26. - Maaf

135 15 0
                                    


Jev menyibak rambut yang menutupi telinga Ayla, dia mendekatkan mulutnya ke telinga gadis itu.

"Pacaran yuk," bisiknya serak.

Ayla membulatkan matanya sempurna. Apa dia tidak salah dengar? Jev menembaknya?

Ayla mendorong tubuh Jev keras hingga membentur dinding, Jev meringis merasakan nyeri dipunggungnya.

"Akhh ..." Jev menggerak-gerakan tangan mencari kenyamanan tulangnya kembali.

Ayla bergegas pergi dari tempat itu. Tempat yang sedikit mendapat cahaya matahari, tempat yang lumayan gelap, dan tempat yang lumayan sempit karna jalan penghubung ke taman belakang.

Jev meraih tangan Ayla kembali, membuat tubuh gadis itu kehilangan keseimbangan. Jev menangkap tubuh Ayla dengan cepat, membuat keduanya saling pandang dengan jarak yang sangat dekat. Ayla dapat mencium aroma maskulin yang melekat di tubuh Jev.

Ayla berdiri gugup, sedangkan Jev masih menunggu jawaban dari gadis di depannya.

"Gimana?" Jev memegang kedua tangan Ayla berharap.

Ayla menunduk, melihat bagaimana Jev memegang tangannya lembut. Ayla menatap Jev lekat, begitupun dengan Jev yang menatapnya penuh harap.

"Mau jadi pacar gue?" ujar Jev memperjelas ucapannya tadi.

Ayla terdiam membisu, mulutnya terasa berat untuk mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Ayla melepas tangannya perlahan.

"Gue gak bisa," ucap Ayla pelan.

Jev tersenyum memperlihatkan beberapa gigi putihnya. "Gak bisa nolak, kan?" ujar Jev berharap.

Ayla menggeleng pelan, lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Jev yang masih belum bisa menerima kenyataan.

Jev mengejar Ayla sebelum gadis itu benar-benar keluar dari terowongan, Jev kembali meraih tangan Ayla dan membawa gadis itu ke tengah-tengah.

"Apalagi?"

Jev menangkup kedua pipi Ayla, dia menatap bola mata gadis itu lekat. Ayla memegang kedua lengan tangan Jev berharap pemuda itu ngerti dengan kondisinya.

Jev mengambil kedua tangan Ayla, lalu meletakkan telapak tangan gadis itu di kedua pipi nya. Jev dapat merasakan tangan Ayla yang gemetar.

"Kenapa gak bisa?" tanya Jev pelan sambil menempelkan alis keduanya.

"Gue gak bisa." Ayla menutup kedua matanya, dia tidak sanggup menatap netra mata Jev dalam jarak yang sangat dekat, bahkan nyaris tanpa jarak.

"Kenapa? Karna gue adek kelas lo?" Jev semakin meraih kepala Ayla, membuat hidung mancung keduanya bersentuhan.

Ayla terdiam, dia tidak mampu menjawab pertanyaan Jev barusan. Ayla meraih tangan Jev, membuat pemuda itu menjauhkan wajahnya sedikit. Setidaknya Ayla bisa bernapas sedikit lega sekarang.

"Ay, gue tau lo kaka kelas gue, tapi apa salahnya pacaran sama adik kelas sendiri?" Jev menatap Ayla seolah-olah minta penjelasan yang dalam dari gadis itu.

"Gue gak bisa," ucap Ayla mengulang jawaban yang sama.

Jev terdiam.

"Gue nunggu Leo," ucap Ayla menunduk dan meneteskan air mata.

Seakan terhantam benda tumpul, Jev kembali merasakan penyesalan karna telah meninggalkan Lala kecilnya bertahun-tahun. Jev melihat ke atas untuk menyembunyikan air matanya yang nyaris meluncur bebas di kedua pipinya.

"Gue udah janji mau nungguin dia," ujar Ayla semakin membuat hati Jev teriris.

"Meskipun gue gak tau dia baliknya kapan, atau bahkan gak balik sama sekali." Ayla tersenyum pedih.

SANDAYA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang