Aemulor?

24.6K 4K 1.3K
                                    

•Aemulor? = Cemburu?•

"Anta jangan lari-lari!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anta jangan lari-lari!"

Sandra berteriak panik begitu melihat Anta berlari mengejar Hero. Ia takut putranya kenapa-kenapa lagi. Mendengar teriakan Sang Buna Anta memberhentikan larinya. Ia langsung menunduk, merasa tidak enak melihat ibunya begitu terlihat panik.

"Maaf, Buna."

Sandra menghela napasnya. Berjongkok dihadapan Anta. Mengusap pipi putranya lembut.

"Jangan lari-lari, ya? Buna khawatir. Kemarin Anta baru aja pulang. Buna gak mau Anta kenapa-kenapa lagi." Sandra memeluk Anta sebentar. "Kenapa gak main sama Abang sama Atlan?"

"Bang Atlas lagi mandiin Cupang. Atlan manjat sama Althea di belakang." Anta melapor.

"Atlan manjat pohon lagi? Sama Althea?" Sandra menepuk keningnya. Kenapa mereka berdua hobi sekali memanjat pohon?!

"Ada Papa yang jagain," lanjut Anta membuat Sandra bernapas lega.

Tiba-tiba suara bel berbunyi. Sandra langsung menggenggam tangan Anta dan berjalan menuju pintu utama. Anta hanya diam menurut.

Saat membuka pintu, Sandra tersentak kaget. Matanya membulat sempurna.

"C-Cakra?" panggilnya terkejut.

Sosok pria di depannya nampak tersenyum menawan. Wajahnya masih saja terlihat tampan dengan lesung pipi yang membuatnya semakin menarik perhatian.

Mata Sandra berkaca-kaca, sudah beberapa tahun lamanya ia tidak bertemu lagi dengan Cakra. Sahabat kecilnya. Pria itu seolah ditelan Bumi, menghilang tak ada kabar.

"Jangan cengeng," tegur Cakra mencolek hidung Sandra. Lalu kepalanya menunduk, memperhatikan bocah kecil yang menatapnya datar. Cakra tersenyum kecil, anak ini tentu terlihat dengan jelas telah menuruni sifat ayahnya.

"Hai, boy. Ini Anta, benarkan?" Cakra tersenyum manis, berjongkok dan mengacak rambut Anta.

Anta hanya mengangguk tanpa mau berbicara.

"Kakak bawakan mainan buat Anta." Cakra mengangkat sebuah paper bag yang sedaritadi ia jinjing. Mengeluarkan salah satu benda di dalamnya dan menyerahkan benda itu pada Anta.

Anta tidak menerima, ia mendongak menatap Bunanya meminta persetujuan. Sandra yang masih syok dengan kedatangan Cakra tiba-tiba tersadar dan langsung menganggukkan kepalanya.

"Anta suka motor, kan?" tanya Cakra lembut. Sebuah miniatur kecil berbentuk motor sudah berada digenggaman Anta.

"This is H2 Calbon?" tanya Anta berdecak kagum.

Cakra kembali tersenyum dan mengangguk. "Yes .... you like it?"

Anta mengangguk. "Thanks."

Kamu akan menyukai ini

          

"Your welcome, boy."

"Youl name?" tanya Anta bingung.

Cakra ikut mengernyit tidak paham. Lalu mendongak menatap Sandra meminta penjelasan.

"Anta nanya nama lo siapa. Dia masih cadel."

Cakra langsung tertawa, merasa gemas langsung mengacak rambut Anta.

"Cakra, my name is Cakra. You can call me ...."

"Om Caka?" potong Anta cepat.

Cakra terdiam sebentar. Lalu setelahnya mengangguk. Tidak buruk.

"Lo apa kabar?" tanya Sandra begitu Cakra bangkit.

"Baik, sorry baru bisa ke sini. Gue sibuk terus, ini juga nanti sore gue balik lagi ke Belanda." Cakra terkejut begitu ia selesai berbicara Sandra langsung memeluknya erat.

"Dont touch my mom!" Anta memukul kaki Cakra, mendongak menatap pria itu tajam.

Cakra langsung melepaskan sembari tersenyum canggung. Dasar bocah, possessive bener.

"Eh, ayo masuk. Kok masih di depan pintu gini." Sandra segera mencoba mencairkan suasana dan mengajak Cakra ke ruang tamu.

"Lo sendiri, Cak? Yang lain pada kemana?" tanya Sandra.

"Gue gak sen--Aish."

"Tembak! Ada penjahat masuk lumah!"

Teriakan Atlan terdengar nyaring membuat Sandra terkejut. Di tambah lagi anaknya itu melempar buah Jambu ke arah Cakra.

"Ayo, Atlan lempal lagi. Om ini mau lebut Buna dali kita!" Atlas ikut berteriak nyaring. Semakin semangat melempar buah Jambu yang berada di keranjang tepatnya dipelukan Althea.

"Abang, Atlan berhenti!"

Teriakan Bumi menggema membuat semua orang terperanjat. Atlas dan Atlan langsung melotot begitu melihat Bumi menatap keduanya tajam di ujung tangga. Sontak saja keduanya bersembunyi di balik punggung Sandra.

"Majikan Plince lagi ngamuk," bisik Atlas pada Atlan.

"Bahaya, Bang. Bisa-bisa nanti kita gak dikasih uang. Kita gagal pamel uang ke Asean, gimana nih?" balas Atlan.

"Gak bakal, nanti kita minta aja uangnya ke Opa Zeze sama Opa Yoyo."

Atlan langsung mengangguk setuju. "Abang celdas. Kelualga kita Sultan, gak ada Baba ada yang lain yang bisa kita polotin uangnya." Atlan dan Atlas langsung bertos ria.

Althea yang berdiri di tengah-tengah mengerjap. Keranjang yang ia peluk ia simpan di lantai. Kakinya melangkah mendekati Anta dan memilih diam.

Bumi yang baru saja turun malah dibuat mematung, matanya menatap datar sosok pria yang duduk di samping istrinya.

Sandra langsung meringis. "Aduh, maaf, ya Cak. Mereka emang lagi aktif-aktifnya. Pengecualian Anta sih, iya."

"Gak papa santai aja."

"Dari kapan?" tanya Bumi datar menghampiri Cakra dan bertos ala pria.

"Baru aja, kok. Tiba-tiba ini dua bocil lempar gue, gila. Beda jauh banget sama bocah satu ini yang diemnya gak ketulungan." Cakra menunjuk Anta yang masih anteng memperhatikan miniatur berbentuk motor yang baru saja diberinya. Bocah itu tengah bermain bersama Althea yang sudah memeluk boneka.

"Eh ini Althea, ya?" tanya Cakra.

"Iya, dia lagi dititipin di sini. Brianna sama Bima lagi ada urusan."

"Gila, bibit unggul banget. Cakep gak ketulungan." Cakra berdecak kagum.

"Abang, Atlan. Minta maaf." Bumi menatap kedua putranya yang masih bersembunyi di balik punggung Sandra.

HEREDITARIUM || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang