Part 15

794 129 13
                                    


Happy Reading

Tak terasa minggu depan adalah waktunya antara Chika dan Vivi tanding basket one on one. Latihan Chika semakin meningkat dan intensif. Kemampuannya pun bisa dibilang lumayan untuk latihan secepat ini, walau tak bisa dibilang b aja. Urusan Vivi adalah pemain basket sekolah yang berpengalaman, itu soal lain. Harga diri adalah prioritas.

"Aku gimana, Mir?" tanya Chika.

Mira menyerahkan satu botol minuman dingin ke Chika, "Menurut aku, fisik kamu udah kuat. Main sepuluh lima belas menit masih sanggup lah. Shoot kamu juga sering akurat. Dribble udah bagus banget. Tinggal tehnik ngegocek aja sih."

"Huff..." Chika meniup poninya sendiri, "...Chika takut, Mir."

Mira mendekat ke Chika, duduknya menghadap gadis itu. "Takut apa?" Menepikan rambut Chika ke belakang telinganya. Chika menoleh dan tersenyum. Nyaman dengan perlakuan Mira.

"Dia ngeremehin aku sama kamu. Kan yang ngelatih basket Chika itu kamu sama Ara. Siap - siap deh aku ganti ekskul kalau kalah." Chika menghela nafasnya panjang.

"Ngga akan aku biarin dia ngeremehin," tangan Mira mengepal. "Aku pasti ikut kamu ekskul lain!"

"Tapi Mira kan udah masuk tim?"

"Kepisah sama kamu?" Mira menggeleng, "Cukup Rojali sama Juleha aja dipisah!"

Chika ketawa ngakak, "Soto sama nasi kali ah dipisah..."

"Isabella dipisah jadi lagu, kita dipisah jadi apa?" tanya Mira.

"Kalau kata Christy, mana saya tempe? Hahaha..."

"Jadi ngga ngaruh dong. Rumah kita kan sebelahan," tukas Mira.

Chika masih melanjutkan tawanya, "Aku belum pernah sebingung ini. Makin deket minggu depan, makin parno weh. Takutnya nanti pas tanding, saking gugupnya aku malah lengah," celoteh Chika panjang lebar.

Mira menarik tangan Chika, menggenggam jemari lentiknya, "Kalau kamu terus bilang takut, kalah, gugup. Bakalan beneran kalah. Karena yang ada di pikiran Chika itu negatif terus," Mira membawa tangan Chika ke kepalanya, "Isi kepala harus positif, Chik. Bukan berarti ga boleh grogi. Kamu paham kan?" Mira mengelus punggung tangan Chika.

"Kepala Chika isinya harus berani gitu ya? Pokoknya main aja dulu. Hadapin. Bener ya?"

Mira mendekati Chika, mengikis jarak manik coklat dan hitam mereka. Saling berpandangan lalu menoleh kiri dan kanan mengamati situasi. Takut ada yang melihat. Ia mengusap rambut di kedua sisi kepala Chika. Kepalanya di dorong dan bibir Mira mengecup kening Chika. Terdengar tawa kecil. "Aku yakin kamu bisa, Chik."

"Iya..."

"Cium bibirnya di kamar kamu aja lagi ya?" bisik Mira disusul kekehan.

Chika mencubit gemas hidung Mira, "...pacaran juga ngga, mintanya ciam cium mulu!"

"Tapi mau kan?" Mira mencolek dagu Chika.

"Ga!"

"Ga salah lagi kan?" rayu Mira.

Sedang asyik bermesraan, seseorang berteriak memanggil nama Mira dari luar lapangan basket kompleks rumah. Mereka berdua mencari sumber suara dan terperangah dengan seseorang itu. Tumben - tumbenan lagi datang. Mira membuang muka, enggan menatapnya.

"Boleh gue ngomong sebentar?" pinta Vivi, berdiri di hadapan Chika dan Mira.

"Iya boleh," jawab Chika akhirnya, karena Mira membisu.

Vivi pun duduk saja di lapangan, karena tidak mungkin memilih duduk di sebelah Mira atau Chika. "Tentang pertandingan gue sama Chika minggu depan. Gue mau ngerubah aturannya."

MirasanChika [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang