B A B 14 | Tirai Merah Kembali Terbuka

456 44 6
                                    

___o0o___

***

PLAK!

Alisha jatuh tersungkur, memegangi pipi kirinya. Terasa perih.

"Kurang ajar kamu ya, berani-beraninya deketin Andrean. Punya niat apa kamu ha?! " Surya kini berganti dengan ikat pinggang, mencambuk tubuh gadis itu tak berperasaan.

Sejak tadi saat menginjakkan kaki ke dalam rumah, Alisha telah di sambut oleh Surya dan Bella dengan wajah kejam mereka. Ya, sudah tau jika ia akan berakhir di siksa dan yang bisa ia lakukan hanyalah,

Diam.

"Yah, cukup! Alisha- "

"Diem kamu Andrean! Masuk kamar atau Ayah kurung kamu! "

Andrean seketika diam, tak berani membantah. Ia hanya mampu menatap miris Alisha yang duduk diam di lantai dengan bulir-bulir air mata yang berada di pipinya.

Entah kenapa Surya kini tampak begitu berapi-api, berbeda dari biasanya. Pria itu tak segan-segan menendang Alisha dengan sekuat tenaga, memukul, mencambuk, menjambak rambut panjang gadis itu.

Di sana, sambil menyesap secangkir teh hangat Bella tampak begitu menikmati kejadian di hadapannya, seakan-akan itu adalah pertunjukan yang di suguhkan untuknya. Ia menyeringai puas. Jarang sekali melihat sang Ayah yang begitu lepas menyiksa Alisha.

Gadis itu benar-benar tidak waras!

"Berani-beraninya kamu pulang bareng Andrean! " Bentak Surya. Lalu menendang Alisha dengan kuat.

"Kamu itu pembawa sial! Gimana kalo Andrean sampai kenapa-kenapa ha?! " Kata-kata menyakitkan terus saja keluar dari mulut pria itu.

Alisha tak mampu mengeluarkan suara, merintih saja ia tak mampu. Dadanya begitu sesak, lidah terasa kelu. Sakit terasa di seluruh tubuhnya, bahkan hingga ke ulu hati. Perkataan yang keluar dari mulut sang Ayah itu lebih menyakitkan di bandingkan dengan cambukan yang ia terima.

Surya menarik surai Alisha kuat, hingga gadis itu mendongak. "Jangan berani kamu macem-macem sama anak-anak saya, karna kamu itu pembawa sial! " Tekan pria itu. Menghempas kepala Alisha.

Pria itu terus berlalu pergi, melewati Alisha yang duduk pasrah di sana.

"Yah.. Si anak gadis yang di siksa karena jadi pembawa sial. Haha miris banget ya, hidup lo. " Bella mencibir sambil berlalu.

Menyisakan Alisha dan Andrean di sana. Andrean dengan segera menghampiri Alisha yang kini sudah babak belur, miris memang.

"Sha- " ucapan laki-laki itu terhenti, di tahan oleh Alisha agar jangan mendekat.

Dengan kedua mata yang memerah serta berair itu ia mendongak, menatap Andrean. "Kamu ke kamar aja, aku bisa sendiri. " Katanya lalu mencoba bangkit.

Tampak kesusahan, namun Andrean tak di perbolehkan membantu. Ia menatap nanar, "Sha... " Suara laki-laki itu bergetar, tak tega.

Juga merasa bersalah. Ini semua berawal dari Alisha yang pulang bersama Andrean. Ya, hanya itu.

Alisha berasil berdiri sekarang. Memaksakan diri untuk tersenyum, "Aku ke kamar dulu ya, kamu buruan masuk gih! Nanti di marahin Ayah. " Katanya lirih.

Gadis itu terus berlalu pergi dengan langkah lemah. Andrean hanya menghela napas, menatap Alisha yang berlalu. Merasa bersalah.

Laki-laki itu mengusap wajahnya frustasi. "Kenapa jadi gini sih! "


***

Alisha masuk ke kamarnya, tak lupa mengunci pintu. Kondisinya kini benar-benar menyayat hati siapa saja yang melihat.

Mata yang bengkak, sudut bibir yang sedikit mengeluarkan darah dan luka lebam juga cambukan ikat pinggang yang terlihat meninggalkan bekas di kedua tangan gadis itu, atau bahkan seluruh tubuhnya.

Air mata masih terus mengalir, seakan hujan yang entah kapan akan berhenti. Gadis itu berjalan gontai, jatuh terduduk di samping kasur. Menangis terisak di sana.

"Bunda... Lisa takut..." Lirihnya.

Sambil memegangi dadanya yang terasa sesak, sakit.
Ia menangis sejadi-jadinya, terisak, merintih sepuasnya.
Tubuhnya penuh luka lebam, bercak darah terlihat di sana.

Raganya sakit, batinnya pun juga begitu.

Gadis itu masih ingin menangis di samping ranjangnya. Tak peduli dengan dinginnya lantai yang menyengat.

Sampai suara decitan pintu mengalihkan perhatiannya. Dengan cepat menyeka sisa air mata. Mencoba untuk berdiri.

Laki-laki yang baru saja masuk itu menatap nanar. "Sha, udah ya, lo harus istirahat. " Ujarnya.

"Andrean, kamu gak usah ikut campur ya, aku gak mau kamu kenapa-napa. Bener kata Ayah, kamu harus jauh-jauh dari aku. " Kata Alisha lirih dengan suara serak khas orang selepas menangis. Lalu ia menghela napas panjang, "Udah ya, aku mau tidur, kamu juga ya? "

"Tapi Sha, gue mau ngomong sama- "

"Udah, gak usah ngomong sama aku. " Sela Alisha cepat.

Gadis itu berlalu pergi menuju toilet yang berada di kamarnya, meninggalkan Andrean yang masih diam di sana.

Kemudian Andrean membalikkan tubuhnya, menatap pintu toilet yang telah tertutup. "Maaf Sha... "

***

Langka tegas terdengar menggema di lorong-lorong kamar rumah megah itu. Tampak Andrean dengan napas yang memburu berjalan entah ingin kemana.

Sampai di satu ruangan dengan pintu kayu jati yang menjulang tinggi, tertutup rapat. Laki-laki itu menghembuskan napasnya kasar, lalu mengetuk pintu memburu.

Raut wajah anak itu terlihat marah, tampak jelas dari sorot matanya yang tajam dan wajahnya yang merah nyalang.

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, menampakkan pria berumur yang tampak mengerenyitkan dahi bingung.

Surya, mengerut bingung, "Kenapa nak? " Tanyanya lembut.

"Ayah keterlaluan! Apa Ayah udah hilang akal, ha?! " Andrean langsung marah. Membentak sang Ayah.

Sedangkan Surya terlihat menghela napasnya, "Ayah gak mau ribut sama kamu Andrean, mending sekarang kamu ke kamar terus tidur. " Katanya lalu berniat untuk kembali ke kamarnya.

Namun dengan sigap Andrean menahan pintu sebelum tertutup sempurna. Dan,

BUGH!

Satu pukulan sempurna mendarat di pipi Surya, membuat pria itu terhuyung ke samping.

Napas Andrean sejak tadi terus memburu, menatap sengit ke arah sang Ayah. "Itu belum sebanding sama apa yang Alisha rasain. "

Laki-laki itu dengan berani memukul pria yang menjadi ayahnya itu. Membuat Surya memandang putranya marah.

Dengan memegangi ujung bibirnya yang tampak mengeluarkan sedikit darah, yang terasa perih. "Lancang ya kamu Andrean, berani-beraninya kamu mukul Ayah! " Bentak pria itu.

"Andrean berani mukul Ayah, ya karena Ayah salah! " Napas Andrean semakin menggebu. "Bukannya itu yang Ayah lakuin saat menurut Ayah Alisha buat kesalahan? Ayah mukulin dia kan?! "

"JAGA BICARAMU ANDREAN! " Surya berteriak marah.

PLAK!

Pria itu menampar pipi Andrean, napasnya ikut memburu. Surya menatap Andrean tajam, "Kamu balik ke kamar kamu, atau Ayah bener-bener kurung kamu, " katanya. "Jangan bandel, Ayah gak suka anak bandel. "

Surya beralih menutup pintu, kembali masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Andrean sendirian di sana.

"Sialan. " Gumam laki-laki itu.

***

Hai guys!!
Kembali bertemu Alisha yang malang
Jangan lupa vote dan komen yaa...

@nurkrnia_

___o0o___

A L I S H A [Si Gadis Misterius]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang