46. Nn

946 152 68
                                    

Sengaja ga buka wa, wp, ig karena ada kalean semua yang isinya tagihan.

😆😆😆

Aq up ya, meski ala²



Happy Reading

↓↓↓

"Gimana ngedate-nya, seneng ga?" kami jalan bersisihan sambil menautkan jemari. Melewati beberapa jejeran mobil yang sudah terparkir oleh pemiliknya di basement VIP.

"Seneng sih. Padahal awalnya aku canggung, kayak bingung mau ngapain dulu. Seru juga sih, tapi sayang cuma jajan jus, cilok sama permen kapas. Ga ada seblaknya" raut mukanya langsung menampakkan kekecewaan hanya karena Kang seblak ga jualan.

"Kang seblak mulu kamu mah"

"Ihh, ga usah bete gitu. Orang cuma mau makan seblak doang" kami masih mengobrol sambil menunggu lift turun.

"Besok aku beliin" potongku kesal.

"Beneran ya, tapi harus di tempat langganan" aku pun mengangguk pasrah. Asal jangan minta yang jualan aja, bee.


Aku memencet tombol angka sebelum lift yang kami masuki merangkak naik lalu bersandar ke belakang. Apalagi kamar apartemen Reesha berada di lantai atas, pasti masih lama untuk sampai ke sana.

"Peluk" ku rentangkan ke dua tangan ku, berharap Reesha masuk ke dalam pelukanku.

"Jangan ganjen deh, kita di lift tau" jawabnya acuh sedikit mendorong dadaku menjauh.

"Oke, fine. I don't touch you, again" berangku. Bahkan kini aku sedikit memberikan jarak dengannya. Sedangkan Reesha masih asik memijit smartphonenya, mungkin benda mati itu sedang pegal-pegal. 'Ga sekalian aja celupin ke minyak urut', gerutu dalam batinku.

Serasa kejadian minggu lalu terulang kembali, terdzolimi dengan pacar sendiri. Kembali terlihat mengenaskan dari pantulan dinding persegi. Kali ini aku lebih memilih bersandar di pojok dengan tangan bersedekap. Menghalau kegalauan yang mulai menguasai sisi hatiku.

Ting!

Lift berdenting bersamaan terbukanya pintu tersebut di lantai 3 dan sepasang kekasih memasuki ruang besi ini. Mereka tak langsung menekan tombol tapi malah asik bermesraan. Mungkin baru jadian, jadi masih sayang-sayangnya dengan pasangan mereka. Sungguh kontras dengan keadaanku sekarang.


Dan anehnya, mereka malah lebih berani melakukan hal tersebut di depan kami, seakan kami makhluk tak kasat mata. Walau mereka hanya sebatas rangkulan dan berbalas pelukan, tetap saja keadaan tersebut membuatku iri.

"Sayammpt~" gila kan, perempuannya saja sampai mendesah. Bukannya berpaling, aku malah menelisik wajah mereka berdua dan ternyata mereka adalah orang yang sama saat aku mengantar Reesha pulang tempo lalu.

Dan laki-laki mesum ini sudah menelusupkan wajahnya ke leher lawannya. Mereka pun tak bisa meredam suara cecap dan desahan ke duanya. Bukannya berhenti karena suara desahan yang semakin terdengar, pria tersebut malah semakin menjadi dengan meremas salah satu payudara wanitanya.

Brengsek!

Mungkin wajahku sudah terlihat jengah. Aku pun melihat Reesha yang juga tidak nyaman dengan perlakuan mereka. Lalu aku membalikkan tubuhku cepat menghadap dinding dingin lift, mengabaikan Reesha yang mulai gelisah.

Walaupun saat ini aku ingin memeluk dan Reesha ingin dipeluk, aku tetap mengabaikannya. Bukankah tadi dia menolakku. Rasain! Mamam tuh adegan vulgar secara live, huh!

Yes, i'm stuck with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang