***
Kaki jenjangnya secara perlahan mulai menyusuri area sekolah yang tampak semakin indah dan mewah karena beberapa hari yang lalu tengah terjadi kegiatan renovasi secara besar-besaran. Jika dulu gerbang sekolah berwarna hitam dengan sebuah patung garuda berwarna emas, maka sekarang gerbang sekolah itu sudah tampak berbeda dan terlihat sangat berkelas dengan cat berwarna gold dan dihiasi dengan ukiran-ukiran bunga berwarna putih. Sangat cantik.
Bukan hanya itu saja, jika dulu Mandala terkenal dengan tamannya yang indah dan hijau. Maka sekarang sebuah taman itu sudah disulap menjadi sebuah taman yang terlihat seperti cafe outdoor dengan sebuah meja yang dihiasi payung-payung berwarna orange dan di sekelilingnya terdapat kursi-kursi bundar yang melingkar. Pemandangan seperti itu tampaknya tidak akan membuat siswa-siswi Mandala merasa jenuh dan bosan.
Ketika kakinya melangkah lebih jauh, gadis itu juga dapat melihat sebuah perpustakaan yang sudah disulap menjadi rumah kaca dengan dihiasi bunga-bunga yang berwarna-warni. Keadaan di dalam perpustakaan itu tampak sangat jelas dari luar karena memang dinding perpustakaan itu menggunakan kaca yang sangat bening.
Amadora sampai geleng-geleng kepala sembari berdecak kagum setiap saat. Semuanya benar-benar tampak berubah. Akankah keadaan di dalam sana juga sudah berubah?
Amadora menghentikan kegiatan menjelajah setiap ruangan ketika samar-samar gadis itu mendengar suara yang cukup ia kenal.
"By, bulan depan nikah yuk. Gak sabar pagi-pagi turun tangga terus peluk kamu dari belakang sambil bilang, selamat pagi istriku tercinta."
Sang perempuan yang mendapat godaan dari pria di depannya tampak bersemu merah karena merasa malu dan juga bahagia. Sangat berbanding terbalik dengan ekspresi Amadora yang bergidik ngeri melihat tingkah kedua remaja yang tengah di mabuk asmara. Tingkah kedua orang itu sudah seperti akan menikah saja nanti di masa depan.
"Apaansi, geli banget." gerutu Amadora sepanjang kakinya melangkah.
Gadis cantik itu masih kesal dengan tingkah kedua remaja yang tengah duduk mojok tadi. Bukannya sehabis sekolah langsung pulang ke rumah masing-masing, kedua orang itu malah asik bermesraan di lingkungan sekolah. Terlebih lagi ketika Amadora tahu bahwa seorang cowok yang mengeluarkan gombalan menjijikkan tadi adalah Shankara. Iya. Dia Shankara, putra kedua dari keluarga Abraham dan kembaran dari Drystan.
"Permisi, lihat Drystan gak?" tanya Amadora kepada salah satu di antara orang-orang yang tengah berlalu lalang di koridor sekolah.
"Drystan, dia kayaknya tadi pergi ke lantai empat."
"Oh oke, makasih." Amadora tersenyum tipis lalu mulai melangkahkan kakinya menuju lantai empat.
Bukan tanpa alasan Amadora berada di Mandala dan mencari keberadaan mantan pacarnya itu. Amadora mencari Drystan karena Morana menitipkan sesuatu padanya yakni sebuah kertas yang isinya entah apa karena Morana memintanya untuk tidak membuka kertas itu. Tidak ada yang boleh membukanya selain Drystan sendiri. Itu perintah dari Morana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRYSTAN (End)
Mystery / Thriller"Lo masih ngambek sama gue?" Drystan mengelus pipi Amadora dengan penuh kelembutan. Amadora menepis tangan Drystan dengan pelan. "Gue gak ngambek tuh." "Kalau ada masalah, bilang sama gue." "Gue gak kenapa-napa. Urusin aja Pandora lo itu!" ketus Ama...