EPILOG

21 2 0
                                    

Happy Reading!

Music On

🎶 Day6 -- Afraid 🎶

"BOS!" Seperti biasa, suara memekakkan telinga milik Ezra kembali terdengar. Selisih sepersekian detik dari bel istirahat dan salam dari guru yang mengakhiri pelajaran. "Yok! Go to canteen!!" seru Ezra sekali lagi. Kali ini tepat di depan meja Aaron. Orang yang dipanggilnya Bos. Bukan tanpa alasan. Temannya itu adalah pewaris Adhimanggala Group, Perusahaan besar di kotanya.

"Ayo!" sahut si Bos, Aaron. Ia berdiri setelah selesai mengemasi mejanya.

"Aku ikut!" lagi, suara milik seorang gadis berambut panjang itu selalu terdengar setelah Ezra. "Ya! Boleh kan?!" ulang Frey.

"Boleh aja, kenapa nggak boleh emangnya?" jawab Aaron dengan senyumnya yang merekah, bak bunga mawar yang baru saja mekar. Sangat indah lagi menawan hati.

"Kalo gitu, Ayo!" Frey menarik tangan Aaron, menyeretnya ke kantin tanpa peduli dengan Ezra yang berteriak minta ditunggu.

Di salah satu meja kantin itu, seorang anak berwajah mirip, sangat mirip dengan Aaron tampak mengetuk-ngetukkan tangannya ke meja. Menunggu pesanan.

"Kebiasaan dah Rav, jebol tu meja ntar!" celetuk Cakra. Membuat Aarav, si pelaku meringis.

"Pesanannya lama banget buset!" keluh Gio, ia meletakkan kepala di meja. "Bangunin kalo udah dateng," ujarnya.

"Ditinggal enak nih kayaknya," usul Cakra dengan seringai jahatnya.

"Mulai kan mulai ...." ujar Keenan, ia tak habis pikir kenapa dua anak kelasnya ini selalu meributkan segala hal. Tapi juga bisa sangat kompak di saat-saat tertentu.

"Kakak!" tiba-tiba Aarav melambaikan tangannya. Tertuju pada seseorang di pintu masuk kantin. Seseorang yang berwajah mirip dengannya, yang sedang diseret paksa oleh Frey, teman perempuannya.

"Itu Aarav, kan!? Ayo ke sana!" Frey kembali menarik lengan Aaron ke tempat Aarav. Ikut duduk di bangku yang masih tersisa beberapa kursi kosong itu. "Hai Nan!"sapanya ramah pada Keenan.

"Hai!"

"Kalian belum pesen apa-apa?" tanya Ezra heran. Melihat meja yang masih kosong dari menu kantin.

Cakra menjawab, "Udah, nungguin belum dateng-dateng, si Gio sampe molor tuh!" ia menunjuk Gio yang sudah tidur di tengah keramaian kantin dengan dagunya.

"Bisa ya tidur rame-rame gini?" celetuk Aaron heran.

"Dia emang bisa tidur dimana aja kan kak," ucap Aarav mengingatkan Aaron. Barangkali kakaknya lupa bakat unik seorang Gioffrey Matthew yang bisa tidur di segala macam medan.

"Iya juga, Rav, temenin pesen makan yuk!" Aaron berdiri, hendak ke kasir guna memesan makanan.

"Oke," Aarav ikut berdiri.

"Tunggu!" suara yang berasal dari Gio yang entah kapan bangun itu membuat semua menoleh. "Nitip batagor," pesannya.

"Oke."

"Oke."

"Perasaan udah pesen bakso tadi, itu juga belum dateng,"kata Cakra.

"Laper, Math ngeselin sumpah!" gerutu Gio.

"Diih, padahal tadi juga tidur pas pelajaran!" Cakra menyulut perdebatan.

Gio mendelik, "Sewot bat situ! Ada masalah?"

"Iya, heran bisa ada anak kek kamu di kelas A. Napa?" balas Cakra, ia menaikkan salah satu alisnya, mengejek.

"Ya terus? Suka-suka sini mau masuk kelas mana!" seru Gio tak mau kalah.

Por Trás Da Cena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang