Bel istirahat telah berbunyi, membuat semua orang berbondong-bondong untuk meninggalkan kelas ke sebuah tempat menenangkan pikiran ke kantin dan sejenisnya. Hanya saja, Viola harus mengurungkan niatnya itu saat mendapatkan pesan dari Neon yang ingin menemuinya.
Ouh, jika mengingatnya! Viola sudah cukup lama tidak bertemu dengan Neon. Ingin menolak, tetapi Viola penasaran hal yang ingin disampaikan saudara tiri Atlas. Oleh karena itu, tanpa memberitahu Atlas dan mengatakan jika ia harus ke suatu tempat dulu, membuat Viola kini menaiki tangga untuk menuju ke atap sekolah---tempat yang menjadi destinasi unik dan cukup jarang dikunjungi.
Setibanya pun, Viola langsung melihat eksistensi seorang lelaki yang bisa ia kenal adalah Neon dari belakang. Sebenarnya, agak ragu ingin memanggil ataupun mendekat. Hanya saja, perdebatan dipikirannya itu langsung pecah kala Neon langsung berbalik dan tersenyum ke arahnya.
Viola makin gugup untuk melakukan sesuatu. Namun, yang ia kini lakukan adalah mendekat dengan senyum yang terus terpatri dan Neon yang menanti Viola sejak tadi.
"Viola!" Neon memanggil dengan perasaan yang campur aduk, membuat Viola merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Sungguh, Viola merasa tidak nyaman jika harus berduaan seperti ini dengan Neon.
Bagaimana jika ada kesalahpahaman lagi?
Viola sontak menggeleng, membuat Neon menarik kedua bibir untuk terbentang. "Aku yakin, kau akan datang, Viola."
Viola hanya mengangguk dengan ragu. "Aku, aku penasaran dengan hal yang ingin Senior katakan. Jadi, bisakah Senior mengatakannya saat ini juga? Aku--aku harus ke suatu tempat dan tidak bisa berlama-lama di sini," ucap Viola berusaha tenang. Terlebih, saat ia melihat Neon yang tenang---seolah-olah tidak terjadi sesuatu di antara mereka.
Neon pun mengangguk, masih dengan senyum yang terus terukir. "Mungkin terdengar tidak penting. Maksudku, aku … aku ingin meminta maaf atas apa yang telah kulakukan. Aku minta maaf, karena sangat egois dengan melibatkanmu dimasalah itu. Aku benar-benar ingin meminta maaf, Viola," ucap Neon seraya mengatupkan kedua tangannya dan memohon.
Demi apapun itu! Viola tidak bisa melihat seseorang yang memohon kepadanya. Alhasil, Viola meraih dan menggenggam jemari Neon lalu menggeleng dengan senyum.
"Kenapa Senior harus meminta maaf? Itu tidak diperlukan--"
"Itu perlu, Viola! Aku harus meminta maaf atas apa yang kuperbuat kepadamu. Aku … aku tidak bisa hidup setelah membuat luka dihati seseorang. Termasuk kepada suadaraku sendiri, Atlas!" ucap Neon yang masih terus tersenyum.
Sungguh, Viola tidak bisa melihat hal itu lagi, sehingga ia langsung mengangguk---masih dengan kedua tangan yang tergenggam. Tidak menyadari, jika seseorang yang tak jauh dari mereka, kini mengamati dengan lekat.
Dia adalah Atlas. Lelaki itupun hanya bisa menghela napas dengan pelan lalu berbalik. Akan tetapi, baru ia ingin melakukannya, kakinya malah menendang kaleng cat---membuat Viola dan Neon langsung berbalik sembari melepaskan genggaman di antara mereka.
"Atlas? Kau ada di sini?" ucap Viola. Hanya saja, Atlas mengabaikan hal itu dan malah menatap Neon dengan penuh makna.
***
Awalnya, Viola merasa semuanya akan membaik setelah permintaan maaf dari Neon. Akan tetapi, masalah kini bertambah kala Atlas salah paham melihat dirinya dengan Neon. Terlihat, Atlas yang menatap Viola dengan penuh harap akan jawaban, membuat Viola kini mengangguk---bersiap untuk mengatakan semuanya. Namun, Neon menggelengkan kepalanya kepada Viola lalu menunjuk dirinya sendiri.
"Biar aku saja yang mengatakan semuanya pada adikku," ucap Neon yang spontan membuat Atlas membuang muka.
"Adik?"
Neon hanya tersenyum tipis---mencoba untuk tenang. "Atlas, aku tidak melakukan dan tidak berniat merebut apapun. Aku hanya ingin meminta maaf kepada Viola karena melibatkannya dengan masalahku. Dan jika bisa, aku juga ingin meminta maaf kepadamu. Entahlah, aku bingung untuk mengatakan apa yang ada dipikiranku!" ucapnya.
Viola dan Atlas hanya terdiam, belum berniat untuk mengatakan sesuatu. Oleh karena itu, Neon menghela napas dan hendak untuk berujar.
"Atlas, aku tahu, kau marah denganku juga ibuku---"
"Ya, aku sangat marah! Bahkan, aku membencimu dan ibumu itu hingga sekarang!" pangkas Atlas dengan amarah yang mulai memuncak, lantas berkata, "Karena Ibumu yang masuk ke dalam hidup keluargaku, keluargaku langsung hancur berantakan dan Ibuku harus menjalani perawatan di yayasan kesehatan mental!"
Mendengar hal itu, membuat Neon menundukkan kepalanya dan Viola menatap Atlas dengan kilat. Sungguh, Viola baru melihat pribadi Atlas jikalau sedang marah. Ini pertama kalinya dan ia hanya bisa memegang pundak Atlas untuk tetap tenang. Akan tetapi, Atlas tidak bisa melakukan hal itu kala kabut kebencian menyeruk ke dalam hati dan pikirannya.
"Neon! Viola memang bisa memaafkan semua kesalahanmu, tetapi aku sama sekali tidak bisa memaafkanmu saat kau masuk ke dalam kehidupanku! Sampai kapan pun itu!" Lantas, Atlas langsung berbalik dan menarik langkah dengan cepat. Tidak memedulikan, pekikan Viola yang menggema dan tidak ingin mendengar semua penjelasan dari Neon.
Neon merasa tidak berdaya dan Viola merasa tidak tega melihat perselisihan yang terjadi di antara kakak-adik itu. Pantas saja! Viola selalu melihat pancaran bola mata penuh makna kala Atlas dan Neon berpapasan. Nyatanya, ada rasa kebencian yang terus tersimpan hingga kini dan ia tidak mengerti hal itu.
Alhasil, Viola mengurungkan niat untuk mengejar Atlas dan memilih mendekat kepada Neon untuk mengetahui banyak hal. "Senior, aku tahu, pertanyaanku sangat lancang! Akan tetapi, bisakah kau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa bisa terjadi?" tanyanya agak ragu.
Sebenarnya, Viola tidak mengharapkan Neon untuk menjawab pertanyaannya itu. Namun, melihat Neon yang menghela napas pelan dan menaikkan kepala, membuat sepercik harapan kini timbul. Bahkan, kala Neon mengangguk untuk mengiyakannya.
"Akan aku ceritakan dan ini bermula di mana Ibu Atlas mengidap penyakit mental dan merasa takut juga cemas terhadap apapun. Ibuku dan Ibu Atlas teman baik. Hingga di mana Ibu Atlas harus menjalani perawatan intensif di sebuah yayasan. Akan tetapi, hal itu malah semakin memperkeruh keadaan. Sebenarnya, pernikahan antara Ayah dan Ibuku untuk kepentingan bersama. Atlas masih anak-anak pada waktu itu dan membutuhkan kasih sayang. Namun, nyatanya! Atlas tidak menerima hal itu dan selalu menyalahkanku serta Ibuku."
"Aku sangat marah, kala Atlas selalu menghina Ibuku. Akan tetapi, Ibuku selalu menyuruhku untuk tetap sabar dan menghormati Atlas sebagai adikku. Namun, nyatanya itu akan semakin sulit saja! Terlebih, permasalahan yang melibatkanmu, membuat Atlas semakin membenciku! Dan sungguh, Viola! Aku tidak tahu harus melakukan apa!"
Viola yang mendengarnya, merasa sangat terkejut. Ia baru mengetahui alasan perselisihan kakak-adik itu, dan membuatnya harus melakukan satu hal agar keduanya bisa membaik dan kebencian Atlas bisa mereda.
Sepertinya, Viola telah memikirkan satu hal yang secara kilat membuat kedua bibirnya merekah.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLE
Teen FictionViola Dickson adalah gadis cantik dan berprestasi yang harus menyelesaikan taruhan dengan sang kakak yang selalu saja mengatainya tidak bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terus saja mengolok-oloknya, saat ia yang ingin menjadi ketua...