5.

513 36 6
                                    

"Terima kasih karena sudah mengantarku, oppa."

"Hmm," jawab Dantae singkat.

Pasca kejadian hujan-hujanan dan Dantae yang terus mengatakan bahwa Suryeon bodoh, Dantae berbaik hati mengantarkan Suryeon ke rumah sakit. Tentunya ada modus tersembunyi bagi Dantae, yaitu agar dirinya bisa tetap berduaan dengan Suryeon.

"Aku pergi, sebaiknya kau memeriksakan otakmu itu. Takut-takut kalau ada bentuk yang tidak simetris atau saraf yang terjepit hingga membuatmu menjadi bodoh begitu," Dantae melangkah mundur sembari tertawa senang karena berhasil menjahili Suryeon.

"Oppa, bukannya kau yang harus diperiksa? Jantungmu itu benar-benar bermasalah. Mungkin kau harus ke psikiater juga, aku sedang tidak bercanda."

Berbeda dengan cara Dantae berbicara, Ji Ah jujur bahwa dia berbicara dengan serius. Kejadian Dantae yang mendadak ketakutan setelah melihat darah itu masih teringat jelas di benak Suryeon.

"Tidak usah khawatirkan aku. Lututmu masih belum diobati. Aku akan pulang sekaligus memanggil perawat untukmu. Sampai bertemu lagi!!"

Dantae melambaikan tangannya dan menjauh menunjukkan punggungnya pada Suryeon.

"Kau suka sekali berduaan dengannya? Apa kau lupa sudah janji akan ke sini setelah mengantar Molly?" Sungjae muncul dari arah belakang dengan kursi roda dan selang infusnya.

"Ah, maafkan aku. Tadi hujan dan aku harus berteduh sebentar." Suryeon berlari menghampiri Sungjae dan membantu mendorong kursi rodanya.

"Bagaimana kondisimu, oppa? Apa masih terasa sangat sakit?"

"Eoh, punggungku lumayan sakit. Mungkin harus kau pijat nanti."

"Tentu, oppa. Akan aku lakukan."

"Lakukan apa? Kau tidak lihat kakimu sudah siap diamputasi begitu? Duduk!" Dantae muncul di hadapan mereka dengan sebuah kursi roda.

"Aku menyuruhmu untuk duduk Shim Suryeon."

"Kau terluka?" Sungjae memperhatikan Ji Ah. Dan benar di lututnya ada sebuah sapu tangan yang sudah mulai berubah warna menjadi merah darah.

"Dia terluka dan seenaknya kau menyuruhnya untuk memijatmu."

Dantae hilang kesabaran melihat Suryeon yang hanya diam di tempat.

"Park Sungjae! Aku tadi melihatmu menjalankan kursi roda itu sendiri. Kalau begitu Suryeon tidak perlu membantumu."

Dantae berjalan dengan cepat dan mengangkat Suryeon ke kursi roda yang dia bawa.

"Oppa! Aku masih bisa berjalan!"

"Sudah kubilang, aku akan memanggilkan perawat untukmu. Aku pikir kau bisa mengerti, tapi kau malah bersama dengan Park Sungjae. Aku tidak suka."

"Ha?" Suryeon membalikkan badannya lalu mendongak. "Aku benar-benar tidak butuh kursi roda."

Dantae menunduk, "Turuti saja aku sebentar. Kakimu akan segera busuk jika tidak diobati."

"Aku sudah berumur sepuluh tahun dan kau tidak bisa membohongiku dengan hal-hal semacam itu, oppa."

"Oke. Bisa berhenti menatapku seperti itu? Kau terlihat seperti aku culik."

"Siapa yang melihatmu? Aku sedang memperhatikan Sungjae oppa. Dia berjuang sendirian di sana, dia baru selesai melakukan operasi!"

Dantae menggeser posisi badannya menutupi arah pandang Suryeon.

"Lihat depan."

Suryeon mencebik sebal dengan kelakuan Dantae. Dia sampai dibawa kembali ke ruang rawat inapnya dan seorang suster memang sudah menunggu di sana dengan kotak P3K dan seember air.

Love Disorder ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang