36. ABIZARA | New!

19.9K 1.7K 156
                                    

Sekarang, jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Abizar tengah membuat tugasnya yang akan dikumpulkan besok. Terlihat cowok itu yang susah payah menulis dengan tangan kirinya. Di atas kasur Abizar, terlihat Altas yang tengah tertidur pulas.

Abizar menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia menatap nanar buku tulisnya yang baru tertulis satu kalimat. Dia harus menyelesaikan resume tentang cerita 'Putri Duyung'.

Di sisi lain, Zara telah menyelesaikan tugasnya. Gadis itu harus membuat resume cerita 'Putri Salju'. Dia bangkit dari kursinya sambil meregangkan otot-ototnya. Gadis itu berjalan ke arah pintu kamarnya. Dia hebdak keluar. Saat membuka pintu, dia mendapati Abizar yang berdiri di depan pintunya sontak gadis itu sedikit terkejut.

"Belum tidur?" tanya Zara.

Abizar menggeleng. Raut wajahnya terlihat memelas kepada Zara. Cowok itu menghalangi jalan Zara. "Minggir."

Abizar tidak mau beranjak dari hadapan Zara. Zara mendengus kesal. "Zara mau minum."

Abizar langsung beranjak dari hadapan Zara dan berlari mengambil air minum di dapur lalu kembali ke tempat Zara. Dia berdiri di hadapan gadis itu sambil menyodorkan segelas air ke arah Zara. Zara mengambilnya lalu meneguknya kasar sambil menatap Abizar heran.

Abizar masuk begitu saja ke dalam kamar Zara. Cowok itu berjalan ke arah kasur gadis itu lalu duduk di tepinya. Zara membalikkan badannya lalu berjalan menghampiri Abizar. Gadis itu duduk di sebelah Abizar, setelah meletakkan gelasnya di atas nakas.

"Ada apa?" tanya Zara.

"Lo mau nolongin gue, nggak?" tanya Abizar balik.

Zara menatap Abizar dalam. "Ngapain? Zara ngantuk, Bi. Mau tidur."

"Gue mohon. Tolongin gue," mohon Abizar sambil memelas kepada Zara.

"Apaan?"

"Buatin tugas gue, ya?"

"Ha?! Kan Abi punya tangan."

"Zar, tangan kanan gue belum sembuh."

"Oke, fine," balas Zara. "Mana bukunya?"

Abizar memberikan buku tulis yang dipegangnya sedari tadi kepada Zara. Zara mengambil buku itu lalu bangkit dan berjalan ke arah meja belajarnya. Gadis itu duduk sambil membuka buku Abizar. Dia menghela nafas kasar saat melihat satu kalimat yang baru ditulis oleh Abizar. Matanya tertuju pada judul resume Abizar, 'Putri Duyung'.

Zara menoleh ke arah Abizar di belakangnya. "Bi, Zara kan nggak tahu kisah asli Putri Duyung."

"Search google," jawab Abizar apa adanya.

"Hm, baiklah." Zara kembali menatap buku tulis itu. Dia mengambil ponselnya yang tergeletak di hadapannya lalu mencari kisah asli 'Putri Duyung', hingga akhirnya dia menemui satu artikel yang menceritakan kisah 'Putri Duyung' lengkap. Kemungkinan Zara membutuhkan waktu 2 jam lebih untuk menyelesaikan resume Abizar. Gadis itu mulai menulis, semakin lama, dia semakin penasaran dengan kisah 'Putri Duyung'.

"Bi?"

"Hm?"

"Gue mau tahu jawaban Putri Duyung di perpustakaan tadi." Zara tetap fokus menulis.

"Jadi, Putri Duyung tidak mendapatkan cintanya dan dia juga tidak menikahi sang pangeran. Sang pangeran malah menikah dengan wanita lain," jelas Abizar.

Seketika Zara terhenti menulis. Dia mendongak lalu mencerna sedikit kalimat Abizar. Dia tahu maksud ucapan Abizar.

"Jadi, Abi merasa kalau Zara ngkhianatin Abi karena Zara pacaran sama Gaffan?" tanya Zara.

Kamu akan menyukai ini

          

"Abi menyukai Zara?" lanjut Zara lalu langsung menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke arah Abizar. Ternyata cowok itu telah tertidur setengah sadar di atas kasur Zara.

"A-apa? L-lo bilang a-apa? G-gue ngantuk. Kalau u-udah selesai bangunin gu-e," ucap Abizar setengah sadar lalu terlelap.

 Kalau u-udah selesai bangunin gu-e," ucap Abizar setengah sadar lalu terlelap

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Hm."

Zara kembali menatap layar ponselnya sambil menulis resume di buku Abizar. Gadis itu terpaksa mendapatkan tugas double. Mau bagaimana lagi, dia tidak bisa menolak, kan gara-gara dia tangan Abizar terluka.

Tiga jam kemudian. Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Malam sudah sangat larut. Seorang gadis yang duduk di meja belajarnya telah menghabiskan beberapa tisu. Dia terus menangis terisak-isak saat membaca cerita asli 'Putri Duyung'. Akhir dari cerita itu membuat Zara sedih. Dia sedikit memahami maksud Abizar tadi di perpustakaan sekolah.

