𝘅𝗶𝘃. 𝙬𝙖𝙠𝙚 𝙪𝙥

483 81 4
                                    

──

──

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──

Jongho membuka matanya susah payah. Maniknya kembali menutup dengan cepat ketika cahaya terang menabrak retinanya.

"Mama?" Panggilnya lirih.

"Jongho!"

Telinganya berdenging hebat mendengar sebuah seruan yang menyerukan namanya.

Yeosang menggenggam tangan Jongho erat sembari sesekali di ciumnya punggung tangan kurus milik Jongho.

Mulutnya terus menggumamkan kata, "Makasih banyak udah sadar dan udah balik, mas sayang kamu." Tanpa henti.

Beberapa perawat dan seorang Dokter kemudian masuk ke dalam ruangan bersamaan dengan Lucy dan Yunho yang berlari memasuki kamar.

"Saya check dahulu keadaannya ya, dek Jongho."

Tanpa sadar Yeosang sedikit mendesis kesal mendengar panggilan Dokter Eunwoo pada kekasihnya.

"Sebuah keajaiban mengetahui bahwa pasien sadar lebih cepat dari perkiraan tim medis. Selamat dek Jongho, kamu telah melewati masa kritis dengan sangat hebat dan berani."

Jongho hanya tersenyum guna membalas ucapan dari Dokter Cha. Bahkan kini ia tidak lagi bisa membalas ucapan dari Dokter muda tersebut.

"Saya permisi dulu, tolong pasien jangan terlalu di rusuhi ya. Biarkan pasien beristirahat."

Selepas kepergian Dokter Cha dan staff staff Rumah Sakit lainnya, Yeosang duduk di kursi besi yang di sediakan oleh pihak Rumah Sakit.

Di genggamnya tangan kurus yang terbebas dari selang infus. "Makasih banyak, aku panik banget begitu denger dari Dokter kalo keadaanmu tiba-tiba drop. Dan ternyata Tuhan punya rencana lain, kamu sadar bahkan lebih cepat dari yang tim medis perkirakan."

"Jangan.. nangis." Jemarinya bergerak untuk menghapus air mata yang turun dari mata tajam dengan iris secoklat hazelnut milik Yeosang. "Mama, tadi aku ketemu mama. Kata mama aku harus ikutin kata hati."

Yeosang mendongak, bukankah Yoona sudah tiada seperti yang Minho katakan? Bagaimana bisa Jongho menemui wanita tersebut.

Tunggu.. sesuatu terlihat menggantung pada leher Jongho.

"Dek, lehermu?"

Jongho meraba raba sekitar lehernya, "A'a.. itu, kalung mama. Darimana A'a bisa dapetin itu?"

"Ka-kalung mama?"

Dengan hati hati namun cepat Jongho membuka ikatan kalung di lehernya. Benar. Ini yang ada di dalam mimpinya.

Ini kalung berliontinkan matahari di tengah tengahnya. Entah, semuanya seperti mimpi. Pertemuannya dengan sang mama setelah belasan tahun, belaian tangan lembut pada surai hitam arangnya, dan senyuman teduh menghangatkan hati itu.

Semuanya tampak nyata namun terasa mimpi.

Tanpa di sadarinya, cairan bening itu kembali menuruni pipinya yang mulai menirus. Bahkan garis rahang yang biasanya tidak terlihat karena tertutup, kini terlihat samar namun pasti.

Jongho benar benar berubah setelah kejadian penembakan tempo hari.

Yunho yang menyadari bahwa sahabatnya membutuhkan ruang untuk keduanya, lantas mengajak adik dari pemuda Choi itu keluar. "Lucy, anterin jajan yuk? Gue liat kayanya di seberang ada kedai ice cream deh." Ujarnya yang langsung di setujui dengan semangat oleh Lucy.

Ia terkekeh. Jongho dan Lucy ternyata sama sama selalu antusias ketika mendengar kata 'ice cream'

"Sang, gue keluar dulu ya. Dek, Lucynya kakak bawa jajan dulu, nanti balik lagi."

Sepeninggalan Yunho dan Lucy, Yeosang maupun Jongho sama sama masih enggan membuka topik obrolan guna memecah keheningan yang perlahan mulai mendominasi di antara keduanya.

"Mas.."
"Sayang"

Jongho mengerjap pelan kemudian tersenyum kecil, "Mas Yeo dulu." Ucapnya.

"Maaf.."

Alisnya terangkat, "Buat?"

"Andaikan pagi itu aku ga pergi kerja, mungkin kejadian sebulan yang lalu ga akan terjadi." Yeosang menunduk menyesal akan kejadian antara dirinya, Jongho, Dareum dan Ryuk.

Yang lebih muda menangkup pipi kekasihnya, "Ini bukan salah mas. Aku udah di peringatin sama ibu sebelumnya, tapi aku cuma anggap itu masalah kecil dan aku bisa nyelesainnya sendirian tanpa harus ngerepotin mas..

Aku cuma ga mau sampe bikin mas repot lagi. Cukup udah aku banyak kali bikin mas panik dan repot.

Di balkon tempo hari, aku mikirin hal itu. Bohong kalo aku bilang ke ibu di chat kalo aku ga perduliin soal ancamannya kalo nyatanya aku khawatir. Aku khawatir karena yang di jadiin taruhan di situ mas Yeo. Mas tau kan sesayang apa aku sama mas?"

Yeosang terdiam mendengar penjelasan dari pujaan hatinya. Banyak sekali kejadian yang ia lewatkan karena terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.

Calon macam apa dirinya?

Laki-laki Kang itu menggenggam erat lengan kurus Jongho kemudian mengecupnya berkali kali. "Kamu ga ngerepotin aku, sayang. Aku juga sama sekali ga ngerasa pernah di repotin sama kamu. Tolong, tolong lain kali jangan gini lagi." Yeosang memohon.

"Tolong lain kali apa yang ngebuat kamu overthinking kamu bilang ke aku. Jangan di pendam. Kalo gini aku ngerasa ga becus jagain kamu, sayang. Paham?"

Jongho mengangguk lemah, "Paham mas.. maaf ya."

"Udah, jangan minta maaf. Ini bukan salahmu sayang. Yang penting kamu udah sadar, itu udah cukup buat aku seneng." Ujarnya dengan senyum tertulus yang pernah Jongho lihat menghiasi wajah tampan Yeosang.

Sedangkan di luar sana, Yunho dan Lucy mengintip di balik kaca pintu sembari memakan ice cream di tangan mereka.

"Aih.. lucu banget kak Yeosang sama A'a."

Yunho terkekeh, "Iya tuh. Yaudah yuk dek ke kantin, jangan gangguin mereka dulu. Kita jajan aja."

Biarlah Yunho memberikan ruang bicara untuk sepasang insan yang tengah melepas rasa rindu satu sama lainnya.

──

──

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──



















─────────────────

it's been a long time ya? dikit dikit ku tabung buku ini.

anw, how 'bout ur exam guys?

semoga nilainya memuaskan ya. kalo belum dan masih bisa di ulang, kalian harus dapet nilai yang lebih baik.

aiya, song of the day is - Taeyeon ♪ Fine && ATEEZ ♪ Take Me Home (English Version) -

✵ alin.

meet old love | completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang