Snape tengah duduk di kursi kayu milik kakek tua itu, sedangkan sang kakek menghela nafas nya mendengar kondisi Falicia yang semakin parah, bahkan batuk yang ia miliki di sertai darah.
"Severus, aku takut kalau mantra itu akan gagal, kau tahu sendiri konsekuensinya"
Snape menggeram kesal. "Aku tahu kek, aku sudah bilang padamu kalau aku ingin mencobanya, jangan mengatakan kegagalan terus menerus kepada dirimu, bisa kah kau meyakinkan dirimu sendiri bahwa kau bisa?!" Snape mulai jengkel.
"Severus, aku tahu maksud mu, tapi aku tetap tidak yakin, aku takut gagal"
"Hilangkan ketakutan mu kakek tua!" Bentak pria itu. "Tolong aku, hanya kau yang bisa melakukannya, aku ingin menyelematkan Falicia, bukankah kau juga tak ingin gadis itu mati? Dia sudah seperti cucumu sendiri kan? Kau mengenalnya dari kecil bukan?" Snape benar-benar terbawa emosi.
Kakek itu menunduk.
"Apa kau tega melihat Keluarga Elbert kehilangan anak mereka satu-satunya?! Apa tega melihat Falicia, gadis yang sangat ingin hidup itu tidak bisa bernafas lagi? Itu yang kau inginkan?!"
"Aku tidak pernah menginginkan itu!"
"Maka dari itu tolonglah, lakukan mantra itu sekarang, aku sudah siap dengan apa yang akan terjadi, aku sudah siap mati demi dirinya"
"Kau tidak serius mengatakannya" kakek itu menggeleng.
"Aku serius, aku sangat serius, aku serius!" Bentak Snape, sampai suaranya terdengar serak karena ia banyak berteriak.
Kakek itu menghela nafas nya menatap tekad dan kepedulian dari tatapan mata Snape, pria itu bersungguh-sungguh, dia serius dengan keputusannya untuk memberikan nyawanya pada Falicia.
"Sebelum aku melakukannya, aku ingin bertemu dengan Falicia terlebih dahulu" ucapnya.
Snape sedikit berbinar, namun ia masih sangat kesal. "Kenapa harus bertemu Falicia? Kenapa kau tidak melakukannya sekarang?!"
Kakek itu menatap Snape tajam. "Kau tak ingin melihat gadis itu sebelum kematian mu?"
Snape langsung terdiam, lagi-lagi malah hatinya yang tertusuk, kalau dia mati, itu berarti ia tak akan pernah bertemu dengan gadis itu selama-lamanya, dia tak akan tidur bersamanya lagi, dia tak akan menggendongnya lagi, dia tak akan bertengkar dengannya lagi, sangat berat hanya untuk menghapus semua kenangan yang ia miliki tentang gadis itu.
"Dimana Falicia?" Tanya kakek itu.
"St mungo" jawab Snape dengan suara pelan, ia berharap kalau gadis itu akan baik-baik saja, ia hanya perlu bertahan sebentar lagi sebelum mendapatkan kesehatan.
"Kalau begitu, ayo pergi kesana" kata si kakek, memegang lengan Snape lalu menghilang dari sana dan muncul kembali tepat di depan rumah sakit sihir yang terkenal itu.
Entah keberuntungan apa yang didapatkan oleh keduanya, kakek dan Snape bertemu dengan Mr Elbert yang agaknya juga terburu-buru untuk menemui putrinya.
"Elbert" panggil Snape, sambil berlari ke arahnya.
"Syukurlah aku bertemu kalian, dimana ruangan Falicia berada? Aku harus segera menemuinya"
"Tenanglah, aku akan bertanya pada para penyembuh disini" ucap si kakek itu yang sudah berada dibelakang Snape.
Lalu Elbert memberhentikan satu laki-laki berkacamata yang berpakaian serba hijau, agaknya dia juga seorang penumbuh disini.
"Maaf sir, aku ingin tahu dimana pasien bernama Falicia Elbert Hope berada" tanya Mr Elbert.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love✅
Teen Fictiondimulai dari Sybill Trelawney yang mengungkapkan perasaannya kepada Severus, bahkan terus mengejarnya meskipun Severus menolaknya berulang kali, sampai seorang guru baru datang dan menawarkan bantuan kepada Severus untuk membantunya menjauh dari Pro...