Paris adalah kota cinta, begitu orang-orang ramai menuturkan. Keindahan kota tersebut sudah tersohor, membuat tiap pasang telinga yang mendengar kisah para petualang cinta ikut terkagum. Tak terkecuali Kevin, yang kini tengah asyik membaca koran pagi ditemani secangkir kopi, ia rela mengambil cuti beberapa hari demi menemani sang kekasih hati. Pintar sekali mengambil meja di bagian luar restoran agar lebih mudah menghirup udara segar.
Mon Paul jadi salah satu restoran dalam daftar tempat yang harus dikunjungi. Tunangannya bilang kopi di sini sangat nikmat, apalagi jika dibarengi dengan sepotong pai apel hangat langsung dari pemanggang. Benar sekali, Kevin dengan sabar menghabiskan waktu membaca koran berbahasa Prancis yang ia sama sekali tak mengerti demi sepotong pai.
Restoran ini beralamat di 15 Place Dauphine, terletak di Île de la Cité yang merupakan salah satu dari dua pulau alami di tengah Seine. Tempat yang amat cantik, mengingat kota abad pertengahan kembali didirikan di sini. Arsitektur tiap bangunan sungguh memikat mata para turis asing seperti Kevin. Bahkan sebelum datang ke Mon Paul, Kevin telah lebih dulu berjalan-jalan menikmati pemandangan di seputaran taman pinggir sungai.
Ponsel di atas meja bergetar halus, membuat Kevin mengalihkan fokus sejenak demi menjawab panggilan tersebut. Begitu ia lihat nama si cantik muncul, senyumannya yang kata orang sangat memikat hati terpatri otomatis tanpa bisa terkendali.
"Ya? Masih di toko parfum? Baiklah, toh pai apelku juga belum datang. Iya, Sayang, sampai nanti."
Panggilan berakhir, hampir bersamaan dengan kedatangan seorang pelayan yang telah dinanti-nanti. Wajahnya khas sekali Prancis, Kevin menerka kalau ia berusia 30-an dengan papan nama 'Louis' terpampang di seragamnya.
Setelah mengucapkan terima kasih dalam bahasa Prancis―hanya itu yang Kevin ketahui, sang pelayan pergi dan saat yang ia tunggu pun tiba. Kembali meneguk kopi sedikit, Kevin mengambil garpu dan mulai memasukkan potongan kecil pai manis itu ke dalam mulutnya.
Kevin akan melupakan segalanya jika telah larut dalam rasa manis yang memanjakan lidah. Ia mungkin juga tak menyadari tatapan beberapa gadis Prancis yang lewat di trotoar, menilik kagum pada pria berambut hitam dengan mata hazel yang sedikit sipit seperti dirinya.
Masih sambil menikmati sarapannya, Kevin memikirkan hal-hal random dalam kepala. Tentang kemungkinan ia akan membuka cabang perusahaan di Paris, atau malah memindahkan kantor utamanya di Seattle ke sini?
Karena, sungguh, setelah dengan sang jelita bermata indah yang sebentar lagi ia nikahi, Kevin kembali dibuat jatuh cinta oleh si cantik Paris yang memesona.
0o0
Gadis blond selalu memiliki tempatnya tersendiri di Paris, begitu pula L'Artisan Parfumeur yang penuh suka cita menerima Milan dengan senyuman ramah dari tiap pegawai sejak langkah pertamanya menjejaki toko.
Seorang pria menghampirinya, memberi salam dalam bahasa Prancis dilanjutkan obrolan berbahasa Inggris karena ia tahu bahwa Milan adalah seorang pendatang. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?"
"O, aku mencari sebuah parfum yang cocok untuk tunanganku."
"Wah, untuk seorang pria beruntung?" canda si pegawai, memancing tawa Milan sejenak. "Sebelah sini, Nona."
Milan pun mengikutinya sembari mata melihat-lihat parfum yang dipajang. Ada berbagai jenis dengan aroma dan fungsi yang berbeda. Ia dibawa ke bagian parfum untuk pria, omong-omong. Sang pegawai yang ber-name-tag 'Archer' mempersihlakan Milan duduk lalu mengeluarkan beberapa jenis parfum dari laci konter berdinding kaca.
"Kami selalu memberikan parfum pada pelanggan dengan aroma yang cocok dengan image mereka." Archer kembali membuka percakapan. "Kalau boleh tahu, seperti apa kiranya tunangan Nona? Atau mungkinkah ia memiliki selera khusus untuk parfum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The B Anniversary Project: Walkin' in Time
Fanfiction"The past should be left in the past. But now you are here, walking in time with us." The B writing project with The Boyz and Hyunjoon Hur.