Aylin duduk di kursi yang ada di teras rumahnya, badannya sedikit membungkuk untuk menalikan tali sepatunya. Setelah selesai dia langsung mengeluarkan earphone dan memasangnya pada kedua telinganya, kemudian memilih lagu yang ingin dia dengar lewat handphonenya.
"Tante! Aylin lari pagi dulu, ya." Teriaknya, kemudian Aylin berjalan keluar gerbang dan mulai berlari dengan perlahan.
Sampailah Aylin di taman favoritnya, dia memilih untuk duduk sejenak seraya mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Setelah merasa energinya kembali, Aylin pun beranjak untuk kembali berlari. Namun, niatnya itu harus dia urung karena matanya menangkap sosok pria yang menyebalkan baginya.
Aylin membuang nafas, kesal. "Kenapa selalu ada dia di manapun gue berada, sih." Katanya, kesal. "Loh, Nara? Sebenernya mereka ada hubungan apa, sih? Pacaran? Ahh, bukan urusan gue juga."
Sebelum kembali memulai larinya, Aylin lebih dulul menutupi kepalanya dengan hoodie yang dia pakai, dengan harapan Byan maupun Nara tidak akan melihatnya. Namun sepertinya takdir tak berpihak padanya, saat posisinya sudah dekat dengan keberadaan Byan dan Nara, Byan langsung menghalangi jalan Aylin.
Aylin enggan mengangkat kepalanya, dia masih tertunduk diam. Tanpa meminta izin lebih dulu, Byan langsung menarik Aylin ke dalam pelukannya.
"Dia pacar baru gue." Katanya, tegas. Ucapannya itu seketika membuat Aylin membeku.
"Apa?" Tanya Nara, tak percaya.
"Gue bilang dia pacar gue, jelas?"
Nara menggeleng, tak percaya dengan perkataan mantan kekasihnya itu. "Kamu bercanda, ya?"
Nara melangkah maju kemudian menarik tangan Aylin agar menghadap padanya, dia pun mengangkat dagu Aylin sampai mata mereka beradu pandang.
"Lo! Aylin." Kata Nara, terkejut.
Aylin menatap Nara dengan tatapan bersalah, walaupun sebenarnya dia tak salah. Byan yang sudah membawanya ke dalam masalah pribadinya.
"Lo pacarnya, Tara?" Tanya Nara, mengintimidasi.
"Eng-."
"Udah gue bilang dia pacar gue!" Sela Byan. Aylin yang merasa kesal pun langsung menggerutu pelan.
"Enggak, Nar! Gue bukan pacarnya dia, bisa sial tujuh turunan gue kalo jadian sama dia," Jelasnya, "percaya sama gue, Nar. Lo tahu, kan, waktu kemarin juga gue ribut sama dia! Jadi, gak mungkin banget gue jadi pacarnya."
Tatapan mengintimidasi dari Nara pun memudar saat mendengar penjelasan dari Aylin, Nara langsung beralih menatap Byan dengan tajam.
"Maksud kamu apa, sih, Tar? Kamu mau balas aku karena kamu lihat aku sama cowok lain?"
"Menurut lo?"
"Tara, kamu itu salah paham! Apa yang kamu lihat itu gak bener! Dan kamu jangan mengklaim dia pacar kamu, buktinya Aylin ngebantah ucapan kamu. Gak ada bukti kalau kalian pacaran, aku gak percaya."
Byan tersenyum miring, "lo butuh bukti apa?"
"Apa aja, lagian gak akan ada bukti karena kalian emang enggak pacaran."
Aylin merasa tidak nyaman berdiri di tengah-tengah pertikaian kedua orang itu, dia pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu, namun lagi dan lagi Byan menahan tangannya. Byan menatap Aylin dalam, hingga membuat Aylin tenggelam dalam tatapannya itu. Tiba-tiba Byan mendekatkan wajahnya, dan dengan gerakan cepat Byan langsung mengecup singkat bibir Aylin. Tentu saja hal itu membuat Aylin dan Nara sama-sama terkejut.
"Udah cukup, kan, buktinya?"
"Kamu... " Lirih Nara.
Karena tidak ingin berdebat lagi, Byan langsung menarik tangan Aylin dan membawanya pergi dari hadapan Nara. Sepanjang jalan Aylin hanya terdiam, berusaha mencerna kejadian tadi, namun otaknya masih tidak merespon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Byantara
Teen FictionSinopsis : Aylin seorang pianis muda yang begitu mencintai piano, baginya piano itu laksana teman yang selalu menemani dikala dirinya merasa rapuh. Namun, takdir begitu kejam hingga tega memisahkan mereka berdua, hingga tragedi di masalalu mendatang...