikapnya dan kedekatannya dengan Taeyong saat ini sama aja seperti kedekatannya dengan member yang lain.
"Sedang apa disini melamun?" tanya Taeyong saat melihat Taeyang berada di dalam tenda rooftoop.
Taeyang yang sedang melamun memegang sekaleng alkohol, sedikit terkejut karena kehadiran pria itu.
Taeyang menggeser dan menyuruh ia masuk.
"Bagus bukan?" Taeyang menunjuk langit malam yang dipenuhi bintang.
Taeyong tersenyum kecil.
"Hmm bagus."
"Tapi bukan itukan alasanmu melamun disini?" tanyanya.
Taeyang melihat kearahnya dan tersenyum menyodorkan sekaleng alkohol yang belum dibuka.
Taeyong menerimanya tetapi tidak membuka, ia hanya memegangnya saja.
"Aku hanya berpikir, ternyata aku bisa lepas dari pria itu."
"Sudah setengah tahun berlalu sejak semua terbongkar."
Taeyang membicarakan tentang mantan kekasihnya.
"Apa kau merindukannya?" tanya Taeyong.
"Tidak ada lagi yang harus aku rindukan. Aku hanya memikirkan, betapa bodohnya dia. Lihat sekarang? Kariernya hancur."
"Oppa, apa kau pernah disakiti atau menyakiti sebelumnya?" tanya Taeyang.
Taeyong mengangguk.
"Siapa?" Taeyang penasaran.
"Diriku."
"Hm??" Taeyang bingung dengan jawaban itu.
"Aku menyukai seseorang, tapi aku tidak bisa mengungkapkannya."
"Kau menyukainya hingga sekarang?"
Taeyong mengangguk lagi.
"Dia satu-satunya wanita yang pernah aku sukai selain ibu dan noona ku."
"Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri seperti itu?" Taeyang menatapnya yang memasang wajah serius.
"Aku takut dia menjauhiku, jika aku mengatakannya."
"Meskipun begitu kau harus mengatakannya, oppa."
"Haruskah?" Taeyong menatap gadis itu.
Taeyang menangguk.
"Kau mabuk?" tanya Taeyong yang melihat pipinya memerah dan matanya seperti menahan kantuk.
"Tidak." jawabnya menggeleng.
"Apa wanita itu sudah memiliki kekasih?" tanya Taeyang.
"Dia diselingkuhi."
"Wahh. Seharusnya wanita itu tau betapa beruntungnya Lee Taeyong menyukainya." Taeyang menekan pipinya dengan kedua tangannya.
Dia hampir mabuk.
"Siapa wanita yang beruntung itu? Aku sangat ingin mengetahuinya."
"Ohhh dia sangat beruntung."
"Bagaimana bisa dia seberuntung itu?"
Taeyang menjatuhkan kepalanya pada pundak Taeyong. Ia setengah sadar.
"Taeyang." jawab Taeyong.
"Park Taeyang." lanjutnya.
"Itu namaku. Kenapa dia menggunakan nama yang sama denganku?" gumam Taeyang tersenyum dalam kemabukannya.
"Hm. Itu memang kau. Wanita yang beruntung itu adalah kau."
Jawaban Taeyong itu membuatnya sadar namun tak sepenuhnya. Taeyang mengangkat kepalanya dan menatap Taeyong.
"Aku? Taeyang aku?" tanyanya.
Taeyong menatapnya dan menyentuh pipi gadis itu.
"Yaa. Itu kau."
Taeyong mendekatkan wajahnya ke wajah Taeyang. Taeyang dapat merasakan nafas pria itu dan menutup matanya.
Taeyong mencium bibir Taeyang dengan lembut. Tanpa sadar Taeyang membalas ciuman itu.
Taeyang tersenyum menatap Taeyong saat melepaskan ciuman itu dan kepalanya terjatuh lagi di pundak Taeyong. Dan kali ini kesadarannya benar-benar hilang.
🌼🌼🌼
Taeyang bangun dengan kepala yang terasa sangat pusing. Ia memijit kecil kepalanya dan keluar kamar menuju dapur.
Ia mengambil secangkir air dan meneguknya.
"Apa aku tadi malam semabuk itu?" tanyanya sendiri.
Seketika pikirannya kembali ke malam saat ia melamun sendirian di rooftoop. Dan kenapa dia bisa ada disini sekarang. Siapa yang membawanya?
Dia ingat malam itu ia bersama dengan Taeyong. Seketika ia langsung menutup mulutnya tak percaya.
Ciuman itu? Itu gak mimpi? Gumamnya tak percaya.
Ia menggeleng kepalanya berharap itu cuma mimpi.
Taeyang bersiap untuk pergi melanjutkan kegiatannya. Ia hendak keluar dari dormnya untuk menemui managernya.
Saat membuka pintu, ia melihat Taeyong dan member lainnya yang juga baru saja keluar dari dorm untuk menuju ke perusahaan karena harus menyelesaikan persiapan terakhir comeback mereka.
Saat itu, ia langsung masuk kembali ke dalam dengan cepat. Karena ia tidak tahu harus bagaimana jika berhadapan dengan Taeyong.
Ia bersandar di balik pintu dan mengelus dadanya.
Setelah merasa mereka telah pergi, Taeyang membuka pintunya dan tersentak saat melihat seseorang tepat di depan pintunya.
"Aaaaaaa!!!" teriaknya membuat managernya bingung.
"Ah oppa!" Taeyang memukul managernya.
"Kau yang terkejut, kau yang marah." pekik managernya.
"Ais, ayo berangkat." Taeyang menutup pintunya dan berjalan.
Managernya menatapnya dan menggelengkan kepala.