Bagi Yeonseok kehidupannya adalah permainan. Barangsiapa yang menang maka ia akan bahagia. Dan barangsiapa yang kalah ia akan belajar menjadi pecundang.
Sedikit demi sedikit musim gugur mulai berlalu. Dedaunan kering semakin banyak memenuhi tanah yang gersang. Sungai-sungai besar terlihat surut. Dan genangan air di kolam menjadi sepanas sinar kuning di tengah hari.
Yeonseok menghembuskan napas panjang, ia mengusap kepala nisan istrinya itu. Sambil menyunggingkan senyum manis, Yeonseok mengucapkan banyak kata penenang.
"Sayang, kau pasti bahagia dengan kabar yang akan aku sampaikan ini. Aku tahu kau sangat membenci dia, dan sekarang ayo kita wujudkan semuanya. Tapi aku tidak akan menyentuh anak-anakku, aku hanya ingin membuat perhitungan padanya!"
Seseorang yang kebetulan sedang berada tak jauh dari Yeonseok duduk itu mengernyit heran. Sedangkan Yeonseok tidak merasa ada seseorang yang memperhatikannya.
"Dia anaknya dengan Yunho! Aku tidak akan menyentuh Chanyeol, dan anak-anak yang lain. Aku hanya ingin menyampaikan kecewaku dengan kesakitan pada Sehun." ujarnya sambil mengusap lembut tanah yang mengering itu. Dengan sebotol air mineral yang di bawanya, Yeonseok menuangkannya ke atas makam istrinya itu.
"Dia anak dari hubungan gelap keduanya. Aku membenci Yunho yang licik, tapi aku lebih membencinya karena dengannya aku bercerai, dan membuatmu depresi. Maaf Chaewonnie." sesalnya hingga akhirnya air matanya keluar dengan perlahan. Yeonseok merasa bodoh telah menyia-nyiakan Chaewon, namun apa daya hatinya memilih yang lain.
Ia beranjak pergi, meninggalkan seseorang yang kini beralih ke makam milik bibinya itu. Suho menatap tak mengerti pada mobil Yeonseok yang telah menjauh.
Suho adalah anak dari saudaranya Chaewon, dan di sisi makam Chaewon adalah makam ayahnya. Moon Hangeng. Sang ibu mungkin memiliki jawaban, tapi Suho juga tidak ingin begitu peduli. Siapa Sehun? Dan apa maksudnya menyia-nyiakan bibinya ini?
.....
Sehun menghampiri mereka. Tiga orang yang sedang berbincang-bincang tanpa menyapanya sama sekali.
"Hyung!" seru Sehun kesal karena di acuhkan. Namun, hanya Kyungsoo yang menatapnya heran, hingga kemudian memalingkan wajahnya lagi. Ia sedang bercanda seru mengenai masa-masa mendatang yang di impikan mereka.
"Aku ingin sekali menjadi astronot, Hyung! Kau tahu kan aku bisa berjalan di atas awan nanti! Aku bersumpah itu adalah cita-cita yang sangat keren!" seru Jongin sambil menatap langit-langit kamar. Mereka memang sedang berkumpul di kamar Jongin.
Chanyeol tersenyum lebar sambil mengacak-acak surai kecoklatan milik Jongin. "Kau memang keren! Hyung juga ingin sekali menjadi astronot, tapi Hyung lebih ingin menjadi seorang pianis, atau gitaris mungkin," ujarnya sembari mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada dagunya. Sedikit terlihat berpikir keras.
"Hyung, hyungdeul! Hunnie juga punya cita-cita! Hunnie ingin sekali jadi guru!" sahut Sehun sambil mendudukkan dirinya di tengah-tengah mereka. Kyungsoo segera menyingkir sedikit, ia tersenyum tipis melihat Sehun yang terlihat antusias.
"Kau yakin mau menjadi guru? Ku dengar bahkan ujian matematika saja kau masih remidi," ucap Kyungsoo membuat Chanyeol sedikit terlonjak kaget, dan segera duduk. Ia siap dengan tawanya yang membahana.
"Hahaha, sungguh? Wah wah Jongin kau bilang Sehun itu cerdas!" Chanyeol sedikit menoyor kepala Jongin begitu Jongin juga ikut duduk.
"Yak! Aku memang mengatakan dia pintar. Tapi Sehun kan juga bisa salah. Lagipula jawabannya benar semua, tapi disana tertulis dia ikut remedial." Jongin mengakhiri ucapannya dengan tatapan mata menerawang. Ia juga bingung sebenarnya. Tapi biarlah, itu artinya tidak ada saingan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Concealed Life | Brothership
Fanfiction[BROTHERSHIP] Chanyeol adalah sosok dingin yang sulit didekati. Kyungsoo adalah seorang yang hangat meski pemilih. Kai adalah sosok yang menyebalkan dan suka bercanda meski pemilih juga. Sehun yang berada di panti asuhan terpaksa harus berpindah tem...