♘ 22 ♘

7.2K 864 77
                                    

"Suho, aku tak dapat mendengar detak jantung Hyungnim."

Suara lirih Suho membelah keheningan di dalam mansion, menyebabkan atmosfer menjadi tegang. Kris dan Suga, yang biasanya acuh tak acuh, tiba-tiba merasakan gelombang kecemasan yang melanda. Bahkan, tangan Kris, yang biasanya tegar, terasa dingin. Entah mengapa, dia merasa bertanggung jawab atas semua ini. Mungkinkah langkah yang dia ambil salah?

"Kembalikan detak jantungnya, Suho! Kau adalah dokter terbaik di sini! Chanyeol tidak boleh mati hanya karena peluru terkutuk itu menembus tubuhnya!"

Kris berteriak, melupakan panggilan biasa yang dulu ia sematkan. Pikirannya kini hanya terfokus pada Chanyeol. Baginya, Chanyeol bukan hanya teman, tetapi seperti adik kandungnya sendiri. Kehilangan Chanyeol sama saja dengan kehilangan anggota keluarganya.

"Aku akan mencoba... Aku juga tidak ingin kehilangannya."

Suho masuk ke dalam ruangan khusus yang dirancang untuk merawat Chanyeol. Tanpa ragu, dia segera memasang oksigen pada Chanyeol, matanya memerah dari tekanan emosional yang dialaminya.

"Kau harus bertahan, Chanyeol."

Suho mulai melakukan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru yang tertanam di punggung Chanyeol. Dalam hatinya, dia mengutuk Chanyeol sebagai seorang bodoh. Bagaimana bisa Chanyeol begitu ceroboh? Seharusnya dia membawa Baekhyun turun dari altar, bukan malah memeluknya erat seperti itu.

"Kau takut kehilangan Baekhyun?"

Suho tersenyum tipis sambil menjahit luka operasi kecil yang baru saja dia lakukan. Untungnya, peluru itu tidak menembus terlalu dalam, hanya beberapa sentimeter.

"Baekhyun sangat beruntung memiliki dirimu, Chanyeol. Mengapa tidak jujur padanya dari awal? Bahwa kita ini iblis, bahkan untuk merasakan cinta saja tidak diizinkan."

Suho tersenyum tipis, semalam ia menerima pesan singkat dari Lay, seorang artis China yang pernah ia ajak berkencan, meski ditolak mentah karena mereka berdua sesama pria. Parahnya, nama Lay akan tercemar jika diketahui memiliki hubungan dengan seseorang seperti Suho. Di China, Suho lebih dikenal sebagai penjahit terkenal daripada seorang desainer. Kedekatannya dengan Lay bahkan pernah dijadikan bahan untuk menjatuhkan karier Zhang Yixing, nama lengkap Lay.

Pagi-pagi, toko kecil Suho selalu dipenuhi sampah berserakan. Chen, pemilik toko sebelah, sempat meminta Suho untuk pindah ke samping toko miliknya. Sayangnya, Suho memilih tetap tinggal di sana. Di tempat itu, dia tidak sengaja mencuri ciuman pertama dari Lay. Itu hanya sebuah kecupan singkat saat Lay panik menjelang pameran busana dalam dua hari. Suho masih ingat betul saat-saat itu, dia harus bergadang dan bahkan melukai beberapa jari untuk membantu Lay, sosok yang sangat ia kagumi.

"Sepertinya aku akan tetap melajang. Kau ingat pepatah, 'Mafia harus tetap setia kepada satu orang'? Jika mereka berkhianat pada orang pertama dan menggantinya dengan yang lain, Mafia pantas dihukum mati, karena kesetiaan adalah hukum alam yang berlaku di Phoenix. Aku sudah memutuskan untuk menaruh hatiku pada Lay. Baginya, Lay adalah pelabuhan terakhir, bahkan jika aku tidak pernah bisa mencapai 'pulau indah' itu."

Suho mengusap dahinya perlahan. Kali ini, ia benar-benar tidak bisa tersenyum. Chanyeol, saudaranya sekarat, dan di sisi lain, ia harus menjahit baju pernikahan Lay. Sakit? Suho sudah terbiasa dengan rasa sakit, bahkan ada sebuah goresan besar di punggungnya saat ia menyelamatkan Kris. Jadi jangan heran jika Kris begitu memperhatikan Suho.

"Maaf, aku tidak memanggilmu dengan sebutan Hyungnim. Bagiku, kau tetap adik kecilku dan saudaraku Chanyeol."

Di jalanan Kota Seoul, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi, sering kali melontarkan umpatan saat lampu merah menghentikannya.

Mafia Wants A Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang