Ini bukan kisah percintaan, tapi cerita manis tiga bersaudara, antara saudara kembar, dengan satu adik perempuan. Hidup sebagai anak perempuan satu-satunya, dan memiliki dua abang, menurut kalian apa yang akan terjadi?
Ah, cerita ini mengandung r...
Karena sudah sampai 500 komentar, aku update lagi. Nggak nyangka, bisa cepat rame, bikin nambah semangat.
🌼Selamat membacanya 🌼
***
Airin duduk di tepi kasurnya dengan kepala tertunduk, sekarang di kamar ini, Airin hanya bersama ayahnya.
Bastian berkacak pinggang menatap Airin. "Kamu lihat kan? Tugas abang kamu sudah hancur, dia harus ulang tugasnya dari awal lagi Airin."
"Airin minta maaf ayah, Airin nggak tahu kalau abang lagi ngerjain tugas seninya."
"Nah ini bedanya kamu sama kedua abang kamu. Farrel dan Raffael selalu bisa membaca situasi, dia tahu kapan saatnya bercanda atau tidak. Seharusnya kamu mencotoh kedua abang kamu Airin."
Seperti yang Airin duga, alhasil ayahnya pasti kembali membandingkannya dengan Farrel ataupun Raffael, seolah-olah hanya kedua abangnya yang bisa membanggakan keluarga ini.
"Iya ayah," jawab Airin selalu. Dia tidak akan membantah ucapan ayahnya, walaupun ucapan itu menyakiti hatinya.
"Sudah, sekarang kamu belajar saja. Ayah nggak mau lihat nilai kamu turun Airin, kamu harus masuk SMA yang sama seperti kedua abang kamu." Bastian selalu saja menuntut Airin menjadi seperti yang dia mau, harus mengikuti jejak kedua abangnya. Mulai dari SD, SMP, bahkan SMA harus sama. Farrel dan Raffael memang selalu berasal dari sekolah unggul, Airin sendiri tidak mengelakkan kalau kedua abangnya memang banyak prestasi.
"Iya ayah." Hanya jawaban itu yang bisa Airin katakan.
Bastian membuka kunci pintu kamar Airin, sekeluarnya Bastian, ternyata istrinya Stella sudah menunggu dirinya.
"Mas, apa saja yang kamu katakan? Aku udah bilang, jangan terlalu keras kepada Airin."
Dari dalam Airin bisa mendengar suara bundanya.
"Ini hasil dari kamu manjain dia, akhirnya kebiasaan cerobohnya menyusahkan orang lain," kata Bastian.
"Kamu kenapa nyalahin aku sih mas? Bukannya kamu dari kecil selalu mengurung Airin di dalam rumah? Bahkan sampai membuat anak kita nggak punya teman. Kita juga salah mas, dulu terlalu manjain Airin, kamu sadar nggak sih? Cara didikan Farrel, Raffael, sama Airin itu beda. Kedua putra kita diberikan kepercayaan banyak, tapi Airin bahkan tidak dikasih kepercayaan sama sekali. Airin dari kecil memang sudah terbiasa dengan segala aturan kita mas." Stella sudah tidak bisa membiarkan suaminya selalu menekan Airin seperti ini. Ini merusak mental putrinya.
"Ayah, bunda, jangan berdebat di luar kamar Airin," kata Farrel datang mendekat setelah mendengar perdebatan kedua orang tuanya.
Bastian menatap istrinya, tatapan matanya tidak terlihat rasa bersalah sama sekali. "Airin memang tidak bisa diberikan keputusan sama sekali, karena dia pasti tidak bisa memutuskan dengan benar. Untuk didikan kita, nggak pernah salah."
"Bunda, sudah." Farrel memegang bahu bundanya meminta menghentikan perdebatan ini, di dalam sana Airin pasti mendengarkan.
Stella memilih untuk mengalah. "Sudahlah, kamu pasti capek, aku akan siapin makanan."
Setelah kedua orang tuanya pergi, Raffael langsung menerobos masuk ke kamar Airin. Namun ketika mereka masuk, Airin tidak ada di dalam. Kemudian dari balik pintu kamar mandi terdengar percikan suara air.
Cerita yang dipromosikan
Kamu akan menyukai ini
"Airin," panggil Raffael sambil mengetuk pintunya. Tidak ada sahutan, Raffael kembali mengetuk. "Airin, buka pintunya."
"Bentar bang, Airin mau cuci muka!" kata Airin dari dalam.
Farrel dan Raffael sudah menunggu Airin selama lima belas menit, tapi Airin tidak juga ke luar.
"Airin, ke luar, atau abang paksa buka?" Raffael sudah tidak sabaran.
Baru saja Raffael mengatakannya, pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Airin dengan wajah basah.
Airin terkekeh kecil sambil menggaruk pundaknya yang tidak gatal. "Maaf ya bang, Airin kelamaan, tadi habis pup dulu hehehe."
Seberapa usahanya Airin mengelak, Farrel dan Raffael tetap bisa melihat dari mata adiknya, kalau Airin habis menangis.
Tanpa mengatakan apapun, Raffael meraih tangan Airin dan mendekatkan Airin ke pelukannya. "Maafin gue ya, gue udah bentakin lo hanya karena rumah itu."
Airin terkesiap, padahal rumah stik itu adalah tugas sekolah abangnya, tapi Raffael malah mengatakan hanya karena rumah setelah dia menghancurkannya.
"Abang Raffa kenapa malah minta maaf sih? Aneh." Airin malah tertawa garing.
"Jangan berusaha tersenyum, gue makin merasa bersalah sebagai abang." Raffael tidak menyukai Airin yang selalu menutupi rasa sakitnya dengan wajah ceria yang dibuat ini.
Akhirnya Airin membenamkan wajahnya di dada Raffael dan memeluknya erat. "Airin minta maaf ya bang, Airin ceroboh banget sampai nggak lihat abang lagi buat tugas. Airin bahkan sampai buat abang sama ayah marah dan juga buat ayah sama bunda bertengkar. Airin emang nyusahin banget ya bang?"
Raffael memegang bahu Airin untuk bisa menatap matanya, lalu menyentil kening Airin. "Ngomong gitu lagi, gue benaran marah sama lo. Emang kapan sih lo nggak nyusahin gue?"
Airin cemberut sebal dan memukul dada Raffael. "Jahat banget bilang adeknya nyusahin. Abang Farrel, Airin nggak gitu kan?"
Farrel tersenyum lembut dan mengusap rambut Airin lembut. "Abang nggak pernah merasa Airin menyusahkan abang, apapun itu, Airin akan selalu jadi kesayangan abang."
"Emang Bang Farrel yang paling sayang sama Airin."
"Terus gue? Nggak sayang sama lo?" kata Raffael tidak suka.
"Nggak, abang sering marahin Airin." Airin bersedekap dada.
"Ya sudah."
Airin menyadari perusabahan Raffael. "Tapi, Airin sayang banget sama abang."
Raffael terkekeh kecil. "Sialan lo! Lagi berusaha bikin gue terharu ha?" Raffael mendorong kepala Airin dengan jari telunjuknya.
"Lo suka banget gituin kepalanya!" Farrel membalas perlakuan Raffael tadi kepada Airin dengan perlakuan yang sama.
"Hahaha rasain!" Airin tertawa senang.
"Senang banget ya lo lihat gue menderita." Raffael menggusar kasar rambut Airin, memang beda, Farrel selalu mengusap rambut Airin lembut, tapi Raffael selalu menggusarnya dengan kasar.
"Ayo ke kamar lo, gue bantuin bikin rumah stik lo lagi," kata Farrel.
"Serius lo?"
"Hmm, iya," jawab Farrel.
"Airin, Airin juga mau bantu ya bang,"ungkap Airin penuh semangat.
"Jangan pernah lo harapkan itu terjadi!" tolak Raffael cepat.
"Bang, ayolah, Airin serius mau bantuin," kata Airin memelas.
Raffael menghela napasnya pasrah, kalau Airin sudah seperti ini, dirinya tidak akan bisa menolak lagi. "Ya sudah, asal jangan lo hancurin lagi."
Kepala Airin langsung tegak. "Oke bos, siap." Airin memberikan hormat.
***
Awalnya Airin tidak mengerti bagaimana cara membuatnya, dia hanya memperhatikan kedua abangnya membuat, setelah memperhatikan, Airin mulai mencoba dan Raffael mengizinkan Airin melakukan bagian yang kecil saja.
Setelah beberapa jam, karena dibantu tiga orang, akhirnya rumah stik Raffael hampir selesai, hanya tinggal pagarnya saja lagi.
Farrel melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tidak terasa mereka sudah mengerjakan sampai tengah malam.
"Rin, ayo balik ke kamar, udah malam," ucap Farrel yang ternyata Airin sudah tertidur dengan badannya bersender di kasur Raffael.
"Biar dia tidur di kamar gue aja, kasihan kalau diangkat sampai ke kamarnya, nanti ke bangun. Gue bisa tidur di sofa, ungkap Raffael.
"Oke, lo bereskan ini, gue angkat Airin ke kasur." Farrel mengangkat Airin pelan-pelan dan meletakkan Airin ke kasur Raffael. "Selamat tidur, tuan putri." Farrel menyelimuti Airin sampai dada.
"Gue ke kamar dulu," kata Farrel.
"Makasih udah bantuin gue," ujar Raffael.
Setelah Farrel ke luar, Raffael mendekati Airin. "Makasih ya, udah bantuin tugas gue. Rumah stik ini, lebih bagus dari sebelumnya karena lo yang membuatnya."
***
Airin mengernyit, setelah merasakan sesuatu yang silau menembus retina matanya.
"Airin bangun woi! Buruan sekolah!"
Sontak Airin terkejut dan langsung terduduk dengan wajah yang berantakan.
"Ha? Telat ya bang?" tanya Airin dengan kesadaran belum penuh total.
Raffael dibuat tertawa sampai terbahak-bahak, melihat bagaimana penampilan Airin. "Wajah lo anjir, nggak tahan gue hahaha."
ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
Seperti inilah kondisi Airin setelah Raffael membangunkan Airin dari alam bawah sadar.
***
Gimana? Seru nggak? Jangan lupa ramein ya guys. Kasih bom vote dan komen ya, biar aku update cepat lagi.