about her

2 0 0
                                    

Nama saya Cerbe.

Saya adalah dia yang seringkali mereka sebut sebagai anak setan.

Si babi.

Si pemalas.

Si pecundang.

Si kurang ajar.

Brengsek.

Bangsat.

Anak gak tahu terima kasih.

Dan sebagainya.

Saya adalah seorang remaja menuju dewasa di waktu saat ini, entah tahun berapa nantinya saya akan melihat kembali pesan-pesan ini.

Saya tinggal di keluarga yang tidak bisa saya benci meski mereka terus menerus tidak bisa mengerti diri saya.

Saya tidak pernah memiliki keinginan untuk disayangi seperti yang lainnya, dimanjakan, diberikan apa yang saya mau, atau saya ingin memiliki seluruh cinta yang mereka punya.

Saya hanya ingin didengar, menjadi diri saya sendiri yang saya tetap kenal.

Yang ketika saya melihat bayangannya pada cermin saya tidak akan bertanya, "Siapa kamu?"

Orang tua saya bilang, saya adalah anak yang tidak menghargai usaha mereka.

Saya adalah pembangkang.

Saya adalah orang yang menyakiti hati mereka.

Terkadang saya iri dengan mereka yang memiliki orang tua yang mengerti rasa sakit anaknya.

Sebab disini, mereka tak mau mendengarkan saya.

Saya tidak menyalahkan mereka, saya hanya geram.

Suara saya tidak lagi didengar meski bergema tak karu-karuan dari ujung kamar saya yang kecil dan sempit ini.

Mereka berkata bahwa saya tak pernah berbicara apapun yang menjadi kesulitan saya.

Percayalah, saya pernah dan sering mengatakannya.

Tetapi saya selalu disalahkan atas apa yang menimpa saya.

Mereka bilang saya sangat susah dipanggil hanya untuk mengambil sepiring nasi dengan lauk pauk lalu makan dengan lahap, tetapi sejujurnya mereka yang membuat saya berhenti makan karena mereka memanggil saya babi.

Ketika saya marah dan meminta mereka untuk berhenti bercanda tentang tubuh saya, mereka justru menyalahkan saya.

"Harusnya ketika seseorang mengkritikmu seperti itu, kamu harusnya tahu bahwa kamu harus berubah," katanya.

Jadi...

Apakah berat badan saya yang salah?

Ketika saya berhenti turun ke ruang tamu karena cemoohan mereka, mereka kembali menyalahi saya.

"Kenapa kamu gak turun? Kamu gak suka sama keluargamu sendiri?" tanya mereka.

Tidak, saya suka.

Tetapi tidak ketika mereka menghina saya.

Ketika saya menceritakan seberapa takutnya saya dengan angka, mereka selalu menyalahkan saya.

"Kamu cuman malas, kamu gak mau berusaha," katanya.

Saya tidak marah karena mereka menyalahkan saya, saya marah karena ketakutan saya dianggap enteng oleh mereka.

Seakan-akan saya hanyalah seseorang yang... malas.

Ketika saya ingin menjadi penulis, mereka melarang saya.

"Menjadi penulis tidak akan membawamu kemana-mana di dunia ini! Gajinya kecil, susah dapat penghasilan," katanya.

Ketika saya berharap inilah sayap yang akan saya gunakan untuk terbang nanti, mereka memotongnya.

Ketika saya mulai bertindak semau saya untuk kali ini saja, mereka kembali menyalahkan saya.

"Dasar anak kurang ajar! Apa kamu gak tahu seberapa banyaknya pengorbanan orang tuamu?" tanya mereka.

Tahu, sangat tahu.

Setiap malam kamu tidak bisa tidur, saya bisa merasakan langkah kakimu setiap satu jam sekali hanya untuk bolak-balik ke kamar mandi.

Tetapi, saya hanya ingin bertanya pada kalian.

Apakah kalian tahu apa yang membuat saya sefrustrasi ini?

Apakah kalian tahu apa yang membuat saya sesakit ini?

Apakah kalian tahu apa yang membuat saya begitu tertutup bahkan ketika kita adalah keluarga?

Saya takut, perlahan-lahan saya mulai ke jalan yang tidak benar, seperti apa kata mereka.

Hampir setiap hari saya menyakiti diri saya sendiri, percobaan bunuh diri sudah bukan hal yang langka lagi di hidup saya.

Tetapi tidak seharipun kalian sadar bahwa saya sakit bukan karena saya cuaca ataupun kondisi, tetapi karena saya menyakiti diri saya sendiri berharap saya sakit setiap hari dan bisa beristirahat dengan tenang.

Alasan mengapa saya banyak tidur?

Tentu, tidur adalah pengalihan saya.

Setidaknya dengan memejamkan mata saya, waktu cepat berlalu.

Saya juga tahu apa yang kalian rasakan.

Saya tidak berharap banyak.

Tetapi tolong dengarkanlah setidaknya satu kata saja yang keluar dari mulut saya ini.

Di sini, saya merasa lebih bahagia dari apa yang saya pernah rasakan dalam hidup saya.

Di sini, saya bisa santai.

Senyum.

Karena di sini saya bisa membuat dunia imajinasi saya sendiri.

Dimana semua orang bahagia.

Dimana semua orang bisa tersenyum.

Mereka bilang bahwa dunia seperti itu hanya ada di layar kaca saja.

Memang, itulah yang membuat saya ingin berkarya.

Karena dunia yang saya mau hanyalah nyata di layar kaca semata.

Mungkin suatu hari, mereka akan mengerti.

Tidak pun tidak apa.

Setidaknya, dunia seorang Cerbe masih nyata di sini.

Di layar kecil ini.

Meski sudah tak ada lagi sayap untuk saya terbang di dunia ini, saya adalah manusia.

Dan manusia selalu menciptakan ide baru setiap harinya.

Itulah saya.

Saya bukan anak setan.

Saya bukan babi.

Saya bukan brengsek.

Saya bukan bangsat.

Saya bukan anak anjing.

Saya bukan semua kata-kata yang kalian lontarkan pada saya.

Saya adalah manusia.

Pa, ma, tunggu saya sukses suatu hari nanti.

Akan saya ceritakan semuanya di hari itu, hari dimana saya bisa menjawab pertanyaanmu.

"Prestasi apa yang pernah kamu buat selama ini?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 07, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NAME:CERBEWhere stories live. Discover now