Bagian 21

1.6K 345 41
                                    

Suasana malam dipenuhi bintang-bintang malam membuat pesta malam ini semakin meriah. Hari ini adalah ulang tahun Jake. Sebagai perayaan untuk ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun, Ayah Jake mengadakan pesta mewah untuk anak satu-satunya.

"Selama ulang tahun, Jake!"

Ucapan-ucapan itu kerap Jake dengar menyapa telinganya. Teman-teman satu angkatannya ikut serta menghadiri ulang tahun Jake. Bukan Jake yang mengundang sebenarnya, tapi surat undangan tiba-tiba sudah ada di rumah mereka semua. Jake hanya punya satu teman.

"Makasih," jawab Jake sambil tersenyum.

Setelah jas hitam dengan bunga mawar di kancing bajunya membuat penampilan Jake terkesan lebih dewasa dan manly. Tapi senyuman Jake seperti puppy.

Saat asik membalas senyuman teman seangkatannya, matanya melirik sekilas ke arah perempuan dengan gaun ungu yang tampak baru datang. Perempuan itu berjalan menuju ke arah Jake. Jake spontan menoleh sekali lagi, pandangannya benar-benar terfokus pada gadisnya. Kang Jena.

Bukan hanya Jake yang dibuat terpesona, tapi seluruh teman seangkatannya juga dibuat terpesona oleh penampilan Jena malam ini. Gaun ungu yang tampak berkilau semata kaki, rambut yang biasanya lurus tergerai kini berubah menjadi ikal dan sepatu high-heals berwarna cream keputihan. Penampilan Jena tampak memukau.

"Selamat ulang tahun Jake," ujar Jena saat sudah sampai tepat di hadapan Jake.

Jake, pemuda itu melongo sampai-sampai tak menyadari jika Jena berada di hadapannya. Mulutnya terbuka lebar dengan tatapan mata berbinar menatap Jena.

"Jake?" Jena menarik-narik lengan baju Jake, membuat pacarnya itu tersadar dari lamunan.

"J-Jena," kata Jake akhirnya bersuara.

Jena menaikkan sebelah alisnya melihat tingkah Jake yang sedikit aneh menurutnya. Jena makin mengerutkan dahinya ketika menyadari bahwa semua tatapan mengarah ke arahnya. Apa yang terjadi?

"Cantik banget pacar gue," gumam Jake tanpa sadar, namun masih bisa didengar oleh Jena.

"Ohh jadi kamu pacarnya Jakey, ya?" Seorang pria paruh baya tiba-tiba datang dengan senyuman ramah menyapa Jena.

Mendengar kata pacar, semua orang yang ada disana langsung membulatkan mata terkejut. Kang Jena dan Jake Shim berkencan. Padahal yang mereka ketahui adalah mereka hanya berteman.

Ini adalah hari ketiga semenjak Jake menembaknya.

"E-eh iya, Om." Jena membungkuk sopan dan dibalas oleh senyuman lebar oleh Ayah nya Jake.

"Kamu emang cantik ternyata." Pujian itu membuat Jena tersenyum canggung dan malu." Yaudah, karena yang ditunggu udah dateng, mari kita meriahkan–"

Jena berbisik kepada Jake diantara kebisingan sekitar." Jake, aku kayaknya harus ke toilet dulu deh."

Sontak Jake mengerutkan dahinya." Loh? Kenapa? Mau ngapain? Padahal ini baru aja mau dimulai loh."

Jena menggaruk lehernya." Ada yang salah kayaknya sama bajunya." Jena mendekatkan bibirnya ke telinga Jake." Melorot terus baju aku."

Sontak Jake langsung menjauhkan tubuhnya terkejut dan mulai memandangi pakaian Jena. Benar saja, ada beberapa bagian yang terlihat longgar.

"Y-yaudah. Bisa sendiri atau mau aku temenin?"

"Heh! Jorok—"

"Enggak! Maksudnya anterin! Anterin sampe pintu doangg," kata Jake sedikit meringis karena ucapannya yang terdengar ambigu sehingga membuat Jena salah paham.

Jena menghela nafas dan melirik sekitarnya yang tampak sudah hanyut dalam acara ulang tahun Jake. Ini belum acara tiup lilin atau potong kue, ini baru awal acara, seperti sapaan meriah dan ada beberapa lawakan-lawakan terdengar dari pembawa acara.

"Sendiri aja, bentar doang kok."

Setelah mengatakan itu, Jena berjalan menuju toilet. Jena menuruni tangga dan celingak-celinguk mencari toilet dikarenakan gedung yang Ayah nya Jake sewa sangatlah besar. Gadis itu berjalan mengikuti instingnya dan sampai tiba di toilet.

Toilet yang sangat sepi dan sunyi, membuat Jena lebih leluasa untuk membenarkan gaunnya. Ia berdiri di depan cermin dan membenarkan gaunnya. Gaun yang kelonggaran itu.

"Ni tukang jahitnya gimana dah! Masa lengan sebelah longgar sebelahnya ketat!" Gerutu Jena masih memperbaiki gaunnya.

Srett

Dengan spontan gadis itu menoleh ke belakang. Pergerakannya terhenti. Jena merasa tadi ada sesuatu yang lewat. Bayangan hitam yang sangat cepat.

"Gara-gara nonton film horor deh, kayaknya," gumamnya mencoba meyakinkan bahwa tidak terjadi apa-apa.

Srett

Gadis itu kembali menoleh lagi. Ia melihat jelas ada sesuatu yang berlari dengan sangat cepat di dalam toilet perempuan. Itu terlihat seperti manusia dengan kecepatan kilat. Manusia itu bukan hanya berjalan sekali dua kali, tapi kali ini, manusia itu berjalan seperti kilat memutari sudut-sudut toilet dan fokus membuat tubuh Jena bergetar dan panas dingin.

"H-Hoon," gumamnya pelan.

Jena perlahan mengambil tasnya yang ada di wastafel dan bersiap untuk berlari. Tapi jantungnya seketika berhenti. Matanya membulat sempurna. Nafasnya tercekat ketika manusia itu berhenti tepat di depan wajahnya.

"Target ditemukan."

Robot Heeseung langsung menarik dan membawa Jena." Tuan, target ditemukan. Saatnya membawa kamu kepada Tuanku."

"JAKE!" Teriak Jena sekuat tenaga. Ia tak dapat bergerak karena robot Heeseung membawanya secepat kilat. Orang-orang akan berpikir itu adalah sebuah bayangan atau angin.

Heeseung fokus menatap lurus. Jena seperti dibawa oleh angin yang kencang. Ia seperti terbang. Heeseung tak memedulikan Jena yang terus memberontak. Heeseung tetap pada tujuannya. Membawa Jena kepada tuannya. Heeseung membawa Jena ke lantai empat gedung. Lantai gedung yang disewa Ayahnya jake ada enam lantai.

Setelah tiba di ruangan yang kosong, tanpa penghuni sedikitpun disana. Hanya ruangan dengan penuh tempat duduk dan lampu yang mati. Heeseung menurunkan Jena dan gadis itu langsung terduduk lemas. Kakinya lemas dibawa seperti angin oleh Heeseung. Jena mual saat itu juga.

"Kamu harus tetap bersamaku sampai Tuanku datang," ucap Heeseung datar.

Jena terus memegangi perutnya yang mungkin sebentar lagi akan memuntahkan seluruh isi perutnya. Gadis itu membungkuk dengan satu tangan bertumpu pada sebuah meja dan satu tangan lagi memegangi perutnya. Ia seperti tidak mempunyai tenaga.

Heeseung menatap Jena, matanya berubah menjadi warna hijau. Matanya yang berwarna hijau menyala mulai mengamati sekitarnya.

"Jena!"

Suara itu langsung membuat Jena menoleh sana-sini dan bertepatan dengan itu, Heeseung kembali menggendongnya di pundak. Baru saja ingin berlari, tubuh Heeseung sedikit termundur ke belakang karena membentur sesuatu. Dan detik kemudian, Jena sudah berpindah ke pelukan seseorang.

"Apakah kamu tidak apa-apa? Apakah ada yang sakit? Penciptaku mencarimu—"

"Dia harus bersamaku sampai Tuanku tiba. Tuanku ingin melihat Jena," potong Heeseung menatap Jena dan Sunghoon dalam kegelapan.

Sunghoon yang masih menggendong Jena di dadanya mulai menatap Heeseung." Dia milik penciptaku. Penciptaku tidak suka jika ada yang menyentuh Jena."

"Tuanku juga tidak suka ada yang menyentuh Jena," balas Heeseung dengan intonasi suara datar.

"JENA!"





































Ngokhey kita lanjut di next part

Secret mission | Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang