17

3.4K 361 37
                                    

"Dia butuh kebebasan. Maksud ku cobalah untuk membiarkan Haechan menghirup udara yang lebih segar, sepertinya dia prustasi Mark, hingga membuatnya terlihat seperti orang gila." tutur Jeno pada Mark. Kini keduanya tengah duduk berhadapan diruang tamu, Jeno tengah menjelaskan tentang kondisi Haechan.

"Separah itu." jawabnya masih dengan tidak percaya, lagipula ini tidak seberapa, bahkan Mark akan menyakiti Donghyuck lebih dari ini, tapi kenapa Haechan cepat sekali merasa prustasi.

"Mark, belajarlah dari apa yang kau alami sebelumnya."

"Tidak perlu menasehati ku, aku hanya berusaha untuk menjaga orang yang kusayangi."

"Kau bukan menjaganya, tetapi menyakiti nya."

"Kita sedang membahas kondisi Haechan, jangan merambat kemana-mana. Katakan saja intinya setelah itu kau boleh pergi, sebelum aku melakukan hal yang diluar batas."

Jeno menghela nafas pelan, bukankah sudah Jeno katakan Mark tidak bisa dinasehati dia hanya akan melakukan apa yang menurutnya baik, Mark seperti sebuah batu yang menjelma menjadi manusia. Terlihat lembut diluar, namun dia begitu sangat keras. "Ajak Haechan keluar, jika kau sibuk kau bisa mempercayai nya padaku."

"Tidak ada satupun manusia yang harus kupercayai didunia ini, mereka semua penghianat."

"Mark-"

"Dokter Lee yang terhormat, saya rasa anda sangat sibuk karena pasien dirumah sakit sepertinya semakin bertambah, dengan hormat saya mempersilahkan anda untuk segera angkat kaki dari sini." itu terdengar seperti sebuah usiran dengan secara halus. Jeno bungkam, memang tidak akan mudah membohongi Mark. Tapi Jeno harus terus berusaha, dia telah memberikan harapan pada Haechan. Jika sekarang gagal setidaknya masih ada hari esok, lusa dan seterusnya untuk terus berusaha.

"Tunggu lah sebentar." batin Jeno. "Baiklah, aku pamit."

Mark mendecih menatap kepergian Jeno, tatapan nya menajam seiring dengan seringaian nya yang muncul dengan tiba-tiba. "Butuh udara segar! Prustasi! Cih, kebohongan macam apa itu."

Mark pun membalikkan tubuhnya, tubuh tegaknya terlihat menaiki tangga dengan begitu angkuhnya. Setiap langkahnya pun terdengar seperti lonceng kematian untuk Haechan.

Dia merubah raut wajahnya menjadi seramah mungkin, tidak ada lagi tatapan tajam, tidak ada wajah datar. Mark sekarang benar-benar terlihat seperti dewa Yunani yang akan memberikan sebuah kedamaian pada sang dewi. "Kau, milikku sunshine." bisiknya tepat ditelinga Haechan.

Jantung Haechan berdegup dengan cepat, tatapan matanya terlihat gusar tubuhnya seperti tidak bisa digerakkan. Mark mengungkungnya, Haechan benar-benar terkunci oleh tubuh Mark yang sudah berada diatas nya, tapi sejak kapan? Bukankah Mark tengah berbicara dengan Jeno.

Jika Haechan menatap Mark dengan kegelisahan, maka berbeda lagi dengan Mark yang menatap Haechan dengan sorot penuh kelembutan. Setelah itu Mark mengecup bibir Haechan sekilas, lalu mengusap dengan ibu jarinya. "Jeno mengatakan, jika kita hanya perlu berbagi kehangatan malam ini agar kau tidak bermimpi buruk lagi." ucapnya dengan tersenyum lembut, berbeda lagi dengan hatinya yang menyeringai puas.

Sedang kan Haechan menatap Mark was-was lalu mengalihkan pandangannya asalkan tidak memandang Mark, karena arti dari 'kehangatan' yang Mark katakan terdengar seperti, uh Haechan tidak bisa membayangkan nya, dia mulai takut sungguh. Apakah ini sebagian dari rencana Jeno, tapi kenapa Jeno malah menyarankan hal yang tidak masuk akal sama sekali seperti ini.

"Lihat aku, Haechan. Kau tidak perlu takut, karena aku hanya akan memeluk mu seperti ini." Mark menjatuhkan dirinya dipinggir Haechan lalu memeluknya dengan erat. Haechan memejamkan matanya, semuanya tidak berjalan dengan benar, tubuhnya yang ingin memberontak, hatinya yang menikmati pelukan Mark, dan bibirnya yang ingin mengatakan tidak.

An Accident [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang