^ Alex Cha / Alex Jo'brien^
<STARTED WITH A CRY>
Kamar tersebut jauh lebih besar dari kamar pribadinya di Seoul. Sebuah ranjang queen size tergeletak di ujung ruangan. Sebuah meja belajar dengan warna coklat dan rak buku kosong tampak tergeletak di hadapan ranjang empuk pada kamar barunya itu. Entah mengapa sekelilingnya terasa kosong, seperti sebuah ruangan kosong yang tampak membosankan dan mengerikan disaat yang bersamaan. Fakta bahwa dia tidak akan pernah kembali ke rumahnya di Seoul membuat Hyunsoo menarik nafas dalam, dadanya terasa sesak.
Beberapa menit hanya berdiri di tengah tengah kamarnya, Hyunsoo mendorong jauh jauh perasaan berat pada dadanya. Kakinya bergerak untuk membawanya duduk diatas kasur baru yang terasa empuk dengan seprai berwarna abu abu yang halus. Dia harus membereskan barang barangnya. Tidak banyak yang dia bawa. Toh dia tidak memiliki banyak barang pribadi. Kedua orang tuanya lebih sering memberikan barang barang pada adiknya. Tidak masalah. Hyunsoo mengerti tindakan kedua orangtuanya. Lagi pula siapa yang mau mengurus orang sepertinya? Dia hanya beban bagi banyak orang. Seharusnya dia tahan saja semua itu. Seharusnya dia biarkan sahabatnya berjalan saat sebuah truk sedang melaju cepat dan tidak perlu melawan Dohun. Rahangnya mengatup kencang, nafasnya memburu seiring berjalannya memori memori mengerikan pada otaknya.
Ketukan pada pintu kamarnya berhasil membuat Hyunsoo tersentak. Seluruh memori buruk menghilang begitu saja, menyisahkan sedikit ruang kosong pada dirinya. Hyunsoo berjalan pelan menuju pintu kamarnya sebelum membuka pintu tersebut secara perlahan. Wajah samcheon Junhwan tampak di hadapannya. Pria tampan yang tampak sangat awet muda itu tersenyum lembut padanya.
"Makanan sudah siap. Kau dapat membereskan pakaian dan barang barangmu setelah ini." Hyunsoo mengangguk sebelum kembali membuka pintunya lebih lebar. Entah mengapa setelah memori memori masa lalunya, dia merasa lebih tertekan dengan orang orang di sekitarnya. Tangannya bergerak mengelus pergelangan tangannya yang tertutupi hoodie hitam miliknya, mengingatkannya pada luka yang menghiasi hampir seluruh pergelangan tangannya.
"Aku memasak cream soup dengan mash potato. Aku harap kau menyukainya?" Hyunsoo hanya mengangguk pelan. Dia bahkan tidak memiliki motivasi untuk mendongak dan menatap wajah samcheonnya.
Alex dan uncle Hans sudah duduk rapi di meja makan yang terletak di bagian apartement Alex dan dirinya. Hyunsoo secara otomatis duduk di sebelah Alex yang menoleh dan memberikan senyuman tipis padanya. Sebuah senyuman yang tidak dapat Hyunsoo lihat mengingat pemuda itu memutuskan untuk menatap ujung lengan hoodienya sembari bermain dengan sehelai benang yang muncul entah dari mana.
Samcheon Junhwan duduk di hadapannya. Pria itu menyodorkan sebuah piring dan mangkuk kecil untuk mash potato serta cream soup yang dibuat pria tersebut. Hyunsoo mengangguk sebagai tanda terima kasih. Acara makan siang berlangsung dengan tenang. Tidak banyak yang dibicarakan keluarga kecil di sekitarnya. Hyunsoo tidak tahu apakah itu terjadi akibat keberadaannya disana atau mereka memang terbiasa makan dalam hening.
Butuh sekitar setengah jam bagi mereka untuk kembali berbincang dengan satu sama lain. Hanya sebuah percakapan singkat yang terdengar cukup santai. Hyunsoo sudah sangat siap untuk meraih piringnya dan meletakkannya pada tempat cuci piring saat sancheon Junhwan memutuskan untuk membicara padanya.
"Hyunsoo, kau akan bersekolah di sekolah yang sama dengan Alex." Pergerakan tangannya berhenti begitu saja. Dia akan sekolah? Bagaimana? Dia tidak memiliki uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Started with a cry (boyxboy)
FanfictionBagaimana jika kau harus menanggung sial akibat kebaikan yang kau berikan? Apakah kau akan marah? Kesal? Menangis? Cha hyunsoo harus pindah dari wilayah tempat tinggalnya setelah mendapat surat peringatan akibat tindakannya melawan penindas. Mendara...