45. Should I Go or Stay

20.5K 1.5K 38
                                    

Selina menatap layar ponselnya. Ia tiba-tiba resah. Pesan yang baru saja masuk itu dari Banyu. Hanya ada beberapa kata yang mampu membuat gadis itu uring-uringan.

Gue pergi malam ini. Pesawat jam 12 malam

Isi pesan itu cukup singkat. Tapi sangat informatif hingga Selina bersiap sejak sore.

Kali ini, ia tidak akan melewatkannya. Gadis itu harus bertemu sekali lagi dengan Banyu sebelum pergi jauh dan entah kapan kembali. Suka-suka Banyu dan waktu liburnya.

"Mau kemana?" Tanya papa yang sedang menonton film bersama mama di ruang keluarga.

"Pergi nganterin Alir ke bandara," jawab gadis itu santai.

"Kamu balikan sama Banyu?" Kali ini giliran mama yang bertanya.

"Balikan? Kayak orang pacaran aja deh, si mama."

"Loh, bukannya dulu kalian pacaran sampai mau nikah?" Mama heran.

Kenapa kata nikahnya sampai diungkit lagi? Itu adalah kenangan menyedihkan bagi Selina. Sesalnya masih terasa sampai sekarang.

"Pokoknya Selina izin. Ntar Juna jemput kok. Selina pergi naik kereta," izin gadis itu.

Papa mengangguk, pun mama. Mereka tidak lagi khawatir karena Kevin. Lelaki itu sedang terkurung di penjara. Bukan karena laporan Selina, gadis itu tetap tidak melapor. Tapi ini tentang hal lain. Berkaitan dengan pekerjaan lelaki itu. Selina tidak peduli, dan tidak mau tahu tentangnya lagi.

Ia melangkah dengan ringan, kemudian segera masuk ke dalam taksi yang akan membawanya ke stasiun.

Selama di perjalanan, Selina menatap keluar jendela. Jauh di lubuk hatinya ia gelisah. Banyu pergi lagi sangat mengganggu otak gadis itu.

"Hei," sapaan dan sentuhan di pundak Selina menyadarkannya.

Gadis itu baru saja melamun di tengah keramaian stasiun. Ia pun berbalik dan mendapati Banyu tersenyum kecil.

"Gue kira lo nggak bakalan dateng nganterin gue," ucap lelaki itu.

"Enggaklah," tanggap Selina.

Ya mana mau gadis itu membuang kesempatan ini. Sudah cukup dua kali ia tidak berkesempatan mengucap kata perpisahan pada lelaki yang kini duduk di sebelahnya.

"Itu keretanya." Banyu beranjak. Lelaki itu menggamit pergelangan tangan Selina dan menariknya untuk segera masuk ke salah satu gerbong.

Suasana kemudian hening. Hanya ada suara ketikan ponsel Banyu. Tampaknya selama perjalanan ke bandara, lelaki itu sedang sibuk. Mungkin mengurusi pekerjaan yang satu minggu lebih sudah ditinggalkan.

Selina hanya mengintip sedikit tapi setelah itu mengalihkan tatapannya dari layar ponsel Banyu. Ia tahu, ada batasan yang boleh dan tidak dilakukan dalam menangani jiwa keingintahuannya.

Karena menumpang kereta, keduanya dengan cepat sampai bandara. Selina terus berjalan menyamakan langkah dengan Banyu. Masih dalam suasana hening.

"Habis ini gue mungkin pindah lagi ke tempat lain," ujar Banyu tiba-tiba.

"Oh ya? Kemana?"

Lelaki itu tersenyum miring, "rahasia."

Kesal, gadis itu memukul pelan bahu Banyu, "kalo nggak niat kasih tau, jangan bikin penasaran dong!"

Lelaki itu tertawa terbahak. Menambah kekesalan Selina.

"Pokoknya tempatnya bagus," lanjut Banyu.

"Bodo!" Tampaknya Selina merajuk.

Mereka berhenti berjalan. Lalu berdiri di depan pintu masuk terminal keberangkatan.

Misi Selina (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang