DOR

896 115 15
                                    

🦩🦩🦩













Taehyung menghabiskan gelas ketiganya. Seokjin sang kakak hanya menuruti keinginannya saja. Sudah hampir sebulan adiknya seperti ini, Seokjin belum tau penyebabnya, karena sang adik tidak pernah cerita.

Selalu ada satu nama yang dia sebut saat mabuk begini. Seokjin bahkan tidak tau yang selalu disebutnya itu manusia atau barang kesukaannya, entahlah.

Seokjin sedikit kasihan melihat keadaan adiknya akhir-akhir ini. Dia bekerja seharian penuh, makan pun jarang, pipi yang tadinya bisa dimakan karena mirip roti tidak lagi terlihat.

Taehyung terlalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Terkadang dia menangis sendiri dalam kamar, Seokjin hanya membiarkannya saja. Membiarkan Taehyung menyakiti dirinya sendiri dengan memukul tembok, memukul dadanya sambil bilang 'sakit'

Apa sebenarnya yang terjadi selama ini? Apa yang adiknya lewatkan dalam hidupnya sehingga dia setersiksa begitu. Ada penyesalan dan sakit yang kuat yang Seokjin lihat dari adiknya.

Penyesalan akan apa?

Sakit akan apa?

Adiknya bahkan selama ini tidak pernah terdengar melakukan kesalahan dalam pekerjaannya. Dia pun tidak pernah dekat dengan seseorang yang mungkin membuatnya sakit.

Seokjin membuka satu persatu isi mobil Taehyung setelah membawa adiknya masuk ke kamar. Dia harus mencari penyebabnya. Barangkali dia menemukan petunjuk disini.

"Apa yang kau sembunyikan dari kakak dek"

Jin mencari apapun yang bisa dia temui dalam mobil Taehyung yang berisikan surat-surat yang dia tidak mengerti sama sekali, karena bukan bidangnya.

Seokjin adalah chef profesional disalah satu hotel berbintang Signiel Seoul yang terletak di antara lantai 76 dan 101 di Lotte World Tower, Signiel Seoul menampilkan pemandangan Seoul yang indah dari 235 kamar. Jadi untuk urusan kepolisian Seokjin nol besar.

Dia membaca satu persatu dokumen yang Taehyung miliki namun hasilnya sama aja, dia tidak paham. Membuka dasbor mobil dan menemukan satu pistol disana yang Seokjin yakin tanpa peluru. Adiknya tidak pernah menaruh barang itu sembarangan, dia akan selalu mengantonginya.

"Apa pistolnya sudah rusak?"

Seokjin mencoba menarik platuknya dengan begitu cepat.

DOR

Seokjin berkeringat dingin, menjatuhkan pistol itu begitu saja. Pikirannya bercabang, bagaimana kalau dia baru saja meledakkan kepala seseorang?

Runtuhan kecil dari kaca mobil Taehyung perlahan meluruh karena peluru yang Seokjin gunakan tadi.

Seokjin menatap kesana kemari, bagaimana kalau para tetangganya bangun, dia tidak akan dipenjarakan karena dituduh membawa senjata ilegal. Tapi kan itu milik adiknya, dan adiknya polisi, jadi dia aman.

Tapi setelahnya di buru-buru keluar dari mobil Taehyung, dengan gemetar dia memungut pistol yang sempat dia gunakan untuk memecahkan kaca mobil Taehyung ke dalam kamar Taehyung. Besok pagi akan dia jelaskan semuanya dengan hati dingin.

Keesokan paginya Seokjin sudah menyiapkan sarapan yang sehat untuk adiknya yang libur. Dia bahkan membiarkan adiknya bangun kesiangan, padahal biasanya dia marah-marah gak boleh ada yang bangun siang, namun kali ini tidak apalah.

"Tae, ayo sarapan"

Panggilnya saat Taehyung baru menuruni tangga dengan mata masih setengah terbuka, masih ngantuk.

Seokjin menuntunnya ke meja makan, dia bahkan menarik kursi untuk adiknya duduk.

"Hari ini sarapannya nasi goreng aja yah, kakak ada keperluan mendadak"

"Hm"

Seokjin bahkan menyuapi adiknya dengan baik, sampai nasinya habis. Setelahnya dia membersihkan dapur, kemudian pamit ke Taehyung.

"Kakak berangkat, hati-hati dirumah, jangan banyak pikiran ok"

Taehyung mendecak, bawel bener kakaknya ini. Dia menutup pintu setelah kakaknya keluar.

Namun dia mengingat kembali kebiasaan sang kakak, dia akan memperlakukannya dengan baik jika dia melakukan satu kesalahan.

Dia tiba-tiba kepikiran mobilnya, jangan bilang semalam mobilnya penyok nabrak pohon.

Dan saat Taehyung membuka garasi, hal pertama yang dia temukan adalah sebuah kertas besar yang ditempelkan depan kaca mobil yang menutupi keseluruhan mobil dengan kata 'MAAF'

Taehyung berbalik, namun dia merasa ada yang ganjal, dia menarik kertas tadi dan dia dihadiahi kaca mobilnya yang bolong. Dia tau betul penyebab kaca mobilnya bolong.

Dia membuka mobilnya yang ternyata kuncinya masih tergantung disana. Membuka rekaman kamera dengan buru-buru. Tidak peduli dengan kakaknya yang membaca dokumennya. Lalu kemudian dia menemukan kakaknya yang gemetaran setelah memegang pistol.

Taehyung menelpon kakaknya, takut kalau dia masih gemetar karena kejadian yang tidak diduga-duga, namun Seokjin tentu tidak merespon karena takut dimarahi. Padahal niat Taehyung mengecek keadaannya saja.

Taehyung yang salah, seharusnya dia tidak meletakkan pistolnya sembarang tempat. Tapi yang dia ingat dia tidak pernah meletakkan apapun didasbor mobilnya.

Taehyung menuju kamar, dicctv memperlihatkan kakaknya masuk ke kamarnya dengan sebuah pistol. Taehyung membuka nakas kecil disamping tempat tidur.

Dia terdiam saat menemukan barang yang sudah lama dia simpan. Barang yang seharusnya dia buang, atau mungkin dikembalikan ke pemiliknya. Namun itu tidak mungkin, Jeongguk sudah membencinya, Jeongguk sudah pergi dari hidupnya.

















•jassint•




HEART BEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang