Part 25

960 144 0
                                    

Vote🌟

"Zyan kumohon bangulah!" Pinta Zinse lirih memegang tangan Zyan sedingin es.

"Maaf nona, kami sudah berusaha semampu kami tapi Tuan Zyan tidak bisa diobati". Ucap tabib menyesal. Diapun tak mengerti kenapa Zyan tidak bisa diobati.

Zinse hanya diam, matanya memancarkan cahaya redup. Zyan terkena racun dari wilayah tergelap dasar laut. Sebuah tepukan dibahunya membuat pandangannya teralihkan. Terlihat Ibu Caseta tersenyum lembut dengan sorot mata teduh.

"Pulanglah nak, mungkin disana kau bisa mengobatinya" ucap lembut sang Luna yang mencoba memberi saran pada Zinse.

"Ibuku benar Zinse, disini tidak bisa tapi diduniamu mungkin saja bisa. Ingat kita berbeda" ucap Caseta menyetujui ucapan ibunya.

Zinse termenung, kemudian matanya beralih pada Zyan. Mereka benar dirinya harus pulang. Tapi, apa yang harus dikatakanya pada Ayahnya jika mereka pulang dalam keadaan seperti ini.

Dengan berat hati Zinse mengagguk.

Sepertinya Ibu Zyan memiliki firasat akan terjadi sesuatu kepada putra suluangnya. Saat Zinse sampai didepan diduniannya, tepat didepan portal Heana, Ibu Zyan berdiri dengan raut wajah khawatir yang sedikit ketara.

"Zyan" ucap Heana kaget melihat Zinse yang memapah Zyan yang masih tidak sadarkan diri dengan sekuat tanaga.

Heana berjalan mendekat dan langsung membantu Zinse. "Apa yang terjadi padanya putri" tanya Heana.

"Zyan.. Zyan terkena racun laut gelap" ucap Zinse ragu dengan wajah meringis.

"APA!".

Bruk

Bruk

Aw

"AYAAAAAH!".

Zinse merengut dengan wajah kesal melihat Herclus tertawa. Ingin sekali rasanya mencubit pipi adik sepupunya yang menyebalkan itu. Tapi sayang sebelah tangannya terkilir karena menahan berat tubuh Zyan yang oleng karena Heana pingsan setelah apa yang Zinse ucapkan.

Sugguh kejadian yang memalukan. Zinse hampir ditertawakan Ayahnya melihat tubuh kecilnya menahan tubuh Zyan yang sedikit lagi mencium tanah.

"Sudahlah kak, simpan keinginanmu untuk mencubit pipiku sekarang ini. Lebih ba... ".

Aw aw aw

"Aku masih memiliki satu tangan lagi bocah" gemas Zinse membara mecubit pipi Herclus sekuat tenaga.

"Adududuh aduh kak lepaskan" ringis Herclus kesakitan.

Tak tega Zinse langsung melepaskannya. Terlihat telinga Herclus yang memerah karena ulahnya. "Maaf, sakit ya" ucap Zinse melunak.

Herclus mengendus kesal, tak menanggapi ucapan Zinse. Kakak sepupunya itu memang sedikit harus diberi hati. Dia beranjak keluar kamar Zinse, tapi sebelah tangannya ditahan oleh kakak sepupu cantikya itu.

"Apa?" Malas Herclus tanpa melihat mata Zinse yang bisa membuatnya luluh.

"Antarkan aku kekamar Ayah, aku ingin melihat Ibunda" Ucap Zinse pelan diakhir kalimatnya.

Herclus menghela nafas pasrah, kemudian menggangguk karena tak kuasa melihat kakak sepupunya itu. Pada kenyataan dirinya tidak bisa menang melawan keinginan Zinse.

"Tapi setelah melihat Bibi, kau harus melihat Zyan. Dia pasti akan segera sadar jika kau berada disampingnya".

Zinse terdiam sesaat, kemudian mengangguk pelan. Jujur saja dia sebenaranya belum siap melihat keadaan Zyan. Entah kenapa selalu ada perasaan yang tidak menyenangkan menyeludup kedalam hatinya melihat Zyan terbaring tak berdaya seperti itu. Rasanya sesak.

"Ibu" lirih Zinse saat melihat Jiliana yang bersadar pada kepala ranjang.

Jiliana tersenyum sendu, dia merentangkan tangannya. Seakan mengerti Zinse langsung jatuh dalam pelukan Ibunya. Air mata yang ditahannya luruh dengan tubuh yang bergetar.

Palukan hangat yang sangat dirindukan Zinse. Bisa dirasakannya tubuh Ibunya itu sedikit lebih kurus. "Putri cantikku tumbuh dengan baik" ucap Jiliana lembut.

"Sampaikan rasa terimakasihku untuk tunanganmu ya sayang" Zinse sedikit merengut, namun melihat wajah berseri Ibunya membuat Zinse terpaksa mengangguk.

Sejak kapan mereka bertunangan. Yang benar saja.

Zinse bercerita cukup lama dengan Ibunya, mereka bercanda sesekali tertawa melepas rindu yang ada dibenak keduanya.

Sepasang mata melihat interaksi Ibu dan anak itu memancarkan haru. Sebuah senyum tulus terbit dibibirnya.

________________________
Tbc

Tanggapan dicerita ini oke....


The Dragon Princess ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang