chapter 2ྀ⃕ꪆ Sang Envy

19 3 0
                                    

Kebiasaan buruk manusia mungkin tidak semua orang tapi Adrian termasuk salah satunya, dia berjalan sambil memainkan handphone nya dengan santai tidak seperti tadi pagi yang begitu tergesa gesa karna terlambat dan membuatnya berlari secepat yang dia bisa.

Jalan di sana begitu damai, banyak pepohonan membuat suasana jadi teduh dan berangin Sepoi Sepoi yang nyaman, mungkin jika ada orang yang sedang bersantai akan tertidur karna angin nya.

Adrian berjalan tanpa melihat jalan karna terfokus ke handphone nya namun ya sekali kali dia juga akan melihat ke jalan toh, sampai dia berhenti di dua jalan, konsentrasi pada handphone nya buyar seketika dan mulai memasukan handphone nya ke dalam saku celana seragamnya setelah dia melihat seorang anak laki laki kisaran 10 tahun duduk dengan memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya di antara dada dan lututnya.

Awalnya Adrian hanya melihatnya sekilas dan tentu dia merasa kasihan karna dari pandangan Adrian anak itu sedang menangis atau tidak sedang menahan lapar yang sangat amat parah, dia pun berhenti mungkin karna merasa iba pada anak yang sedang duduk dengan lusuhnya.

'uh.. aku tidak tega' pasrah Adrian di dalam hatinya, dia menghampiri anak kecil itu dan berjongkok di depannya.

"Dik? Kau tersesat? Apa mau kakak antar ke rumah ku ? Atau kau lapar ? Bagaimana jika ke rumah kakak dulu ?" Tawar dan tanya Adrian pada anak kecil yang dia lihat,1,2 menit tidak ada balasan dari anak itu.

Adrian memberanikan diri untuk mengundang pelan tubuh anak kecil itu, sepertinya dia tertidur ? Mungkin saja.

"Lapar.." gumaman terdengar dari mulut anak kecil itu, sayangnya Adrian tidak mendengar nya dengan jelas.

"Hm? Kau bilang apa ?" Kali ini Adrian menjawab gumaman kecil anak tadi dan sedikit mendekatkan telinganya.

"Aku.. Lapar!!!!!" Teriak anak itu tiba tiba, tapi kali ini wajahnya terangkat menampakan mata merah ke mudaan yang sangat indah.

Adrian sedikit kaget mendengarnya terdiam sejenak, "l..lapar ? Mau ke rumah ku dulu ? Akan ku beri makanan" tawar nya pada anak kecil itu.

Anak itu menatap Adrian dengan tatapan was-was yah.. wajar kan kalau semua orang waspada pada orang baru di kenal ?.

"Aku tidak suka di tatap, aku bukan orang jahat" ucap Adrian sambil menatap datar anak kecil di hadapannya.

"Aku tidak perlu belas kasihan mu manusia!!!"

Terdiam sejenak karna Adrian lagi lagi di bentak oleh nya, "jika aku manusia kau itu apa ?" Tanya Adrian.

"Aku ini r-" belum sempat anak itu menjawab bunyi perutnya sudah berbunyi.

"Lapar... Lapar sekali..." Gumam nya lagi sambil memegang perutnya.

"Yakin tidak mau ikut dengan ku?? Tawar Adrian lagi.

'tidak ada pilihan lain aku harus tetap hidup' pikir anak yang berpakaian lusuh itu.

"Cih! Baiklah kau yang memaksa".

'ah.. lucu nyaaaaa!' teriak Adrian di dalam hatinya namun jika di lihat dari ekspresi nya dia hanya menunjukan wajah dengan senyum simpul.

"Masih bisa jalan ?".

"Ya..masih".

"Mau pegang tangan ku?".

"Sialan kau! Tubuh sehat mu itu membuat ku iri saja!".

Perkataan terakhir anak itu membuat Adrian terpikirkan sesuatu, karna dari tadi dia selalu melihat anak ini di penuhi roh iri dan dengki juga anak ini selalu bilang iri, 'rasa irinya kenapa sangat banyak ? Aku tidak pernah bertemu manusia seperti ini' pikir Adrian sambil sekali kali melirik anak itu.

          

5 menit berlalu terkadang Adrian menanyakan pertanyaan kepada anak kecil itu tapi anak kecil itu selalu marah dan tidak suka jika Adrian menanyai nya, toh Adrian jadi diam karna anak itu tidak suka di ajak bicara.

Adrian memasukan kunci ke lubang kunci di pintunya, saat kunci sudah di buka dia masuk ke dalam nya, "aku pulang!" Kata Adrian dengan nada sedikit bersemangat, dia melepas sepatu nya, menaruh nya di tempatnya tentunya.

Anak kecil itu masuk dan betapa terkejutnya dia melihat dalam isi rumah nya meskipun bersih tapi terlihat beberapa kekacauan yang di sebabkan Adrian tadi pagi sehingga terlihat berantakan.

"Hahaha.. aku tidak jadi iri kalau begitu, tapi tetap saja bagian luar rumah ini bagus dan kau punya rumah sendiri cih iri sekali" lirik anak itu sambil masuk ke dalam rumah itu.

"Pfftt... Itu mungkin karna tadi pagi aku terburu buru, sebelum ku beri makan bagaimana jika mandi dulu ?" Kata Adrian yang menaruh tas, melepas jas sekolahnya, melepas kaos kaki nya dan mencas handphone nya.

"Apa!? Mandi?? Aku tidak butuh itu!" Tolaknya mentah mentah tawaran Adrian.

Adrian hanya menghela nafas dan menarik anak kecil yang masuk ke rumahnya untuk ke kamar mandi, kemudian mulai menghanduki kepala nya.

"Bagian tubuh lain kau keringkan pakai ini juga" kata Adrian sambil menyodorkan handuk yang dia buat untuk mengeringkan rambut anak itu.

"Cih, mau mesum!" Lirihnya sambil menghanduki bagian tubuh lainnya.

"Dan ini baju mu celana juga" Adrian meletakan baju nya di atas kasur dan tentu dia keluar kamar kemudian menuju dapur untuk memasak makan siang.

Yah memang butuh waktu lama tapi pada akhirnya dia selesai membuat nya lalu menaruhnya di meja makan.

"Heii! Kau sudah selesai?" Teriak Adrian yang duduk di meja makan.

Anak tadi keluar menampakan seorang anak dengan kulit putih, rambut biru kemalaman dengan mata merah ceri.

Ya siapa yang tidak terpana dengan pemandangan seperti itu ?

"W-wah.. kau sangat lucu neh mau jadi adik laki laki ku tidak?" Tawar Adrian yang memetakan sikut tangannya di atas meja makan sambil telapak tangannya menopang wajahnya.

"APA!?"

Tanpa sadar Adrian mengatakan isi hatinya yang menyebutkan bahwa dia ingin menawari anak kecil itu menjadi adiknya.

"Y-ya.. ehem! Maksud ku jika kau mau saja"kata Adrian sambil menepuk kursi di sampingnya, meng isyaratkan ingin agar anak itu duduk di kursi yang dia tepuk.

"Hei manusia! Kau sudah cukup membuat ku iri jangan tambah kan lagi!" Kata anak itu sambil memakan makanannya.

'sial! Ini enak sekali manusia ini benar benar bikin iri!' ucap anak itu di dalam pikirannya lagi.

"Hm.. kita mirip kok"

"Uhuk- dari mana nya!!!" Bantah anak itu yang tersedak makanannya sendiri.

"Mata" Adrian menatap anak itu.

Jelas sekali nampak sangat mirip kan ? Mata Adrian dan anak itu sama sama merah ceri yang cukup langka.

"Lalu.. apa keuntungan ku menjadi adik mu ?" Dia berbalik menatap Adrian.

Adrian tersenyum tipis lalu berkata "oh.. tentu kau dapat tempat berteduh, makanan, minuman, pakaian, dan barang yang kau perlukan".

"Kau tidak sadar ya! Kau sedang mengundang sang envy ini tinggal di rumah mu! Aku SANG IRI HATI! SALAH SATU DOSA MEMATIKAN!" bentak anak itu yang berdiri dengan tangan membentur meja tangan lainnya menepuk dadanya.

"Ouh" kata Adrian yang bahkan tidak terkejut sama sekali.

"Kenapa ekspresi mu seperti itu!?" Kata anak itu syok karna melihat ekspresi Adrian yang biasa saja.

"Ini mungkin aneh tapi- aku bisa melihat dan merasakan aura dosa dan kebajikan, jika tidak terlihat berarti tidak begitu besar namun kalau terasa namun tidak terlihat berarti sedikit tapi tetap saja ada" kata Adrian yang menyendok makanannya lagi.

"Apa!? A-ada manusia seperti mu !!?" .

"Ada la! Ada donggg".

"Jadi,bagaimana mau jadi adik ku anak kecil ?" Kata Adrian lagi setelah menjawab pertanyaan anak itu.

"Aku tidak suka di panggil anak kecil usia tubuh ini 14 tahun, lagi nama ku Ravel panggil aku Ravel, ku terima tawaran mu manusia" kata Ravel dengan serius sambil mengulurkan tangannya ke pada Adrian.

"Sepakat tapi! Aku juga punya nama nama ku Adrian kau bisa panggil aku kakak mulai sekarang ya adik" senyum Adrian pada adik barunya itu.


T
B
C















Bonus deh


Ravel : oii tangan ku sudah pegal kapan kau menjabatnya /rintihnya.

Adrian : eh iya ya /menjabat tangan Ravel

Ravel : cih! Bikin iri saja senyuman mu itu!

Adrian : yah... Kau kan envy tentu semua di iriin la(─.─||)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mei 19, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Be the first to comment 💬

7 deadly sins and virtuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang