Katie menikmati semilir angin malam yang berhembus di wajahnya, membiarkan helai-helai pirangnya beterbangan. Ia merapatkan sweater rajut hitam di tubuhnya, dan mencondongkan tubuh ke depan - menumpukan ke dua tangannya pada pembatas kaca di depannya.
Malam itu langit New York begitu cerah - ia bersyukur tempat tinggalnya cukup tinggi untuk bisa melihat pemandangan kota. Bahkan Katie nyaris bisa melihat kerlap kerlip bintang yang biasanya kalah terang dengan ribuan lampu dari jendela-jendela gedung pencakar langit di sekitarnya. Ia selalu menyukai New York dengan segala keruwetannya yang luar biasa. Walaupun gelar kota kesukaannya nyaris tergeser oleh Verona, tetap saja kota ini adalah rumahnya. Ia masih asyik meneliti garis langit kota, ketika sepasang lengan tiba-tiba melingkari bahunya dari belakang.
"Kenapa belum tidur?"
Suara familiar itu membuat senyum mengembang di wajahnya. Katie mengangkat tangannya untuk menyentuh lengan itu, menepuk-nepuknya dengan gestur menenangkan. "Terganggu dengan suara dengkuran mu, Ansell. Memangnya apa lagi?"
Pemuda itu, Ansell Jeon, memberinya respon dengan dengusan. Namun ia mengeratkan lengannya yang melingkari bahu Katie dan meletakan dagunya di atas puncak kepala gadis itu. "Aku tidak mendengkur, tuh."
"Bagaimana kau tahu? Kau kan sedang tidur." Katie tidak bisa menahan senyum yang menari-nari di sudut bibirnya. Ia merasa luar biasa bahagia karena merasakan eksistensi Ansell sepenuhnya, begitu dekat hingga debaran lembut di dada pemuda itu terasa di punggungnya. "Benar, kan?"
"Aku tahu aku tidak mendengkur, pokoknya." Ansell merengut. Tidak habis pikir, dari seribu satu topik pembicaraan mengapa topik dengkuranlah yang mereka bicarakan setelah sekian lama mereka tak memiliki waktu untuk bicara. "Aku yakin kita punya hal lain untuk dibicarakan selain perihal aku yang mendengkur."
Mendengar itu tawa Katie pecah. Ia melepaskan diri dari rangkulan Ansell dan berbalik untuk membuat dirinya berhadapan dengan pemuda itu.
"Berhentilah tertawa, kau menyebalkan." Ansell mendesis sebal. Walau begitu mau tak mau ia ikut terkekeh setelahnya. Lagipula mana bisa ia benar-benar menginginkan Katie berhenti, saat suara tawa itulah yang selalu ingin ia dengar sejak tuhan tahu kapan.
"Baiklah, baiklah." Katie berdeham mengusir sisa-sisa tawanya sebelum melayangkan satu tinjuan ringan pada dada si pemuda. Ia tersenyum lebar ketika Ansell menahan tangannya dan menariknya mendekat - memeluknya. "Aku rindu padamu."
Ansell tersenyum lalu membenamkan wajahnya di untaian helai pirang Katie. Rasanya ia bisa saja menangis saat ini, hanya tuhan yang tahu betapa besar harapannya untuk bisa memeluk gadis itu seperti ini sejak berbulan-bulan lalu. Ia begitu lega, seperti bebatuan besar yang selama ini membebani dirinya akhirnya terangkat. Katie Hathaway ada di sisinya, bersamanya, dan ia bisa memberikan seluruh perasaannya pada gadis itu pada akhirnya. "Aku tahu."
"Maafkan aku." Katie tahu ia seharusnya mengucapkan itu di kali pertama mereka kembali bertemu. Ia memiliki setidaknya seratus permintaan maaf yang ingin ia katakan pada Ansell dan tentu pada dirinya sendiri karena menjadi gadis payah yang melarikan diri. "Kalau saja aku tak terlalu penakut saat itu."
Ansell melonggarkan pelukan mereka untuk menatap gadis itu. Katie begitu cantik, begitu menawan dan ia tak suka melihat sorot sedih itu ada pada manik mata sewarna samudra itu. Cukup sudah gadis itu bersedih, kisahnya dengan Jayden, dan berbulan-bulan kisah mereka yang terhenti tanpa sempat dijelaskan. "Berhentilah membicarakan masa lalu. Aku hanya perduli dengan fakta bahwa kau di sini bersamaku saat ini dan seterusnya, kalau kau berkenan."
Katie mengerjap dan kembali tertawa. Kalau ia berkenan? Apa Ansell gila? Tentu saja ia berkenan. Tak ada hal lain yang ia inginkan sebesar keinginannya untuk menghabiskan waktunya dengan pemuda itu. Entah akan berapa kali mereka berdebat soal ini dan itu, atau entah berapa kali ia akan mengalami kesalah pahaman di sana sini, asalkan pada akhirnya Ansell akan tetap kembali kepadanya seperti ini, ia tak keberatan. "Tentu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet's Little Answer
FanfictionWell, Berniat melarikan diri sejenak dan melupakan segala rutinitasnya yang memusingkan serta kisah cintanya yang baru saja berakhir dengan tragis, justru membuat Katie terjebak dalam kisah lain bersama si pemuda menyebalkan dan kurang ajar yang sia...