10.Kebenaran

4.5K 329 52
                                    

Saat ini Ben dan Alexa sedang berada di perusahaan cabang gadis itu di London, rencananya Senin depan Alexa akan ke New York untuk memeriksa perusahaan pusat.

Alexa baru saja selesai menandatangani beberapa berkas kerjasama dengan perusahaan lain. Termasuk perusahaan Alexander, milik mantan keluarga nya. Terdengar kasar, namun memang itu kenyataannya.

Alexa berdiri di depan kaca gedung, ia bisa melihat pemandangan kota London yang terlihat begitu indah, padat, sibuk, namun dengan cuaca yang nampaknya lumayan buruk, mungkin nanti akan turun hujan.

Kejadian di club Minggu lalu ternyata berdampak lumayan besar, Lea semakin memperlihatkan rasa bencinya pada Alexa di sekolah.

"Apa yang kau pikirkan?" Ben dengan berani memeluk gadis itu dari belakang, lalu menyenderkan kepalanya di pundak gadis itu. Alexa mengusap lengan pria itu yang bertengger manis di pinggangnya.

"Tidak ada." Alexa terus menatap pemandangan di depannya. Seketika ingatannya tertuju pada Arkan, semakin hari, pria itu semakin gencar mendekatinya. Apa Alexa risih?YA! DIA SANGAT RISIH!.

"Alexa aku ingin mengatakan sesuatu," Ben menjeda ucapannya. Alexa menolehkan wajahnya ke arah Ben hingga reflek pipi mereka menyatu. ia bisa merasakan deru nafas pria itu yang beraroma mint.

"Katakan!" Alexa nampak penasaran, biasanya Ben langsung to the point, karena Ben bukan tipe pria yang suka bertele-tele dan banyak basa-basi.

"Aku---"

Drettt

Getaran di ponsel Alexa membuat Ben menghentikan ucapannya. Alexa mengambil dan membuka aplikasi pesannya. Dengan posisi mereka yang seperti itu dengan jelas Ben bisa melihat daftar siapa saja yang mengirimkan gadis itu pesan.

Ben bisa melihat nama Arkan di barisan ke dua, barisan pertama? Ben melihat itu nomor tidak di kenal, buktinya Alexa sama sekali tidak menyimpan nomor itu. Dan karena nomor sialan itu Ben jadi menunda acara bicaranya dengan Alexa.

"Siapa Arkan?" tanya Ben dengan nada tak suka, sebenarnya ia sudah tau siapa Arkan. Sosok lelaki yang akhir-akhir ini mengincar gadisnya. Namun Ben ingin jawaban dari bibir itu langsung.

"Teman sekolah." singkat Alexa. Ben menarik sudut bibirnya ke atas.

"Seorang Alexa memiliki teman? Mustahil!" bantah Ben enggan melepaskan pelukannya, malahan ia semakin mengeratkan pelukannya. Giginya mulai gemeletuk, dan Alexa tau pria itu sedang mencoba meredam emosinya.

"Di hanya orang iseng yang suka mengganggu ku!" bantah Alexa cepat karena tidak mau memperkeruh suasana.

"Jika hanya orang iseng, kenapa kau menyimpan nomornya?" bantah Ben tak mau kalah.

"Dia memaksa!" kesal Alexa mengingat dimana Arkan rela mengejarnya seharian dan tidak mau menjauh sebelum Alexa menyimpan nomornya.

"Aku tau kau Alexa...sejak kapan seorang Alexa mau di paksa?" Ben bertanya dengan berbisik menyeramkan.

Alexa memejamkan matanya mencoba sabar, "Dia terus memaksaku selama seminggu ini, aku merasa terusik. Aku terpaksa menyimpan nomornya." Alexa berkata jujur.

Ben tersenyum menyeramkan, "Perlu ku singkirkan?!" tanya Ben langsung mulai menggesek kan hidungnya ke pipi dan leher gadis itu.

"Jangan!" bantah Alexa cepat, Alexa tidak ingin karena hal sepele seperti ini nyawa seseorang harus melayang. Namun sepertinya Alexa melakukan kesalahan besar, sudut pandangnya jelas berbeda dengan Ben.

"Kau tampaknya sangat perduli padanya!" Ben terkekeh tak percaya dan langsung melepaskan pelukannya.

Ben menatap Alexa dengan tatapan terlukanya dan berbalik hendak pergi. Namun perasaan Ben semakin kesal ketika Alexa hanya diam seolah tak peduli, Alexa tidak ada niat sama sekali menahan kepergiannya.

Alexa : The Leader MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang