Helloooo...
I'm back! Hehe... Tangan gue gatel mau up part ini, wkwk...Happy reading! Enjoy!!!
Ara memasuki kamar hotel yang ia tempati bersama kedua sahabatnya yaitu Zeline dan juga Bella.
Gadis itu seperti kehilangan nyawanya saat berjalan. Tak ada senyum mengembang, tak ada tatapan hangat, yang ada hanya wajah datar dan juga tatapan kosong.
Ben mengikuti gadis itu dari dekat karena takut terjadi apa-apa dengan bosnya. Saat Ara memasuki kamar hotelnya, barulah ia kembali kembali ke tempatnya untuk menjaga keamanan sang bos dari jauh.
Bella menoleh menatap ke arah pintu kamar mereka saat mendengar pintu tersebut terbuka.
Gadis itu langsung berdiri dari duduknya saat melihat Ara masuk dengan tatapan kosongnya. Sebelum ia menghampiri Ara, ia menepuk punggung tangan Zeline yang sedari tadi terus menangis.
"Ra? Lo gak papa?" tanya Bella memegang tangan Ara khawatir, namun Ara tak menggubris Bella seakan tak sadar sahabatnya itu tengah khawatir melihat keadaannya.
"RA?!" teriak Bella memegang kedua bahu Ara, bahkan hingga mengguncang tubuh sahabatnya itu untuk menyadarkannya.
Zeline ikut menoleh ke arah Ara saat mendengar teriakan Bella memanggil gadis itu. Ia menghapus air matanya kasar lalu berlari ke arah Ara.
Ara menatap Bella dengan tatapan yang sulit diartikan. "Ra, please, lo jangan diem aja? Lo kenapa?" tanya Bella gusar.
Ara tak menjawab sedikit pun, yang ada justru matanya malah meneteskan air mata dengan tatapan yang masih menatap wajah Bella.
Melihat hal itu, Bella langsung merengkuh tubuh sahabatnya seakan tahu gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Ara tak pernah ia lihat serapuh ini. Ia pernah melihat Ara menangis meraung-raung, tapi melihat keadaannya saat ini, justru membuat hati Bella lebih sakit.
Zeline ikut memeluk tubuh Ara dari belakang tubuh gadis itu. "Hiks... Ngomong, Ra. J-jangan diem aja, hiks... Lo kenapa?"
Seakan tersihir oleh isakan Zeline, kedua mata Ara langsung mengerjab. Kedua mata indah miliknya langsung memejam ketika kesadarannya terkumpul. Bukan cuma dia yang terpukul saat ini.
Ia melepaskan pelukan Bella lalu memutar tubuhnya menghadap Zeline. Air matanya kembali menetes saat melihat wajah sembab sahabatnya itu.
"Kita berjuang sama-sama yah, Zel. Lo gak sendiri, ada gue. G-gue-- hiks... hiks... hiks..."
"Ra? Jangan bilang--"
"Iya. Yang lo pikirkan itu benar. Bantu gue yah, Bel."
Malam itu, dihabiskan oleh ketiga gadis itu dengan menumpahkan air mata dan saling menguatkan. Menunjukkan kerapuhan mereka hanya karena sesosok laki-laki yang pernah mereka sayangi. Oh tidak, bukan mereka, tapi hanya Ara dan Zeline.
"Besok kalian pulang ke Indonesia tanpa gue, yah?" ucap Ara menatap langit-langit kamar mereka.
Bella dan Zeline langsung menoleh menatap Ara yang berbaring di antara mereka berdua. "Lo mau kemana?" tanya Zeline.
"London."
"Lo mau balik ke London? Ninggalin kita? Tadi lo bil--"
"Nggak. Nanti gue balik setelah nyelesaiin masalah disana. Gue minta tolong, kalian jangan bilang sama siapa pun, kalau gue ke London." jawab Ara memotong ucapan Bella.
"Kapan lo balik?" tanya Zeline lagi.
"Sebelum pelulusan, mungkin? Gue mau nyelesaiin masalah diantara kita berenam juga secara baik-baik. So, ayo kita selesaiin semuanya baik-baik di hari itu. Gak baik ada pertikaian sebelum perpisahan, kan?" Zeline dan Bella mengangguk paham mendengar apa yang disampaikan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Raise Me Up [END]
Teen FictionSequel SIDE EFFECT Ada baiknya membaca cerita SIDE EFFECT dulu!!! "Hadirmu baik untukku." "Hadirmu, membuatku bertahan untuk bangkit kembali." "Terima kasih. Karena hadirmu mampu mengubah duniaku." ⚠️Hanya fiksi belaka. Tidak maksud menyinggung p...