Empat

37.5K 3.6K 170
                                    

"Ada apa?" tanya Nina saat melihat kekasih, ah tidak sekarang tunangannya menatap pintu dengan kening berkerut. "Ada apa, sih?" Nina semakin penasaran saat Bumi tidak kunjung menjawab, lelaki itu malah bangkit dan melangkah ke arah pintu yang tertutup dengan baik. "Sayang kamu kenapa?"

Bumi terdiam sesaat. Lalu segera menggeleng saat Nina semakin dekat. "Bukan apa-apa," katanya merangkul pinggul Nina dan kembali mengajak masuk.

Sejujurnya tadi Bumi seperti mendengar bisikan Remi yang mengucapkan selamat tinggal. Kata-kata yang sangat tidak terduga,  membuatnya takut dan tanpa sadar mendekati pintu. Beruntung suara yang didengarnya tadi tidak pernah ada.

Bumi yakin suara itu hanya khayalannya saja karena dia menjanjikan sesuatu pada Nina yang berhubungan dengan Remi. Sesungguhnya Bumi juga tidak menyangkan Nina akan memintanya hal seperti ini.

Untuk sekarang dia akan menuruti Nina, selain karena hari ini ulang tahun Nina, dia juga merasa bersalah pada kekasihnya. Selain itu dia juga tidak tahu harus bertindak bagaimana jika berada di dekat Remi. Rasa bersalah dan penyesalan terus menghantuinya sampai sekarang.

"Ya udah, deh. Kamu kalau ada apa-apa cerita, ya. Kita kan sekarang udah tunangan," Kana Nina ceria. Dia menunjukan cincin yang dipasangkan Bumi beberapa jam lalu.

"Pasti. Apa sih yang gak buat kamu."

Nina tertawa mendengar jawaban Bumi. Dia menghapus semua keheranan karena Bumi menyetujui permintaanya begitu saja. Dia juga mengabaikan banyak pertanyaan di kepala. Sepanjang tahun, hari ini adalah malam terbaik menurut Nina. Selain dia mendapat kejutan dari Bumi, lelaki itu melamarnya dengan romantis di depan tema-temanya, dan yang paling membahagiakan dari semua itu tentu saja Bumi akan  menjaga jarak dengan Remi.

Dimatanya Remi itu cantik. Dengan rambut bergelombang alami, membuat gadis itu semakin memikat. Banyak teman-teman prianya tertarik pada Remi, namun dia tidak pernah mengenalkan mereka semua. Jika mereka berjalan bersama saja, nyaris semua mata memperhatikan Remi.

Meski pakaian Remi selalu sopan, namun senyum gadis itu benar-benar manis dan memikat. Dia saja yang wanita mengakui jika senyum Remi benar-benar sangat manis. Apalagi Remi juga termaksud tipe yang murah senyum.

Karena semua hal itulah Nina benar-benar takut jika Bumi terpikat pada pesona Remi. Dia tidak memiliki itu semua, yang dia punya hanya keberuntungan karena Bumi tertarik padanya. Keberuntungan yang akan dia jaga sampai maut memangilnya.

Nina bersumpah untuk tidak mengendurkan pengawasannya terhadap Bumi. Bumi miliknya, tidak akan dia biarkan siapa pun merebut Bumi, termaksud keluarga lelaki itu sendiri. Karena dia yakin, Tuhan menciptakan Bumi hanya untuk Nina seorang.

Dengan senyum puas, Nina memeluk leher Bumi. Dia memajukan wajah dan mengecup bibir Bumi. Berharap lelaki itu akan membalas ciumannya lebih intens. Namun, Nina tidak mendapatkankeinginannya.

Detik ini yang  paling diinginkan Nina adalah ciuman panas yang bisa membawa mereka ke pusaran gairah, tetapi Bumi malah mengacak rambutnya dan mengajak pulang.

Nina kecewa, tetapi dia harus tetap sabar. Mungkin tidak sekarang dia mendapatkan malam panas bersama Bumi, tapi Nina yakin sebentar lagi dia akan mendapatkan semua keinginannya.

           
                              ****
  
"Udah diambil. Yuk balik," kata Selvi yang masih menunggu Remi di bawah.

Remi sedikit terkejut, dia kira Selvi hanya basa-basi saat mengatakan akan menunggunya di parkiran. Ternyata gadis itu benar-benar masih di sini. Remi juga menyayangkan tindakan Selvi saat ini. Dia ingin sendiri, tetapi tenyata keberuntungan tidak berpihak padanya.

Enam Tahun KemudianHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin