"Semesta memintaku untuk menghindarimu. Tapi kenapa rasanya sakit bagiku. Padahal kita belum bersatu."
__________________________
Gara-gara kejadian kemarin sore sepulang sekolah mendapat siraman air dari tiga curut sekolahan, seperti ini sekarang keadaan Sachana. Hidung memerah, karena flu dan suhu badan yang sedikit hangat.
"Beneran mau sekolah, cha?" tanya Gita sambil menyiapkan nasi untuk anaknya.
"Iya, ma. Cuma flu doang," jawab Sachana.
"Kemarin kok bisa basah kuyub gitu sih, cha?" tanya Gita.
"Kesiram air sama tiga curut sekolahan, ma," jawab Sachana sambil memakan makanan yang diambilkan oleh sang Mama.
"Pasti kamu buat masalah, ya," Gita memicingkan matanya, curiga. Menurutnya tidak mungkin orang lain melakukan sesuatu hal tanpa ada alasan. Semua pasti ada alasannya.
"Enggak, ma. Sacha itu pendiem di sekolah. Merekanya aja tiba-tiba cari masalah sama Sachana. Biasa, gara-gara cowok," kata Sachana dengan santainya.
"Kamu pasti dituduh perusak hubungan dia, iya kan?" tanya Gita.
"Iya. Sakit hati Sacha, ma. Untung Sacha nggak keluarin jurus rasenggan dari naruto," jawab Sachana sambil terkekeh.
"Yaudah nggak usah deket-deket sama cowoknya si cewek itu lagi," kata Gita.
"Sacha nggak deket-deket kok, ma. Si cowoknya aja yang sekarang lagi deket-deket sama Sachana. Lagian mereka udah putus, si ceweknya aja yang kegatelan emang," kata Sachana.
"Emang minta di garuk tuh temen cewek kamu, cha," kesal Gita.
"Yaudahlah, ma. Sacha mau berangkat dulu," Sachana berdiri dan berjalan menuju luar.
"Cha ingat pesan Mama. Dari pada kamu kena masalah lagi sama cewek itu seperti kemarin, lebih baik kamu menghindar dari cowoknya itu," kata Gita.
"Siap bos."
***
Lima laki-laki mengundang tatapan heran seisi kelas, karena kelimanya tumben sekali memasuki kelas sepagi ini, biasanya detik-detik bel masuk berbunyi mereka baru masuk.
"Mimpi apa lo berlima dateng pagi-pagi?" tanya Tari yang baru meletakkan tasnya.
"Salah teros, datang pagi salah, dateng mau bel masuk salah. Maunya apa sih, tar," sewot Johan.
"Santai kali, nggak usah sewot gitu," sewot Tari.
"Lagian si Advin tumben banget si lo, ngajak berangkat pagi," kata Prama.
"Karena kita udah kelas 12. Harusnya kita sadar bentar lagi ujian," kata Advines.
"Halah, bilang aja mau lihat si doi," seru Zio terkekeh.
"Lo punya doi, vin?" tanya Tari.
"Lagi otw, ya nggak, vin," Johan merangkul bahu Advines.
"Siapa?" tanya Tari dengan mata berbinar.
"ASSALAMUALAIKUM."
Seisi kelas memusatkan pandangan pada seseorang yang mengucapkan salam di depan pintu.
"Waalaikumsalam." Jawab mereka.
"Lo sakit, cha? Tumben pake jaket?" tanya Tari yang berjalan mendekati Sachana.
Advines mengerutkan dahi. Terlihat dari wajah Sachana memang pucat, apakah benar gadis itu sedang sakit?
"Cuma flu doang," jawab Sachana. Dia berjalan menuju bangkunya tanpa melirik ke arah Advines berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADVINES [END]
Teen FictionSelamat membaca semoga suka -Mendapatkan dan pertahankan- Advines Prakarsa. Lelaki dingin pemilik tatapan tajam seperti elang yang hobinya bolos sekolah dan tawuran. Tapi apa mereka tahu lelaki pemilik mata tajam ini memiliki kehidupan yang pelik. K...