"Ternyata, Putri Duyung memang tidak menikah dengan Sang pangeran. Sang pangeran menikah dengan wanita lain. Dan Putri Duyung juga tidak bisa meyakinkan pangeran bahwa dialah yang menyelamatkan Sang pangeran. Yang lebih sadis, Putri Duyung diperintahkan untuk membunuh Sang pangeran, agar dia bisa berubah menjadi Putri Duyung lagi. Tapi, karena rasa cinta itu, Putri Duyung membiarkan dirinya menjadi buih. Dia tidak bisa hidup di Laut maupun di darat lagi. Dia benar-benar pergi, untuk selamanya...."

Air bening menetes dari sudut mata Zara.

Ia menutup buku Abizar lalu bangkit. Gadis itu membalikkan badannya lalu mendapati Abizar yang telah terlelap pulas. Gadis itu berjalan menghampiri Abizar sambil menyeka air matanya kasar. Dia duduk di tepi kasur sambil menatap nanar cowok itu. Gadis itu tersenyum kecil. Dia mengelus kening cowok itu, sayang sontak punggung tangannya dipegang oleh tangan kiri Abizar. "Elus."

"Belum tidur, Bi?" tanya Zara.

"Eunghhh," lenguh Abizar tidak sadar.

"Bi?"

"Jangan pergi, She..."

Tidak ada sahutan. Ternyata cowok itu benar-benar tertidur pulas. Zara mencoba menjauhkan tangannya, tapi tidak bisa. Abizar semakin mengeratkan genggamannya.

Siapa She? batin Zara.

Yang Zara tahu, She diambil dari bahasa Inggris yang artinya perempuan.

"Gue suka sama lo, She. Gue nggak mau cinta gue berakhir seperti Putri Duyung yang tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Jangan pergi, gue benar-benar sayang sama lo. Gue takut kehilangan lo. Maaf, kalau gue ga berani mengungkapkan perasaan gue," ucap Abizar tidak sadarkan diri. Kelihatannya cowok itu tengah bermimpi.

Zara tersenyum manis lalu kembali mengelus kening Abizar, hingga rambutnya, Abizar. Ia kira kata 'She' itu panggil manis dari Abizar.

Gadis itu membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil menyamping. Dia menatap dalam wajah Abizar yang menghadap ke arahnya. Mereka saling berhadapan.

Gadis itu mencoba menjauhkan tangannya dari tangan Abizar dan dia berhasil. Dia kembali menjulurkan tangannya, mencoba untuk mengelus pipi Abizar yang sangat diinginkannya. Tapi, niatnya langsung terurungkan. Dia menjauhkan tangannya. Takut menganggu cowok itu tidur.

Zara bangkit, detik itu juga, Abizar langsung menarik tangan Zara dengan tangan kirinya lalu menjulurkan tangan kirinya agar menjadi bantal Zara. Gadis itu kembali tidur menyamping sambil menatap dalam wajah Abizar.

Perlahan-lahan Abizar membuka matanya lalu menatap manik mata Zara dalam. Terlihat mata cowok itu yang berkaca-kaca.

"Jangan pergi," lirih Abizar. Zara merasakan hembusan nafas cowok itu.

"Zara di sini," lirih Zara.

"Cintai gue lagi," lirih Abizar.

Zara menatap Abizar berkaca-kaca. "Zara... mencintai Abi."

Abizar tersenyum kecil. "Gue tahu lo pacarnya Gaffan. Lo mau ngejauh dari gue, kan?."

Zara tersenyum kecil. Dia memegang dada Abizar dengan sepenuh hati. "Zara ada di sini dan....."

Zara memegang dadanya, "..... Abi ada di sini."

"Zara dan Gaffan juga nggak ada hubungan apa-apa. Kami hanya pura-pura pacaran," lirih Zara.

"I love you," lirih Abizar lalu tersenyum. Dia merasa lega karena bisa mengatakan yang sebenarnya kepada Zara, kalau dia sayang Zara.

-sebagai saudara.

"I love you too," balas Zara lirih.

Abizar mengelus rambut Zara dengan tangan kirinya sambil mendorong gadis itu dalam dekapannya. Dia mencoba memeluk Zara erat, walaupun tangan kanannya belum sembuh. Ia menjadikan gadis itu sebagai guling. Terlihat raut wajah Abizar yang bahagia, begitu juga dengan Zara.

Apa gue harus buka hati, agar Zara ga terluka? batin Abizar.

Tapi, Shea? Gue masih menyayanginya.

Zara mendongak. "Kisah kita tidak akan berakhir seperti Putri Duyung, kan?"

-bukan kisah Lo Zar. Tapi, Shea...

Tapi, gue harus mencobanya, batin Abizar.

Tiba-tiba saja, kepala Abizar terasa sakit, hingga ia menarik-narik rambutnya kuat.

Apa ini, Tuhan? batin Abizar.

----oOo----

Nb: ntar di part 45 harus Spam Next sebanyak-banyaknya, baru aku up sampai ending!

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Nb: ntar di part 45 harus Spam Next sebanyak-banyaknya, baru aku up sampai ending!

Yok, berlayar......

Doain Zara sama Abi.

Eh, ga deh kasihan Shea woi!

Jangan lupa vote coment dan bagikan ke teman-temannya dan sosmednya.

See you next part!

Spam, next!!



ABIZARA | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang