Blind Dating 101

342 68 5
                                    

"Bang, lo nggak mampir ke studio dulu?" tanya Ajun dari seberang telepon.

Gue yang baru saja masuk ke dalam mobil dan hendak menyalakan mesin, menjeda sebentar semuanya.

"Langsung aja dari apartemen."

"Oh... yaudah deh, alamat cafe nya udah gue kirim ya di chat."

Hari ini adalah rencana pertemuan gue dengan perempuan yang Ajun kenalkan pada gue. Janji yang ditentukan kami bertemu di cafe sore ini, selesai dia pulang kerja.

"Iya."

"Dia baru balik kantor juga sih, tapi cafenya deket kantor dia. Jangan malu-maluin bang di pertemuan pertama."

"Yaelah... cuma kenalan doang kan?"

"Iya sih... cuma kalo first impression lo ke dia jelek dan ternyata lo akhirnya tertarik sama dia, kan lo yang repot nanti."

Titik Cafe

Gue memutuskan untuk mengaktifkan loudspeaker, meletakkan handphone di jok samping, dan melajukan kendaraan gue. Berbicara dengan Ajun akan memakan waktu yang panjang. Secara, Ajun nggak akan kehabisan bahan kalau bukan gue yang menyudahinya.

Lagipula, gue nggak menyiapkan apapun untuk pertemuan ini. Apa yang harus gue bicarakan, gue bukan tipe orang yang meninggalkan kesan ramah saat awal bertemu. Apalagi ini adalah pertemuan awal kita, dimana gue dan cewek ini pun sama sekali belum melakukan konversasi via apa-apa. Tentu, pasti terasa canggung. Dan mungkin ini nantinya akan menjadi titik dimana gue terlihat nggak menarik bagi dia.

"Gue harus ngomong apa pas kita ketemu nanti?"

"Ya omongin apa kek... Gue juga nggak tahu, kan nggak pernah ikut yang kayak beginian."

"Bukannya lo pernah ketemu cewek dari aplikasi dating?"

"Anjir inget aja... Nggak jadi itu, gue udah dighosting duluan sebelum ketemu."

Hahaha kalau diingat, itu kejadian dua tahun lalu, dimana Ajun iseng mencoba aplikasi dating dan cocok dengan satu cewek. Dia sudah berkoar-koar akan bertemu perempuan itu, sayangnya tiba-tiba Ajun enggan ngebahas lagi masalah aplikasi dating yang langsung dia uninstall setelah kejadian itu.

Beruntungnya jalanan kali ini nggak terlalu macet, meskipun sudah masuk rush hour Jakarta. Dan tujuan tempat kami bertemu juga hanya memakan waktu dua puluh menit dari apartemen gue.

Cewek yang akan gue temui pun.... eum... bagaimana ya gue menjelaskannya? Dia nggak merepotkan. Dia datang sendiri ke cafe, tanpa minta gue jemput dan straight to the point dimana kami harus bertemu. Meskipun lewat perantara Ajun dan sepupunya.

Dan berselang beberapa menit, gue sampai di cafe yang dimaksud.

"Jun, gue udah sampe."

"Namanya Jihan, rambutnya agak panjang sebahu lah, hari ini lagi dikuncir. Bajunya... bentar gue inget dulu..."

Gue berjalan masuk ke dalam cafe, masih berbicara dengan Ajun di telepon dan mengedarkan pandangan gue ke segala arah.

"Pake blazer warna abu-abu, celana hitam. Katanya sih udah sampe, cuma lo cari aja dah dia juga nggak ngasih tau duduk di sebelah mana. Oh iya... gue kasih tahu nama lo Yogi, lo kan nggak suka dipanggil Aga sama orang yang nggak deket sama lo."

"Okay thanks, Jun."

"Good luck, bang. Semoga langgeng ya kali ini."

Ketika Ajun mengakhiri panggilannya, gue langsung memasukkan handphone ke saku jaket bomber yang gue pakai, mata gue masih mengelilingi ruangan sekitar. Cafe ini hanya satu lantai dan nggak terlalu banyak orang yang berkunjung.

stardustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang