17

161 27 8
                                    

Happy reading gaes!

Andra lupa membawa charger membuat ponselnya mati total. Tak apa lah, dirinya bisa mengisi daya saat di rumah mamanya, pikir Andra.

Andra pun kembali menjalankan mobilnya setelah selesai bertemu dengan Angga –sahabatnya dan Andra harus menjemput sang putra di rumah mamanya.

Mobil Andra sudah sampai di depan rumah kedua orang tuanya, perasaan Andra juga terbilang cukup bagus hari ini mungkin setelah mendapat beberapa surat yang dia inginkan.

"Assalamu'alaikum," teriak Andra ceria.

Namun sayangnya, raut wajah sang mama berbeda terbalik dengan Andra tapi Andra belum menyadari itu karena mencari-cari Ibra.

"Ma, Ibra mana? Kok nggak keliatan?" Andra mengedarkan pandangannya. Kakinya hendak melangkah ke kamar namun bunda Tari menahannya lengan Andra.

"Kenapa, Ma?" Andra mulai heran dengan wajah serius bunda Tari.

"Mama mau bicara sebentar dengan kamu, Arya."

Bunda Tari menarik pelan tangan Andra untuk duduk di sofa ruang televisi.

"Mama mau bicara soal apa?"

"Pertanyaan mama cuma satu, kamu cinta nggak dengan Adinda?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut sang mama membuat Andra berpikir. Bahkan pada dirinya sendiri saja, Andra tak pernah menanyakan itu. Cinta pada Adinda?

"Kok Mama nanya kayak gitu? Kenapa sih?"

"Mama cuma mau jawaban iya atau tidak."

Andra bingung harus menjawab apa, dia tidak tau bagaimana rasanya mencintai. Andra tidak memiliki pengalaman soal percintaan. Yang hanya dia lakukan selama ini hanya belajar, belajar dan belajar.

"Arya nggak tau, Ma."

"Ya ampun, Arya! Kalian sudah menikah cukup lama bahkan sampai Ibra saja sudah ada di dunia ini kamu masih tidak tau soal perasaanmu?" Bunda Tari menggelengkan kepalanya. Padahal dulunya, bunda Tari tak beda jauh dengan Andra.

Setelah itu, pertanyaan bunda Tari terus berputar di benak Andra. Apakah Andra mencintai Adinda?

***

Adinda menggendong lalu menepuk-nepuk punggung Ibra setelah memberikan ASI pada sang putra. Mata Ibra pun mulai tertutup dan Adinda sedikit membacakan beberapa ayat Al Qur'an agar Ibra terbiasa mendengarkannya.

Pelan-pelan Adinda meletakkan sang putra ke atas kasur setelah Ibra sudah tertidur lelap. Satu pekerjaan Adinda selesai bahkan sampai dirinya lupa untuk membersihkan diri. Adinda masih memakai pakaian kantornya namun untungnya dia tak lupa beribadah.

Setelah mandi, Adinda membereskan rumahnya yang tampak berantakan. Dilihatnya meja makan yang kosong padahal dulu sebelum dia bekerja, meja makan itu selalu terisi dengan masakannya. Namun sekarang? Meja makan itu terasa kosong dan...hampa.

Ada rasa ingin kembali memasakkan beberapa makanan tapi untuk siapa? Andra tak akan mungkin mau memakan masakannya lagi. Andra benar-benar sudah membenci Adinda mungkin untuk melihat wajah Adinda saja, laki-laki itu sudah muak. Mengapa tidak? Adinda hanya lah beban untuk Andra dari dulu hingga sekarang.

Bunyi ketukan pintu membuat Adinda terkejut. Siapa gerangan yang datang pada pukul sembilan malam? Apakah Andra pulang ke rumah ini?

Adinda sedikit menyiapkan dirinya, Adinda mencoba memberanikan dirinya untuk kembali berbicara dengan Andra perihal sebuah perjanjian. Bunyi ketukan ke sekian kali membuat Adinda berlari kecil, segera membukakan pintu. Ternyata benar, Andra sudah pulang ke rumah.

THE END (Book II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang