d u a p u l u h

106K 14.5K 1.5K
                                    

Setelah selesai mengikat tali sepatu, Divney membuka pintu kamarnya, samar-samar terdengar suara obrolan menghiasi sepenjuru ruang tamu.

Dari atas anak tangga, Divney mengintip, dan sedikit tertegun saat menyadari jika yang ada di bawah sana bukanlah juragan kentang, melainkan sekumpulan wanita berpakaian seksi yang berkerja dengan Angelina.

"Sialan, gue ditipu?" gumam Divney.

Memasang wajah kusut, dengan langkah cepat Divney menuruni anak tangga, berjalan menghentak-hetakan kaki melintasi para wanita yang tengah asik mengobrol itu.

Karena pertengkarannya dengan Angelina pagi tadi, membuat Divney hampir terlambat pergi ke sekolah, untung saja ia datang di waktu yang tepat, karena beberapa menit lagi pintu gerbang akan segera ditutup.

Sudah tak aneh bagi Divney, ketika gadis itu berjalan melintasi koridor, semua tatapan tertuju ke arahnya, tak sedikit orang yang mematung mengamati penampilan baru dari seorang Divney.

Tampak pula dari ujung koridor, Bella dan para teman-temannya juga mengamati Divney dengan sangat lekat, tertegun cukup lama, terlebih Tristan yang sampai tidak bisa mengedipkan mata sama sekali. Kecuali Bella, ia tampak biasa saja, bahkan memasang wajah sengit dengan perasaan sedikit cemas.

"Itu si cupu yang biasanya gue ganggu?" gumam Tristan, entah bertanya kepada siapa.

"Iya, itu si Divney," sahut gadis yang lain.

Bella berdecih. "Anjing udah nunjukin tampang aslinya. Setelah berita sebesar itu kesebar, kenapa gak dikeluarin aja, sih, dari sekolah?"

"Maksud lo Divney, Bel?" tanya lelaki di sampingnya.

"Gak salah? Bukannya beberapa waktu terakhir lo suka banget ngebelain bahkan ngebaik-baikin si cupu itu?" timpal Tristan.

Melirik sinis ke arah Tristan. "Kalian itu gak tau apa-apa!" pungkasnya lalu melenggang pergi begitu saja.

***

Sampainya di dalam kelas, mata Divney menerawang ke salah satu meja, di mana seorang lelaki tengah sibuk berkutat dengan buku tebalnya.

Menarik sudut bibirnya, Divney berjalan angkuh menuju ke bangku Devian. Lantas tanpa persetujuan, gadis itu duduk pada bangku kosong di samping Devian begitu saja.

"Pergi," suruh Devian tanpa menoleh, bola matanya masih fokus pada lembar demi lembar buku di tangannya.

"Gak mau!" tolak Divney, malah semakin menyamankan posisi duduknya dengan menyilangkan kaki menghadap ke arah Devian.

"Hei!" pekik Divney kemudian, ketika tiba-tiba Devian mendorong kursi yang di duduki Divney menggunakan kakinya, sampai gadis itu hampir terjungkal ke belakang.

Sekejap Devian menghentikan niatnya, mata elangnya menatap tajam ke arah Divney, ekspresinya masih datar seperti biasanya.

"Pergi," ulangnya penuh penekanan.

Mendengus sebal, akhirnya Divney memilih berdiri dari duduknya, membalas tatapan Devian tak kalah tajam. Kini tatapan seisi kelas telah berpusat kepadanya.

"Duit lo udah gue balikin ke om Aryo," ucap Divney.

Tapi lelaki itu tak menggubris ucapan Divney sedikitpun, dan malah kembali fokus pada bukunya, bertingkah seolah tidak ada gadis yang berdiri di dekatnya yang tengah mengajaknya berbicara.

Bad AssociationWhere stories live. Discover now