Zahra dan Anggi berjalan ke kamar mandi. Sekarang sudah jam pulang tapi mereka masih berkeliaran di sekolah. Ini karena Anggi yang lupa menaruh kunci mobilnya di mana, sedangkan Andini dan Alya sudah pulang terlebih dulu.
"Beneran Nggi, kuncinya ada di toilet nih?" Tanya Zahra.
Anggi meringis, "Kurang yakin sih, tapi cari dulu deh. Siapa tau ada di sana 'kan." Jawab Anggi.
Keduanya sudah sampai di toilet siswi dan hasilnya nihil.
"Gak akan pulang sih kita kalo tunggu kunci lo ketemu dulu." Ucap Zahra putus asa.
Mereka sudah mencarinya di mana mana, bahkan menyusuri jalan yang di lewati pun sudah. Tapi tetap tidak ketemu. Entah dimana Anggi menyimpannya. Zahra sangat kesal akibat kecerobohan temannya yang menyebabkan mereka terjebak di sekolah. Bagaimana ingin mengabari orang rumah kalo hp mereka kehabisan daya karena menonton bias. Tahu begini, lebih baik Zahra ikut dengan Andini dan Alya saja.
"Gimana dong, Ra?" Tanya Anggi.
Zahra menghela nafas, "Mau gak mau kita harus minta tolong sama murid yang masih ada di sekolah." Ucap Zahra sambil melihat jam tangannya. Sudah pukul 14.45 ternyata.
Anggi menatap ragu ke arah Zahra, "Emang masih ada?" Tanya Anggi tidak yakin.
"Kita carilah, udah ayok ke lantai 3. Kelas 12 biasanya belum balik kalo jam segini, masih nongki di kelasnya." Ucap Zahra setelah itu menarik Anggi mengikutinya.
Kaki Zahra rasanya ingin lepas karena perjalanannya menuju lantai 3 sangat lama. Tidak hanya Zahra, Anggi pun ngos-ngosan mengatur nafasnya. Benar-benar perjuangan mereka bukan main. Mulai dari mengelilingi area sekolah bagian bawah, sampai naik ke area atas. Ini sih namanya mereka benar benar full mengitari lingkungan sekolah.
Akhirnya mereka sampai di lantai 3. Keduanya segera memasuki kelas terdekat dari tangga, 12 IPS 2. Ternyata masih terdengar suara bising di dalam sana. Sebenarnya bukan hanya Anggi yang ragu, Zahra pun begitu. Tapi apa boleh buat, dari pada mereka bermalam di sekolah 'kan gak lucu.
Kenapa keduanya tidak naik angkutan umum saja? Mungkin jika hp mereka tidak kehabisan daya, sudah dari tadi mereka memesan grab. Menyetop taksi, angkot, bus? C'mon tidak ada yang bisa di harapkan. Zahra dan Anggi sama-sama tidak pernah menaiki kendaraan seperti itu. Bukannya sombong atau apa. Sedari kecil keduanya memang terbiasa di antar jemput oleh supir pribadi keluarganya. Dan yang ada di pikiran mereka adalah penculik. Keduanya takut di culik oleh supir angkot seperti di film-film. Konyol memang.
Zahra mengetuk pintu kelas, "Permisi kak." Ucap Zahra mengalihkan atensi siswa di ruangan itu.
Ya, siswa. Hanya ada 7 remaja lelaki di sana, tidak ada siswi satu pun yang Zahra dapati. Zahra bersyukur karna ke 7 murid itu merupakan seniornya di ekskul PMR.
"Kenapa dek? Kok belum pulang?" Tanya Bara.
Zahra memasang wajah semelas mungkin agar di kasihani oleh seniornya, "Kunci mobil teman aku hilang kak, gak tau ada di mana. Udah di cari dari tadi sampai keliling sekolah tapi gak ketemu. Hp aku sama dia juga lobet, jadi gak bisa ngabarin orang rumah. Aku bisa gak pinjem hp kakak bentar aja, gak sampai semenit kok." Jelas Zahra panjang lebar membuat seniornya gemas sendiri.
Hanya meminjam hp, kenapa harus memasang wajah mengiba sih.
Bara menahan tawanya, "Boleh gak ya... Kira-kira pulsanya di ganti gak nih?" Tanya Bara.
Anggi dan Zahra saling pandang. Keduanya memeriksa kantong baju seragamnya kemudian meringis.
Anggi sudah tidak mempunyai uang sepeser pun di kantongnya, sedangkan Zahra menemukan uang 2000 rupiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA (On Going)
Teen FictionKisah Gilang dan Zahra sebelum takdir memisahkan keduanya. Masalalu tidak akan pernah lepas dari yang namanya kenangan. Terima kasih sudah pernah hadir di rumahku walau hanya sebatas singgah. -Gilang ricolas alfaro Melupakanmu mungkin adalah hal yan...