Happy reading
Don't forget to comment and like
.
.
.
Acara kelar. Sebagian mereka sudah masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Tadi mereka menghabiskan waktu dengan berbacot ria, mereka sudah kelelahan karena dibuat ngakak abis-abisan oleh sekumpulan anak bobrok.
Dibibir pantai, seonggok manusia tengah duduk menghadap laut dengan tangan memeluk kedua lutut. Ayen namanya.
Matanya masih enggan untuk diistirahatkan, jadilah ia disini sekarang, di bibir pantai menikmati semilir angin malam yang berhembus menyentuh kulitnya.
Ayen melihat laut lepas yang terang disinari bulan. Beberapa kapal terlihat melintas dari kejauhan, menampilkan lampu-lampu yang sangat kecil dari sini. Ayen mengangkat kaleng kopi yang ia letakkan disisi kanannya, menyesap minuman pahit itu perlahan.
Sekelebat ingatan tentang Nako menelisik masuk ke dalam benaknya. Bagaimana kabar perempuan itu? Apa dia..
Puk.
Ayen mendongak mendapati Hyunjin siap-siap duduk disampingnya.
"Belum ngantuk?"
Ayen menunduk mengeluarkan senyuman, "Belum bang, hehehe"
"Nggak lagi mikirin neng Nako kan?" tebak Hyunjin tepat sasaran.
"Huh? Eng.. Enggak kok"
Hyunjin cengegesan, "Ya bisa aja sih. Soalnya semenjak mutusin buat lupain neng Nako, lo keliatan sadboy"
Ayen menoleh, "Yang bener aja lu bang. Gue bahagia gini kok dikata sadboy" masih berusaha untuk berkilah.
Hyunjin mengusak kepala Ayen, "Lu masih bocah Yen, jangan mau pacaran dulu sebelum mimpi basah"
"Bang, gue udah 18 tahun. Udah mimpi basah juga" sungut Ayen.
Hyunjin tergelak hingga matanya menyipit.
"Tapi sumpah deh Yen, pacaran gak enak"
"Kenapa?" tanya Ayen mulai penasaran.
"Ribet dah pokoknya. Lo kaga bakal kuat"
"Lo lagi ada masalah sama Somi?" tebak Ayen, soalnya Hyunjin lebih kedengar sedang ngeluh.
"Eh lu tau darimana gue pacaran sama Somi?" tanya Hyunjin lantas nolehin wajahnya ke Ayen.
Ayen ngerotasiin matanya, "Udah bukan rahasia umum lagi anjir. Gue juga tahu tiap malam minggu lo pergi ngapel sama dia ke jembatan siti nurbaya"
"Hooo, okay" tuntas Hyunjin tidak memperpanjang pertanyaan.
Sebenarnya ini bukan hal yang harus di kagetkan, toh Hyunjin emang seterkenal itu dikampus. Pacaran pula sama anak famous di fakultas hukum. Memang bukan hal asing lagi, berita ini sudah menyebarluas hingga ke tukang bersih-bersih taman kampus.
"Gue nggak nyaman deh sama Somi" jujur Hyunjin alih-alih curhat.
"Alasannya?" Pertanyaan Ayen yang terlalu bersemangat membuat Hyunjin tersedak air liurnya sendiri.
"Gila lu, ngagetin aja"
"Iya lu sih buat penasaran, padahal belum nyampe sebulan udah langsung bosen ae"
"Nggak, bukan bosen, tapii yaa emang gitu"
"Halah kintil. Kenapa dah bang, cerita sini"
Hyunjin menerawang ke depan, memeluk kedua kakinya. Ayen yang melihat dari samping mikir kalau ada banyak hal yang sedang dipikirkan sosok Hwang Hyunjin disampingnya.
"Nggak mungkin karena Somi yang terlalu famous kan? Ckckck woi sadar. Lu face nya kampus"
"Bukan itu Yen. Popularitas bukan hal yang terlalu membanggakan buat gue, tapi orang yang bersama dengan Somi jauh lebih beruntung"
Ayen mengernyitkan dahinya.
"Kalau gue terlihat pengecut, yaa lo bisa nyebut gue seperti itu. Tapi sesuatu yang gue rasakan gak akan mungkin sama dengan apa yang orang lihat dan dengar"
Hyunjin narik nafas, "Dalam waktu 2 minggu ini, Somi memperlakukan gue seolah-olah gue bukan prioritas. Ah yaa akan terdengar lebih egois saat Somi akan memilih untuk memprioritaskan orang tuanya ketimbang gue. That's okay. But, beda cerita kalau orang yang lo cintai hanya bisa mengandalkan satu orang dalam semua urusannya dan itu bukan lo"
Ayen paham, sorot matanya menyiratkan bahwa ia kini prihatin pada lelaki tampan ini.
"Gue cemburu Yen"
"Mungkin ada cara lain bang buat ngatasin itu? Ingat perjuangan lo, lo mau berhenti secepat ini?" Ayen buka suara, dalam lubuk hatinya tidak ingin hubungan Hyunjin dan Somi berakhir gitu aja.
"Lebih baik cepat berhenti Yen. Luka dihati semakin lama lo noleransinya semakin lama sembuhnya"
Ayen paham maksudnya Hyunjin. Refleks, tangan Ayen bergerak menepuk bahu Hyunjin, "Lakukan apapun yang buat lo bahagia bang"
Hyunjin senyum. Ia tahu ia bisa mengandalkan Ayen untuk diajak berbagi meski hanya dalam bentuk kalimat. Hyunjin sudah menganggap Ayen seperti adiknya sendiri, dan entah kenapa meski apa yang dikatakan Ayen bukanlah kalimat kiasan seperti obat penenang, Hyunjin bisa menerima dengan mudah perkataan Ayen.
Anyway, pernahkah kalian mendengar bahwa seseorang akan lebih dewasa saat ia mendapat masalah? Biasanya ia cenderung lebih mengenal bagaimana cara menghadapinya. Dan sekarang inilah dia, lewat jalan pikir Ayen yang sama sekali tidak riweuh baginya adalah jalan keluar untuk Hyunjin.
Yahhh, bagi Hyunjeong, malam yang indah ini adalah malam yang menyedihkan buat mereka. Meratapi kisah asmara yang tidak berujung. Dasar...
.
Chaeryeong menelan ludah. Kakinya seketika terpaku saat mendapati 2 senior laki-lakinya sedang duduk didekat toilet sambil bermain hp.
Ketakutan itu muncul dalam dadanya. Sebenarnya tadi Chaeryeong sudah bisa mengendalikan emosi dan semampu mungkin untuk tetap merasa baik-baik aja karena embel keluarga yang Chaeryeong sematkan pada warga YJP, tapi melihat keberadaan dua senior yang terlihat tidak biasa itu membuat Chaeryeong terpaksa mengurung niatnya untuk ke toilet.
"Chaer.." panggil Seungmin.
"Hah?" respon Chaeryeong dengan intonasi tinggi.
"Kenapa disini? Mau ke toilet?"
Chaeryeong ngangguk samar.
"Terus kenapa malah bengong?"
... Ada anak-anak yang siap bantu lo.
Chaeryeong membuka mulutnya, "Chaer.. Mmm Min mau nemenin Chaer?"
Seungmin membelalakkan matanya, "Ya? Are you sure?"
"Eh? Maksud Chaer, Min nunggu diluar"
Seungmin menoleh ke arah toilet, mengedarkan pandangannya. Netranya bertemu pada Bambam dan Yugyeom.