Ragata menopang tangannya di dagu sembari menatap Pandu yang berbincang dengan teman-temannya. Laki laki itu terlihat tertawa kecil ketika mendengar candaan teman-temanya. Sekali kali, ia akan menatap Ragata yang sedang menopang dagu. Lalu, kembali fokus dengan teman-temannya.
Kemudian, Ragata menatap teman temannya yang sedang digombali oleh teman-teman Pandu. Mereka terlihat tertawa kecil. Hah, memang dasar teman teman Pandu tukang gombal dan modus. Ya, seperti yang diucapkan Pandu tadi.
Beberapa kali mereka juga menggombali Ragata dengan kata kata mereka sendiri. Lalu, tidak lama setelah gombalan itu terdengar, satu pukulan mendarat di pipi mereka karena Pandu yang tiba-tiba memukul mereka.
Terlihat sekali raut kecemburuan di wajah Pandu. Teman teman Pandu bukannya marah, mereka malah tertawa terbahak-bahak. Mungkin sudah biasa merasakan tendangan atau pukulan di tubuh mereka. Jadi, saat Pandu memukul mereka, seperti tidak merasakan apa apa setelahnya.
Hmm, bermain bersama teman teman Pandu memang sangat menyenangkan. Mereka yang memang heboh ditambah lagi dengan teman teman Ragata yang orangnya juga heboh.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Ragata dan ketiga temannya memilih untuk balik ke rumah Ragata. Pandu mengantar keempat gadis itu sampai di depan pagar rumah Ragata.
Ketiga teman Ragata masuk duluan ke dalam rumah meninggalkan Ragata dan Pandu yang sedang berbincang.
"Besok gue antar lo ke sekolah ya. Jangan pergi duluan. Nanti gue ngambek kalau ditinggal." Ucapan Pandu sukses membuat Ragata tertawa kecil. Ia memukul lengan Pandu sedikit kasar.
"Apaan dah. Kayak cewek aja ngambek ngambek segala." Setelahnya Ragata tertawa kembali.
"Emangnya cowok nggak boleh ngambek apa?" Ragata menatap Pandu sembari tersenyum geli.
"Ya nggak tau." Ragata kembali tertawa. Membuat Pandu ingin menciumnya. Ups, bukan mahram, hahaha.
"Ih, bikin gemes deh," ujar Pandu seraya menggerak-gerakan tangannya seperti banci. Ragata yang melihat itu tertawa kencang sembari memukul tangan Pandu yang bergerak.
"Gila."
"Iya, gila karena mu." Lagi dan lagi Ragata tertawa sangat kencang. Entah lah, jika bersama Pandu ia merasa sangat bahagia. Rasa sukanya pada laki laki itu semakin menjadi setiap harinya.
"Udah, masuk sana. Udah malam banget loh. Nggak baik cewek tidur malam malam. Nanti digangguin hantu." Kening Ragata mengkerut dan meminta penjelasan, "udah sana masuk. Jangan lupa mimpiin gue ya. Panggil nama gue 10 kali, pasti wajah gue bakal ada di mimpi lo." Ragata hanya bergumam untuk menjawab ucapan Ragata.
Pandu menatap Ragata yang sudah mulai memasuki pagar dan masuk ke dalam rumah. Tanpa sadar, Pandu tersenyum sangat lebar. Saat Ragata sampai di depan pintu rumahnya, Ragata berbalik untuk menatap Pandu.
Keduanya terlihat saling menatap. Pandu menggerakkan kepalanya menyuruh Ragata untuk menutup pintu dan tidur. Setelah pintu rumah Ragata menutup, Ia berbalik dan berjalan memasuki pagar rumahnya sendiri.
🌸~•••~🌸
Setelah pulang sekolah, Pandu menjemput Ragata di sekolahnya. Keduanya memilih jalan-jalan terlebih dahulu. Dan disini lah mereka, di tempat penjual bakso dekat sekolah Pandu. Di tempat penjual bakso itu, terdapat teman satu sekolah Pandu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pandu!
HumorPandu Aksara, orang orang biasa memanggilnya Pandu. Seorang laki laki berumur 17 tahun yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh seorang wanita lembut dan penuh kasih sayang. Namanya Hana Karim. Pandu sering memanggilnya den...